[9] make me feel life

42 5 0
                                    

Kenapa ragu itu selalu ada? Ketika mencoba menghilangkannya, ragu selalu punya cara untuk kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa ragu itu selalu ada? Ketika mencoba menghilangkannya, ragu selalu punya cara untuk kembali.

──

Jung Sun Ah tidak benar-benar ingin mati. Itu adalah kalimat yang  selalu mendengus Yohan tiap kali muncul di pikirannya. Walau faktanya memang begitu, Sun Ah tidak pernah ingin mati. Tapi hidup terlalu keras, posisi yang ia inginkan sangat terhormat dan sama buruknya dengan kehormatan itu. Lalu ketika ada hari cerah dalam hidupnya, Sun Ah dapat melihat betapa menyedihkan dirinya yang perlahan hancur hari demi hari. Pada saat itulah ia dapat merasakan tubuhnya melemas, seolah ada sesuatu yang meledakkan diri di dalamnya dan membuatnya tak berdaya. Sesuatu yang hitam dan lengket keluar, tak terbentuk dan menyedihkan.

Terkadang aku bahkan ingin mencekik diriku sendiri, mengatakan betapa cantiknya diriku yang hancur, sampai tanganku gemetar karena dorongan yang tidak biasa.

Ketika ia memutuskan untuk benar-benar mati, ia menyadari keputusannya berdasar kebencian pada dirinya sendiri.

Akulah yang tidak suka ini. Akulah yang membenci diriku sendiri.

Seorang anak di pusat kesejahteraan, bahkan Sun Ah tidak tahu namanya, seolah menarik kakinya. Gadis itu, mengelupas hatinya yang penuh dendam dan tujuan. Jadi Sun Ah memutuskan untuk tenggelam dan mati, dipaksa mengambil pistol dan menembak dirinya sendiri. Tidak, tampak menyakinkan bahwa darahnya tidak hitam dan jelas merah.

Lebih seperti kejutan daripada penyesalan saat mendapati dirinya masih hidup. Tentu saja Sun Ah berpikir dirinya sudah mati begitu membuka mata. Semua itu adalah keberuntungan yang tidak ia inginkan, tapi ia tidak punya niat untuk menyesali itu sekarang. Semuanya terlanjur, hanya perlu dijalani karena sudah terjadi.

Mungkin itulah sebabnya, Ia tidak seperti hidup, bernafas namun seolah tak bernyawa. Jelas tubuh itu bernafas, makan, bahkan buang air, hanya saja kakinya seolah tak menyentuh tanah. Semuanya terasa seperti mimpi, mimpi di dunia nyata.

Rasanya seperti seluruh jiwaku melayang.

Lucunya, Yohan adalah orang yang memegang separuh jiwanya. Sun Ah tau bagaimana Yohan menatapnya. Mata yang resah karena tak mampu menangkap kehadirannya bagai menghilang dari bumi. Rahang yang mengeras berubah rileks saat tangannya menyentuh Sun Ah. Nyeri pada dada yang berkurang saat Sun Ah menjawab panggilannya, membuat Yohan bernafas pelan. Itu lebih manis daripada permen yang meleleh dalam mulut. Tentu saja, jika ia harus memilih antara tidur panjang yang tenang dan kenyataan yang terasa seperti mimpi, mungkin Sun Ah akan memilih pertama. Tapi karena kebaikan Kang Yohan, Sun Ah hidup di kenyataan yang terasa seperti mimpi.

"Aku tidak bermaksud mati."

Karena wanita itu adalah Jung Sun Ah, Yohan yakin dirinya melontarkan alasan yang membuatnya terlihat seperti orang bodoh di depan wanita itu. Yohan ingat tatapan samar namun menyirat ketakutan yang wanita itu berikan padanya saat Yohan mendapati dirinya tertidur di bak mandi.

Aku tau bahwa mengangguk untuk semua hal yang ditanya bukan sesuatu yang normal, tapi aku tidak ingin melepaskan omong kosong itu.

Aku tidak merencanakan sesuatu seperti bunuh diri. Aku tertidur karena benci sakit, jadi kenapa aku sengaja mencari kematian yang lebih menyakitkan?

Sun Ah tidak bisa mencibir pada pria itu, ia tahu Yohan masih tidak percaya padanya. Sun Ah bisa melihat keraguan di mata Yohan untuknya, ia tidak bisa menghapus itu, bahkan membiarkan Yohan tetap membencinya. Itu lebih baik, tidak ada yang berubah.

Sun Ah sedikit kesal karena Yohan marah padanya karena suatu alasan, tapi mengingat tindakan yang dia lakukan di masa lalu, Yohan pantas marah padanya, bahkan pantas untuk membunuhnya. Jadi, Sun Ah dengan patuh menerima apapun perlakuan Yohan padanya. Bahkan ketika pria itu memeluknya, berbaring di sebelahnya dan tidak ada niat dalam benaknya untuk memindahkan tangan pria itu dari tubuhnya. Sun Ah dapat merasakan telapak tangan yang besar itu membelai rambutnya, menopang pungungnya dan menyeka keringat dari dahinya.

"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi,"

Suara lembut itu keluar dari sela-sela bibir Yohan. Dengan kondisi tubuh menghangat, kepala terasa berputar, tapi Sun Ah yakin indra pendengarannya masih jernih. Ia bahkan dapat merasakan dengan samar sentuhan halus pada bibirnya, sentuhan yang tak biasa. Sun Ah sesak nafas dan mati rasa pada bagian belakang leher, setelah baru bangun beberapa bulan.

Apakah ini mimpi?

Ia mencengkram kerah milik pria itu erat-erat dengan jemarinya.

Ini bukan mimpi.

Panca indra yang berfungsi menuntutnya untuk merasakan kehadiran dari jiwanya. Tubuh yang tertutup kain dan sakit yang berdenyut-denyut mengalir keras bagaikan air. Sakit. Rasa sakit itu membuatnya benar-benar merasa hidup.

Entah kenapa, aku ingin menangis.

Tangannya terkepal erat ketika akhirnya matanya tertutup untuk tidur sejenak. Sun Ah akhirnya merasakan stabilitas untuk waktu yang lama. Semua selalu terasa seperti dandelion, membuat jiwanya seolah akan selalu terbang menjauh.

──

Noted :

padahal rencana awal cuma sampe delapan part doang. eh kelebihan rupanya, gapapa, sekalian penghilang gabut.

tertanda
Joonhyuk wife
©annanyous

it's okay, you're alive ── 𝘍𝘪𝘯𝘪𝘴𝘩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang