13. Masalah Utama

75 19 75
                                    

Agustus 2019

"Komunikasi adalah kunci utama terjalin sebuah hubungan antar masyarakat atau public relation. Dalam komunikasi terdapat interaksi dan penyampaian pesan baik lisan maupun tulisan dari komunikator kepada komunikan. Contoh, siapa pasangan kelas di sini?" tanya Bu Yuna. Dosen baru di kelas pertama semester 5. Aku menunduk. Takut namaku disebut.

"Dede sama Tisya, Bu! Mereka aktif ketua kelas!"sorak teman sekelas.

"Bara sama Lana, Bu! Yang suka tatap-tatapan sejak semester lalu!" sorak Handi dan Dipa. Aku langsung menutup mulut Dipa.

"Baik couple kelas ada 2, ya. Oke, misalnya Dede menyatakan cinta pada Tisya dan Tisya memberikan respon. Akhirnya, mereka menjadi pasangan terpanas di kelas B. Terjadi komunikasi yang baik itu yang bisa disebut hubungan masyarakat karena memberikan feedback. Sedangkan, Bara menyatakan cinta pada Lana, namun Lana menolak. Karena sudah ada yang punya misalnya. Maka tidak terjadi hubungan masyarakat karena tidak adanya feedback. Akhirnya Bara menjadi sadboy. Umpanya saja, ya. Jangan terlalu diambil serius," jelas Bu Yuna.

Nindi dan Handi serempak menertawai aku dan Bara. Aku malu, menunduk. Kenyataannya terbalik, justru Bara sudah punya kekasih di fakultas lain dan aku memang tidak punya rasa dengannya. Walaupun aku suka melihat wajahnya seperti Manurios, walaupun dia orang baik dan juga pintar. Yang jelas Bara bukan orang yang bisa jadi ... intinya impossible aja gitu menurutku.

"Dan salah penyebab utama hambatan dari penyampaian pesan dari komunikator dan komunikan adalah malasah human error. Misalnya, Bara dan Lana memang tidak pernah punya pengalaman menyatakan cinta atau Lana cendrung tertutup sehingga Bara mengurungkan niatnya menyatakan cinta. Sehingga pesan yang disampaikan tidak dapat menimbulkan hubungan timbal balik atau feedback," jelas Bu Yuna.

Masalah human error, ya?

"Bu Yuna kok tiba-tiba cenayang? Padahal dia baru ngajar di kelas kita, serem," bisik Dipa di sampingku. Nindi menaikkan bahu.

Aku menarik alis heran. "Memangnya begitu?" tanyaku menoleh bingung sekilas ke arah Bara. Bara juga menoleh padaku. Di kala seisi kelas heboh dengan masalah per-couple-lan. Aku tidak yakin. Aku justru merasa ini seperti masalahku, 2 tahun menjadi secret admirer-nya Rama. Karena human error apalagi jari dan keterbatasan titik bertemu, aku tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengannya. Aku tak tahu, ya apakah Rama memang tipikal cowok yang tak mudah didekati atau mungkin sok jual mahal. Yang jelas sampai hari ini tidak feedback. Tak akan pernah ... mungkin.

"Contoh nyata dari komunikasi hubungan masysrakat, yaitu banner demonstrasi. Terdapat pesan-pesan rakyat kepada pemerintah. Untuk hari ini kita sekian dulu, karena materi hari ini. Kita lanjutkan kuliah minggu depan." Bu Yuna tersenyum ke arah pintu, karena ada Pak Dani sudah menunggu untuk kelas selanjutnya. Kami sekelas sontak menertawai mereka.

"Wah, mereka serasi." Mataku berbinar melihat dua dosen muda sedang tatap-tapatan dari pintu seperti membaca cerita romansa halu di wattpad saja.

"Kabarnya Pak Dani sama Bu Yuna tunangan," bisik Nindi. Aku terbelalak, mengangguk pelan. Aku masih excited melihat mereka saling melempar senyum ketika bertukar posisi. Pak Dani sekarang duduk dikursi dosen Bu Yuna sedikit melambai 'dadah' pelan. Beneran seperti cerita halu di wattpad.

"Lana senyum mesem-mesem sendiri, pasti dia mikirin Bara," celetuk Dipa.

"Iya," ucapku tanpa sadar. Detik kemudian aku tersadar.

"Ngaco!" protesku berbisik. Aku menoleh pada Bara di barisan samping. Dia menahan senyum.

"Dedek Lana polos banget! Bilang aja iya!" ledek Handi dari belakang.

Sahita Raswa ✓Where stories live. Discover now