CHAPTER 07

45.6K 5.4K 265
                                    

📍 HAPPY READING📍

Di siang hari nya Gus Aiman datang ke ndalem untuk memberitahu sesuatu untuk adiknya, Gus Arvan.

"Umi bilang, kamu saja yang mengurus perusahaan abang di sini biar abang yang ke Surabaya,"ucap Gus Aiman.

"Saya ikut kata umi saja bang."

"Yasudah kalau mau menetap di Bandung saja, kalo ada apa apa telfon abang,"ucap Gus Aiman di angguki gus Arvan.

Gus Arvan dan juga Nayla mengantar gus Aiman, setelah itu gus Arvan menarik tangan Nayla ke gazebo yang berada di halaman ndalem.

"Aa sengaja menetap di Bandung Karena aa tau, zaujatiku ini nggak bisa pisah sama ponakan ponakannya yang unyu,"ucap gus Arvan sambil tersenyum.

"Allhamdulillah aa peka sama Nayla,"ucap Nayla terkekeh melihat senyum Gus Arvan.

"Kamu kemana pas pernikahan Gus Fajri?"tanya Gus Arvan mengusap kepala Nayla yang tertutup khimar panjang.

"Nayla nggak ikut, lagi ngurusin santri yang siap ujian,"jawab Nayla.

Tak lama semua orang yang berada di ndalem keluar menghampiri keduanya yang sedang bermanja manjaan.

"Bagaimana nak Arvan?"tanya abi.

"Arvan memilih menetap di sini abi, bang Ai yang ke Surabaya,"jawab Gus Arvan di angguki Abi.

Abizhar dan adik adiknya datang menghampiri gazebo yang membuat semuanya tertawa ketika melihat adik adiknya yang berdiri seperti berbentuk kereta.

"masyaAllah cucu cucu abi sudah besar besar,"ucap abi tersenyum hangat melihat para cucu cucunya.

"Tinggal tunggu dari Nayla sama Arvan aja bi,"ucap Gus Faqih membuat Nayla tersenyum malu, ia menyembunyikan wajahnya di dada bidang gus Arvan yang terkekeh.

"InsyaAllah nyusul,"ucap gus Arvan mengelus punggung Nayla.

"Acikkk punya dede bayi lagi!"pekik Abizhar membuat semuanya tertawa.

"Doain aunty nya biar bisa cepet dede bayi nya di dalam perut onty,"ucap Mera mengelus rambut Abizhar.

"Iya aunty, nanti Abizhar doain sama kakak santri,"ucap nya sambil menunjukkan gigi putih nya.

Nayla mengeratkan pelukannya pada pinggang gus Arvan sambil tersenyum salah tingkah.

"Kok malah bahas gitu?"bisik Nayla menatap gus Arvan yang terkekeh.

"Nayla, usahain secepatnya kasih hak suami kamu nak, kalau memang belum siap punya anak kan bisa pakai pengaman dulu jadi aman aja,"ucap umi yang semakin membuat Nayla hampir tertawa.uminya benar benar frontal.

"Umi ih jangan bahas gituan di sini,"cicit Nayla dengan pipi yang merona.

"Arvan bawa Nayla ke kamar saja nak,"pinta abi pada gus Arvan yang langsung di laksanakan nya.

Di kamar Nayla menidurkan badannya sambil memejamkan kedua matanya, tak lama ia merasakan kepala gus Arvan yang tiduran di atas dadanya.

ILY GUS ARVAN(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang