Bab 8 Menyusuri Cahaya

5 1 2
                                    

Aku di sini.

Aku tahu

Kamu mengikutiku?

Tidak.

Bilang saja IYA.

Tidak

Baiklah, kuanggap IYA

"Wah, Ayi!" seru Rudi. "Dari mana aja baru nongol hari ini di sekolah?" Suara kerasnya membuat semua siswa di ruang kelas XA menoleh pada Jayyida di depan pintu.

Jayyida tersenyum kaku. Ia malu mendapati dirinya kembali ditonton teman-teman sekelasnya. "Assalamu'alaiku. Apa kabar semua?" Ia menangkupkan kedua tangannya untuk memberikan salam pada semua temannya.

"Baik, Ay," jawab Syifa dari bnagku kedua barisan dua. Ia melambaikan tangan.

"Liburannya lama banget, Ay. Emang kemana?" teman di barisan paling belakang menyerukan suaranya.

Jayyida hanya bisa membalas semua tanya yang digulirkan teman-temannya dengan angguk dan senyum kaku. Tak dapat ia menjawabnya karena tak mungkin diungkapkan bahwa ia batal berhenti sekolah. Tanpa mampir kemana-mana, ia langsung menghampiri tempat duduk kesayangannya, barisan kedua paling belakang.

"Alhamdulillah. Akhirnya aku ada di sini lagi," batinnya penuh syukur. Ia mulai membuka tas dan mngeluarkan buku mata pelajaran hari ini. Ia tertegun sejenak. Ah, wangi pembersih lantai kelas melewati penciumannya. Ini yang dirindukannya. Sejenak ia tersenyum sendiri menghidunya.

Tiba-tiba, Jayyida dikejutkan oleh jentikan jari seseorang.

"Oi! Senyum-senyum sendiri. Ngekhayal? Hati-hati kesambet." Syafi memamerkan gigi yang berbaris tak rapi di hadapan Jayyida. "Welcome back, Honey."

Mood Jayyida turun satu level seketika. Tingkah anak nakal itu tak pernah menyenangkannya. Ia sunggingkan bibir sarkastik andalannya, spesial untuk si teman nakal itu.

"Honey dari Hongkong! Ganggu aja pagi-pagi," serobot Sari.

"Jangan judes begitu, Ri. Masih pagi banget ini. Napas gue aja masih seger." Syafi duduk di atas meja miliknya. "Jayyida aja enggak galak begitu."

"Jangan mulai debat, ya, kalian." Jayyida melerai. "Masih pagi. Buang-buang energy."

"Pagi-pagi enak banget buang angin, Ay," celetuk Rudi.

"Rudi jorok!!!" satu kelas menyerang Yudi dengan pelototan mata.

Rudi hanya terkekeh

"Akhirnya lo datang ke sekolah lagi. Gue pikir beneran mau berhenti. Ngikutin gue?" tanya Syafi dengan ekspresi tengil menyebalkan.

"Tahu dari mana aku mau berhenti sekolah?" Jayyida balik bertanya. Ia terkejut bagaimana Syafi tahu tentang rencana berhenti sekolah. Pandangan menyelidik ditujukannya pada Syafi.

"Owh, ya. Aku lupa," ucap Sari seperti mendapatkan pencerahan. "Kalian janjian mau berhenti sekolah?" Sari menatap keduanya curiga.

Jayyida mencubit hidung Sari sekuatnya. "Jangan ngarang Sari. Ngapain aku janjian sama dia. Mana kutahu kalau dia juga mau pindah sekolah."

"Benarkah?" Tanya Syafi seakan tak percaya. Ia mencondongkan wajahnya kea rah Jayyida.

Puk!

Jayyida menepukkan buku tulisnya ke wajah Syafi.

Syafi mengaduh.

"Ayi!" serunya. "Sakit tauk!

Sari tertawa cekikikan melihat mata Syafi yang berkaca-kaca. Teman-teman lain pun ikut menertawakannya.

Tentang JayyidaWhere stories live. Discover now