5. Rasa Kuriositas

166 69 209
                                    

Mei 2018

Jika ada X maka pasti ada huruf Y. Pasti tak asing lagi dalam pelajaran matematika. Tenang, aku juga sama kayak kalian. Goblok banget sama matematika walaupun aku sendiri menulis tangan kidal.

Namun, X dan Y yang kumaksud adalah teori organisasi yang dikemukakan oleh mc. gregor yang mengklasifikasi manusia menjadi dua tipe. Manusia tipe X adalah manusia yang dipaksa terlebih dahulu baru merespon dan bekerja. Sementara manusia tipe Y adalah manusia yang dengan sendirinya tahu apa yang dia lakukan dan patuh terhadap aturan.

Aku sering mendengar celotehan dosen mata kuliah Teori Organisasi dengan memaparkan teori tersebut untuk mengancam mahasiswanya agar bertanya kepadanya. Kalau tidak ada hukuman tersendiri seperti membuat makalah dadakan atau esai yang dikumpulkan sebelum jam 23:59 hari itu juga.

Kalau dijumlahkan dalam persen mahasiswa se-Universitas Bhumi Nusa saja, mungkin 99% adalah manusia tipe X yang sukanya rebahan dan suka terpaksa membuat tugas di waktu deadline. Sementara manusia tipe Y yang hanya 1 % adalah mahasiswa ambisius demi IPK cumlaude, yang selalu mengumpulkan tugas sebelum deadline.

Atau contoh kecilnya, ketika di suruh berkumpul untuk mengerjakan tugas kelompok. Manusia X tak akan datang jika tak diancam. Sementara manusia tipe Y, akan datang atas kesadaran diri sendiri.

Seperti saat sekarang, aku sebenarnya manusia tipe X namun, terpaksa datang tepat waktu menunggu teman-teman kelompok matakuliah Pendidikan Agama dan ... tidak ada satupun mereka yang datang. Kurang ajar emang. Sementara hari ini adalah hari libur karena kampusku juga menjadi tuan rumah penyelenggaraan SBMPTN. Yang seharusnya aku bisa rebahan di rumah.

Konsentrasiku buyar hilang diterpa panas matahari terik jam 3. Selagi menunggu teman-temanku, aku membuka instagram yang sudah jadi kebiasaan. Wait, ada profil Rama di pojok atas. Dia sedang update instastory. Aku tidak meng-klik langsung dan entah kenapa terniat untuk meminta follback.

Hmm.

Jika teori X dan Y dicocoklogikan dengan orang yang disukai. Manusia X adalah orang dikasih semacam sinyal terlebih dahulu baru merespon. Sementara manusia Y adalah orang yang dengan sendirinya mencintai, tanpa paksaan. Duh, disiang panas begini aku malah menciptakan teori ngawur yang sangat related banget.

Dipa juga pernah bilang, kalau dia tidak di-chat mana bakalan tau dia aku pernah memperhatikan dia dari dulu di gedung ini. Dan sepertinya orang itu tipe manusia X. Yang harus diberi sedikit sinyal dulu.

Signal by Twice, terputar diotakku secara omotatis. Dengan lirik, trying to let you know ... I must let you know ...

Aku tak tahu kenapa teori tersebut selalu teringat di kepalaku dibandingkan teori di mata kuliah lain yang aku pelajari semester ini. Apa karena waktu itu suasana mood-ku senang baik sehingga menyerap mudah celotehan dosen itu? Atau karena aku sedang mengagumi seseorang sehingga motivasi belajarku meningkat bertepatan teori X dan Y itu diterangkan dosen?

Lumayan, aneh. Meh, lupakan soal teori X dan Y. Sekarang aku tak mau berdiam diri. Tak ingin stalking tidak jelas lagi. Aku harus menghubunginya. Segera.

•°🌻°•

Kutarik nafas. Aku meng-unfollow dan mem-follow kembali akun instagram-nya. Kemudian mengklik direct message.

Sahita Raswa ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora