6. Getaran Hati

169 65 211
                                    

Agustus 2018

Aku mengecek KRS semester 3 setelah tiba di gerbang kampus Bhumi Nusa.

"Kenapa ada 4 mata kuliah masih di gedung kuliah umum? Katanya gedung fakultas baru udah siap?" tanyaku memiring kepalaku bingung melihat kertas KRS setelah turun dari angkot.

Hari ini juga hari pertamaku memakai baju angkatan yang telah dibagikan komting jurusan akhir semester lalu. Juga hari pertama aku menjadi senior di Universitas Bhumi Nusa.

Awalnya aku mengira akan kuliah full di fakultas, sekarang aku terpaksa melangkah cepat. Fakultas FISIP dekat dengan gerbang utama sementara gedung kuliah umum harus menempuh seperempat jam dari gerbang utama. Terlebih rok span menyulitkan langkahku ditambah lagi dan dihadang beberapa mahasiswa baru, menanyai lokasi gedung yang mereka tuju. Oh god.

"Kak, numpang nanya. Kode gedung ini di mana, Yak?" tanya beberapa mahasiswi baru menunjukkan KRS mereka.

"Owh, 03204 ... ini gedung FISIP lama lantai 2 ruang 4 di seberang sana, Dek. Nanti setelah sampai di lantai dua kamu masuk ke koridor dan tinggal cocokkan kode kelas yang terpampang di setiap pintu sesuai dengan kode kelas dalam jadwal KRS kamu hari ini," jelasku mengulas senyum setelah melihat KRS salah satu dari mereka.

"Gimana cara membedakan kode gedung sama kode kelas, Kak?" tanya mereka lagi.

"03 untuk kode gedung, 2 untuk kode lantai, 04 untuk kode kelas, begitu cara membedakannya." Tanganku menunjuk ke setiap nomor yang tertera.

"Ooo gitu, Kak. Makasih banyak."

"Iya, sama-sama, Dek. Jangan sampai salah masuk kelas, ya? Jangan sampe absen hari pertama enggak kehitung karena 1 kali absen pertemuan bisa buat pergi liburan, lho."

"Iya, Kak. Makasih banyak atas informasinya. Btw, Kakak cantik, ramah juga," puji salah satu dari mereka.

Aku mengerjapkan mata beberapa kali, tertawa malu sembari merapikan anak rambut.

"Ahahah, makasih, kalian juga cantik kok. Semangat kuliah hari pertama."

Kupastikan mereka sampai benar-benar masuk gedung FISIP lama. Setelah itu menarik nafas, lalu kulihat jam di pergelangan tangan kiri.

10 menit lagi ... mudah-mudahan dosen yang masuk baik semua. Tunggu, kalau dipikir-pikir lagi ... Lana Ishara kamu aneh, ya. Kok tiba-tiba bisa ramah ke stranger? Kamu lupa ya kalo kamu itu introvert? Adek- adek maba barusan salah sangka. Aku tak akan semudah itu ramah pada seseorang dan aku tidak terlalu cantik. Hahah ... anggap tadi aku udah melakukan tugas pertama sebagai senior di kampus.

Hah ... keinget dulu bingung nyari kelas ... terus ketemu Rama.

Aku kembali menegakkan dagu dari tertunduk melihat langkah kaki. Dan dari kejauhan seseorang lelaki mengendarai motor vix-R putih sembari memperbaiki posisi kacamata-nya. Aku tak dapat melihat matanya dengan kacamata photochromic dan agak memantul sinar matahari pagi. Terpaksa aku mengernyit karena Mataku juga sedikit rabun sejak menjadi mahasiswa yang tak pernah lepas dari laptop maupun handphone. Aku juga tidak ingin menambah minus mataku dengan memakai kacamata.

Dan hal yang aneh dari orang itu adalah dia memperlambat kecepatan motornya dikala semua mahasiswa lain yang mengendarai motor berpacu di jalan depan gedung kuliah umum.

Semakin dekat. Aku tersadar. Mataku yang sedari tadi memicing sontak melebar perlahan.

Rama!

Ya, ampun! Aku hampir enggak kenal! Style pakaiannya berbeda dari biasa. Ke mana kemeja putih, jeans biru dan converse dulu? Ke mana motor Astra antik dulu?

Sahita Raswa ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora