Sesudah

144 18 13
                                    

Kemaren aku pernah bilang aku suka... eh, salah aku enggak pernah bilang aku suka. Aku enggak ingin mengatakan padamu secara langsung karena... yha.... sudah ditebak endingnya seperti apa.

Bahkan kamu tahu sendiri, bukan seperti ini ceritanya. Bukan berarti aku enggak sadar diri.
Aku sepenuhnya sadar sebab sudah berkali-kali tertampar kenyataan. Aku hanya merangkai kata-kata yang dirasa... bisa membuatku lebih tenang. Ternyata tidak juga.

Tetapi sebagai perempuan yang tahu rasa kehormatan dan harga diri, aku enggak ingin lagi mendekatimu. Aku batasi diriku dengan hal yang terkait dengan dirimu. Aku enggak lagi ingin tahu. Namun, aku enggak bisa membenci kamu.

Sebab, membencimu hanya akan menambah satu ruang untukmu di hatiku. Ruang cinta dan ruang benci. Itu membingungkan, sih. Intinya kamu enggak baik untukku sebaliknya, aku enggak baik untukmu.

Aku mati-matian membuat cerita ini bukan membuatmu berpaling padaku. Salah! Cerita ini sebagian besar delusional, dan kamu sendiri tahu. 'Bukan seperti ini seharusnya'. Dan kamu juga pasti bertanya 'kenapa kamu membuat cerita ini? Kamu ingin cinta dariku?'

Aku enggak ingin apapun. Perasaan ini sudah menjadi beban. Sebab, melupakanmu sudah menjadi hal paling sulit aku lakukan. Bahkan bertahun setelah cerita delusi ini selesai, bahkan sampai detik ini. Umurku makin bertambah dewasa, kamu pun juga. Aku masih mengingatmu.

Aku masih mengingat saat-saat itu, kehadiranmu yang kamu sendiri enggak sadar aku memperhatikanmu. Bukan karena wajahmu. Bukan karena apapun.

Saat itu aku berpikir "Ah, dia." Setiap aku sadar dengan kehadiranmu yang diluar nalarku. Yang enggak bisa didefinisikan gimana rasanya. Getaran hati, pangling, terpesona. Intinya, aku auto sadar kalo itu kamu.

Kamu sendiri tidak akan paham. Pasti bertanya-tanya "Kok bisa?" Entahlah... barangkali karena mengagumi dalam diam itu lebih indah saja dirasakan, meskipun kamu enggak mungkin untuk dimiliki.

Pernah aku berusaha melupakan dengan beralih dengan yang lain. Berusaha mencintai orang lain. Bahkan sempat membuatku beralih. Bahkan lebih romantis. Namun, gagal. Enggak ada yang membuatku merasakan, saat aku diam-diam menjadikanmu pusat perhatianku.

Aku sangat tahu. Kamu enggak ingin didekati. Aku pun enggak ada lagi niat mendekatimu. Siapapun yang merasakan perasaan seperti ini... pasti mengerti apa yang aku rasain selama ini. Aku... dikatakan berharap enggak, melupa juga enggak bisa. Intinya kamu berbeda, tapi sedari dulu aku undur terus jadwal kemundurannya. Hahah, semacam itu.

Sekarang aku udah mundur total. Ketemu suatu hari pun, kamu enggak bakalan mengerti jugak. Mengertipun kamu enggak akan bakalan merubah segalanya.

Maaf, ya.

Goodbye and hope you life better.

Dearest You

©letssweetdream 2021

Sahita Raswa ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora