Part 5 - [Evidence]

60 58 6
                                    

Happy Reading!

.

"disini DHARA diganti panggilannya jadi PUTRI ANINDYA"

Dhara a.k.a putri anindya benar benar berlatih terus menerus untuk meningkatkan kemampuan bela dirinya, karena dizaman ini selain memerlukan otak yang pintar, serta kemampuan akting yang bagus, disini juga sangat membutuhkan kemampuan untuk membela diri, karena orang terdekat mu bisa menjadi musuh mu.

"kau melalukan kemajuan yang bagus putri" kata paman adi a.k.a prajurit yang menjaganya.

"terima kasih, paman" ujar anindya dengan suara yang anggun.

"apa kau tidak meresa susah bernapas dan bergerak, jika mengenakan pakai seperti itu terus menerus, ditambah lagi kau melakukan kegiatan seperti ini" khawatir paman adi.

Anindya hanya menatap malas dan datar, orang tua didepannya "tidak" jawabnya dengan singkat, entahlah mungkin dia merasa bosan ditanyai pertanyaan seperti itu, setiap berlatih.

Paman adi hanya mengangguk, dia mengerti dan tidak ingin membantah putri yang berdiri didepannya. Pasalnya putri tersebut benar benar berubah setelah kejadian dimana dirinya hampir mati oleh pembunuh bayaran. Putri yang biasanya harus ditekan untuk melakukan sesuatu, untuk kebaikan dirinya, kini dengan suka rela melakukannya tanpa diperintah.

Ya, Putri Anindya menjadi sosok yang berbeda beberapa tahun silam setelah tuduhan tersebut. Dia yang dulunya ceria dan ramah, lalu menjadi tak ada semangat hidup untuk melakukan sesuatu, bahkan untuk makan sekalipun, karena itu kedua prajurit tersebut harus berkata kasar atau manjatuhkan dirinya agar membuatnya sadar. Namun, sekarang putri itu bisa melakukan apapun yang iya inginkan, tanpa diminta. Dia telah menjadi sosok yang berbeda.

Latihan terakhirnya telah selesai, yaitu memanah. Bukan hal sulit untuk anindya untuk melakukannya kerena dulunya sering berlatih menembak, yang langsung diawasi oleh anggota kepolisian secara langsung, dengan membayar 4 juta setiap bulannya.

Dan, besok dirinya akan kembali ke kerajaan.

Saat anindya sedang duduk diatap rumahnya, instingnya mengatakan bahwa ada bahaya yang mengancam, dan benar saja, dengan mata tertutup, anindya menangkap anak panah yang tepat mengarah kearahnya. Dan, memanah dengan tepat sasaran kepada orang yang memanahnya.

BRUKKK

Suara orang terjatuh, tentu saja hal itu membuat 2 prajuritnya menjadi waspada. Anindya yang dari tadi diam diatap kini, melompat turun, dan langsung berjalan menuju orang tersebut.

Anindya menatapnya dengan datar dan dingin orang didepannya, yang dalam keadaan sekarat, karena dia berhasil memanah dada orang tersebut.

"akhhh..." rintih orang tersebut.

Tanpa belas kasihan anindya menginjak bahu orang tersebut dengan sangat keras, sehingga membuat orang itu merintih kesakitan akibat ulahnya.

"siapa yang menyuruh mu?" tanya nya

Orang tersebut tak bisa menjawab pertanyaan anindya, badannya terlalu sakit untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Tanpa belas kasihan, anindya menyabut panah yang ada didada orang itu, hingga membuatnya menjerit kesakitan. Dan, darah yang mencuat mengenai wajah anindya. Sedangkan, prajurit yang dibelakangnya hanya menatap ngeri kepada anindya.

"aku takkan mengulangi pertanyaan ku untuk kedua kali nya!" ancamnya "siapa yang menyuruh mu! Jika kau mengatakan yang sebenarnya, aku akan menyelamatkan mu!"

"aa-amm-ampuni ss-saya pu-putrii, saya hanya disuruh permaisuri" ujarnya dengan menahan sakit.

"kau mempunyai buktinya?"

"ss-saa-saya pun-nn-nya pu-uu-tri" jawabnya lagi dengan terbata bata.

"baiklah. paman dan kau! angkat orang itu! Bawa ke rumah ku" perintahnya

"baiklah putri" "namaku guna!" sahut keduanya bersamaaan

Putri anindya hanya diam, dan mendahului mereka berdua untuk kembali ke rumah pengasingannya.

.

Anindya menyuruh para prajuritnya membaringkan disebuah kursi kayu didalam rumahnya. Dia menyuruh guna untuk menjaga diluar dan paman adi membantu anindya mengobati orang tersebut. Dengan telaten anindya mengobatinya, menggunakan tanaman untuk menghentikan pendarahannya namun, anindya melupakan hal penting, dia tidak tau golongan darah orang ini.

'ah terserah! Semoga dia bertahan!' gumam anindya dalam hati.

Setelah mengobati orang tersebut hampir 2 jam lamanya, akhirnya anindya berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan menutup lukanya. Kemungkinan terburuk orang tersebut mati, karena kekurangan darah atau dia akan selamat tapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Tapi dilihat dari denyut nadinya, sepertinya dia akan selamat.

'bagaimana ini, aku yakin orang ini akan bangun dalam waktu yang cukup lama. Jika tubuhnya memiliki pertahanan yang baik dia akan bangun 2-3 minggu lagi. jika tidak, dia akan bangun dalam 1-2 bulan lagi. Itu artinya aku sudah kembali ke istana! Tidak mungkin aku membiarkannya disini sendirian. Ck! Zaman sialan! Kenapa infus belum ditemukan! Merepotkan saja!' kesalnya dalam hati.

Setelah terdiam cukup lama, akhirnya anindya membuka suara. "paman aku ingin kau menjaga orang ini saat aku kembali ke istana. Dan tolong perhatikan kondisi tubuhnya setiap 2-3 jam saat aku sudah kembali, jangan lupa berikan yang aku berikan kepada mu tadi, setiap kau mengeceknya!" jelas anindya seperti seorang tabib yang sudah terlatih.

Paman adi hanya mengangguk paham penjelasan dari anindya.

"dan jika dia sudah bangun, segera beritahu aku! Jangan biarkan orang ini kabur! Jika sampai terjadi, maka jangan salahkan aku jika kepalamu sudah berada ditempat lain!" ancamnya.

"baik putri, hamba mengerti"

"dan satu lagi! Saat aku kembali ke istana, awasi diriku dari jauh, jangan sampai terlihat oleh pasukan kerajaan, tapi masih dalam jangkauan untuk melihat ku. Aku merasa akan terjadi sesuatu" tambah anindya lagi, sambil menerawang ke depan.

"siap laksanakan putri!"

__oOo__

Tiba hari dimana putri anindya akan kembali ke istana setelah, 3 tahun pengasingan. Tentu saja kabar tersebut terdengar hingga ke para rakyak di kerajaan tersebut.

Raja Indrawarman mengadakan penyambutan atas kembalinya anak kandunganya dari permaisuri pertama, sebenarnya ia enggan melakukannya, namun karena dorongan permaisuri anjani, yang sebelumnya adalah selir pertama, barulah dia mau melakukan penyambutan tersebut. 

Fyi, selir anjani itu sebelumnya selir pertama, tapi karena permaisuri  Ayudisha Shima meninggal, jadilah selir anjani diangkat menjadi permaisuri.

Saat diperjalanan menuju istana, insting anindya mengatakan bahwa ada yang mengawasi mereka. Dan benar saja, tak berapa lama kemudian, berdatangan pria berbaju hitam langsung menyerbu rombongan anindya.

Anindya hanya diam didalam kereta kudanya, menunggu saat yang tepat untuk keluar.

Suara pedang sudah tidak terdengar lagi, yang berarti ada 2 kemungkinan. Kemungkinan pertama, rombongannya kalah dan kemungkinan ke dua, rombongannya menang.

"keluar kau putri bodoh!" sahut orang yang berada diluar kereta kudanya.

'berarti yang pertama' 

.

.

.

TBC (910 words)

GA BOSEN UNTUK BLG

JGN LUPA VOTE, COMMENT AND SHARE!!

THANKS!!

Published, 09-09-2021

DECISION [ON GOING]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant