Gita Galak

7 1 0
                                    

Hari itu sekolah mengadakan kerja bakti menyambut Hari Kemerdekaan. Setiap kelas menata dan menghias kelas masing-masing. Kelas Bagas berniat mengubah sedikit penataan kelas dan membersihkan kelas. Sejujurnya Bagas malas mengikuti kerja bakti. Makanya ia kabur bersama ketiga temannya. Mereka nongkrong di kantin sekolah sambil mengomentari murid-murid dari kelas lain yang sedang melakukan kerja bakti.

Kayla, Ruri, dan Lina dari kelas sebelah sedang membeli sesuatu di kantin. Kayla menyukai Bagas sejak lama. Tapi Kayla tidak terlalu menampakkannya karena ia memang anak yang pemalu. Meskipun begitu, ia sering sekali memberikan hadiah-hadiah kecil, membantu, bahkan melakukan sesuatu untuk Bagas.

Ketika awal masuk sekolah, Bagas pernah tidak sengaja melempar sepatunya sampai mengenai wajah Kayla. Karena merasa bertanggung jawab, Bagas membawa Kayla ke UKS dan mengobati wajah Kayla. Selama seminggu setelah kejadian itu, Bagas selalu menanyakan kondisi Kayla setiap mereka bertemu. Semenjak itu, Kayla mulai menyukai Bagas sampai sekarang.

“Kay, tuh ada Bagas.” Kata Ruri.

“Eh iya, itu ada Bagas.” Lina menunjuk tempat Bagas dan teman-temannya.

“Hah, gimana nih?” Kayla merapikan pakaian dan rambutnya. “Aku berantakan nggak?”

“Agak berantakan sih.” Kata Ruri sambil membenarkan poni Kayla.

“Cantik, kok.” Puji Lina.

“Coba pakai lip tint.” Saran Ruri.

“Yah, aku nggak bawa.” Keluh Kayla.

“Pakai punyaku aja.” Lina menyerahkan lip tint-nya pada Kayla.

Kayla segera memakai lip tint itu dan meratakannya.

“Sekarang udah lebih mending?” tanya Kayla.

Kedua temannya mengangguk.
Mereka segera membayar minuman botol yang mereka beli kemudian berbalik untuk kembali ke kelas. Ruri yang menggandeng tangan Kayla dengan sengaja mengarahkan Kayla untuk berjalan melewati Bagas. Kayla menahan langkah mereka bertiga dan menggeleng. Tapi Ruri memaksa untuk berjalan melewati Bagas. Di depan Bagas, Kayla tersenyum dan sedikit menganggukkan kepala. Bagas membalas itu dengan hal yang sama. Setelah melewati Bagas Kayla membuang nafas lega dan meloncat kegirangan karena barusan Bagas tersenyum padanya.

“Yang lewat barusan bukannya yang pernah kamu lempar sepatu, ya?” Tanya Dhani.

“Itu nggak sengaja kali.” Jawab Bagas.

“Oh, yang kelasnya sebelahan sama kelas kita, kan.” Rian memastikan.

Bagas mengangguk.

“Kenapa dia lewat depan kita? Padahal kalau lewat belakang kita malah lebih cepat sampai kelasnya, kan.” Kata Dimas heran.

Bagas mengedikkan bahu.

Tiba-tiba dari belakang telinga mereka terdengar suara yang amat keras hingga menyakitkan telinga mereka.

“Dor!” Suara yang amat menyakitkan telinga mereka datang dari seorang gadis berambut sebahu yang menatap mereka dengan tatapan marah.

Keempat lelaki tersebut menoleh ke belakang dengan tatapan kesal. Tapi sedetik kemudian raut wajah mereka berubah pucat. Mereka menatap seorang gadis, bukan hantu atau monster.

“Kenapa kalian di sini?” Bentak gadis itu. “Teman-teman yang lain pada sibuk kerja bakti, tapi kalian malah santai-santai di sini.”

“Santai, Git. Tarik napas, hembuskan.” Kata Dhani.

Dengan bodohnya, Gita menuruti kata Dhani. Ia menarik napasnya, kemudian menghembuskannya perlahan.

“Balik ke kelas sekarang!” Bentak Gita setelah ia sadar akan tindakan bodohnya.

“Iya, ampun Mbak Gita!” Rian menangkupkan tangannya di depan wajahnya.

“Iya deh Git, kita ke kelas sekarang.” Kata Dimas.

Mereka beranjak dari duduknya dan berjalan mengikuti Gita untuk kembali ke kelas. Tiba-tiba Bagas mempunyai ide supaya dia bisa mendapat perhatian dari Gita. Ia kembali lagi ke tempat awal ia duduknya di kantin. Tidak ada yang tahu dia melakukan itu karena dia yang berjalan paling belakang.

Di tengah jalan, Gita menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada yang kabur. Ia melihat hanya tiga orang yang mengikutinya. Seharusnya ada empat.

“Eh, kok kurang satu?” Tanya Gita ke empat orang di belakangnya. “Siapa ini yang nggak ada?”

Semua memperhatikan satu sama lain dengan bingung.

“Bagas yang nggak ada.” Kata Dhani.

“Kok kalian bisa nggak tau kalau dia kabur?” Tanya Gita heran.

Mereka mengedikkan bahu.

“Ya udah, kalian balik ke kelas ya. Beneran balik lho. Aku mau nyari si Bagas dulu.” Kata Gita.

“Kemana sih si Bagas?” Tanya Rian yang berjalan paling depan.

“Nggak tau deh. Palingan juga cari perhatian sama Gita.” Kata Dimas yang sudah tahu betul sifat Bagas.

Mereka bertiga pun melanjutkan perjalanan mereka ke kelas.

Sementara itu Bagas yang melihat Gita berjalan ke arah kantin langsung berdiri dan berjalan menjauh dari Gita. Bagas berjalan hingga ujung koridor kemudian berhenti dan berbalik. Ia melihat Gita di ujung koridor yang berbeda.

“Bagas!” Teriak Gita dengan kencang. Bukan. Sangat kencang. “sini kamu!”

Bagas sudah tahu akan begitu. Tapi dia tetap kaget dengan suara Gita yang keras dan lantang. Semua murid di sepanjang lorong menoleh ke arah Gita, kemudian menoleh ke arah Bagas. Bagas agak merasa tertekan. Ia dengan gontai mendatangi Gita.

“Kamu itu, teman-temanmu yang lain lagi sibuk kerja kok kamu malah kabur-kabur aja. Dari tadi di kelas itu ribet banget karena kekurangan orang. Kamu malah jalan-jalan. Semua temen-temen udah pada capek. Aku juga udah capek banget tahu. Kamu masih segar bugar begini bukannya bantuin malah cari angin. Balik ke kelas sekarang.” Kata Gita panjang lebar sambil melotot.

“Maaf.” Kata Bagas dengan raut wajah memelas. Ia sebenarnya sedikit merasa bersalah pada Gita. Ia juga tidak tau kalau Gita akan semarah itu.

“Ayo balik ke kelas!” Kata Gita sambil menarik lengan seragam Bagas.

Bagas merasa sekarang wajahnya sangat merah. Ia merasa tidak apa-apa setelah dimarahi Gita. Meskipun sekarang ia sedang diseret Gita ke kelas, tapi ia merasa senang karena bisa melihat Gita meskipun hanya dari belakang. Bahkan sekarang jarak antara dia dengan Gita sangat dekat.

Pelangi Kehidupan BagasWhere stories live. Discover now