Bab 2 Nilai 100

17 5 6
                                    

"Sapi!!!" teriak Jayyida dengan mata menyala.

"Mmmmoooo!" Laki-laki berambut ikal itu berlagak menyuarakan Sapi kemudian tertawa lebar. "Sorry, Ay. Tangan gue, tremor." Anak laki-laki yang dipanggil Sapi itu berlari ke lapangan dan kembali memainkan bolanya. "Sorry ya," serunya lagi dari tengah lapangan. Ia sunggingkan nyengir kuda pada Jayyida yang masih menatapnya penuh dendam.

"Dia kenapa, sih? Nyari masalah terus sama kamu. Heran, deh." Sari tiba-tiba muncul di samping Jayyida dan mengejutkannya. "Dia naksir kamu?"

Jayyida tertawa. "Jangan aneh-aneh lagi, ya."

Sari mengaduh karena Jayyida memencet hidung Sari kuat. "Jayyida! Ini KDRT namanya." Sari melepas paksa jari Jayyida di hidungnya yang minimalis. "Wah, Aku wajib lapor KPK, nih."

"Kamu lucu." Jayyida terbahak. "KPK buat pejabat korupsi, sayangku." Ia melengos masuk kelas meninggalkan Sari yang tersenyum kecut.

"Salah lagi," ucap Sari. "Mau sok pinter tapi malah kepeleset," sambungnya. "Tunggu, Ay!" seru Sari. Ia mengekor masuk kelas berbarengan dengan bunyi bel tanda masuk berbunyi.

***

"100 lagi, Ay?" Syafi terbelalak melihat angka seratus pada soal-soal yang ditunjukkan guru Kimia di depan kelas. "Bisa banget, sih, nyonteknya. Ajarin gue dong," bisiknya pada Jayyida yang bangkunya bersebelahan dengan miliknya. Bisikannya berbalas delikkan tajam mata Jayyida.

Jayyida menunduk malu hasil kerjanya ditunjukkan ke seluruh teman-temannya. Ia tidak menyangka Bu Fatimah akan berbuat seperti itu, membuka semua nilai latihan di bukunya.

"Lihat nilai Jayyida. Selalu mendapat nilai 100 di setiap latihan dan ulangan harian," ucap Bu Fatimah lantang. Ia terdiam sejenak menatap semua siswa di ruang kelas X A. "Kalian tidak mau tahu kenapa Jayyida enggak pernah salah di setiap jawabannya. Harusnya kalian tanya dia, kenapa bisa seperti ini. Bukan malah ngeluh soalnya sulit dan tidak mengerti."

Kelas menjadi hening seketika. Di otak para siswa berkecamuk berbagai macam pikiran. Mereka menebak-nebak apakah Bu Fatimah akan marah besar, marah kecil, atau marah sedang. Pasalnya, seorang anak mengeluhkan bahwa soal Kimia yang diberikan terlalu dan selalu sulit, jadi tidak bisa soal tersebut  dipecahkan. Mereka juga tidak menyangka terdapat siswa yang berani memprotes dengan lantang perihal soal. Pertanyaan paling besar adalah "kok bisa, sih, Jayyida terus dapat 100?"

Ya. Tentang Jayyida yang selalu dapat nilai seratus mengganggu pikiran teman-temannya. Ini mengejutkan,  karena Jayyida tidak pernah unjuk kemampuannya dimanapun,  termasuk di kelasnya.  Bu Fatimah baru kali ini memberi tahu seluruh siswanya. Tapi, inilah kenyataannya. Jayyida bisa memecahkan setiap soal latihan. Bukan hanya Kimia, melainkan hampir semua mata pelajaran di kelasnya. Jayyida selalu tanpa suara di kelas, tapi ia berhasil membuat teman-teman melihatnya hari ini setelah Bu Fatimah memamerkan buku latihan Jayyida.

Jayyida tidak pernah menunjukkan nilai hasil latihannya. Sifat dan sikap diamnya yang tak menginginkan perihal dirinya diketahui orang lain, termasuk teman sekelasnya, kecuali Sari. Ia tidak biasa dengan tatapan orang lain, seperti saat ini. Hampir semua teman menatapnya, tatapan yang tak ia tahu artinya. Ia lebih suka tenggelam di antara mereka. Dengan begitu, ia akan bisa belajar dan bersekolah dengan tenang, tanpa drama sekolah.

"Wah, Ay. Punya otak ajaib, kok, enggak bilang-bilang." Syafi menghampiri Jayyida di tempat duduknya setelah Bu Fatimah meninggalkan kelas.

"Apa, sih?" sahut Jayyida sarkas. Ia masih kesal karena insiden bola yang mengenainya. Ia memasukkan buku ke dalam tasnya dan mengambil buku mata pelajaran yang lain. Pelajaran terakhir, Sejarah.

Tentang JayyidaWhere stories live. Discover now