GEEYA | BAB 2

79.3K 8.2K 157
                                    

Area kantor Nevan bukan hal yang asing lagi bagi Freya. Karena ... sejak lulus kuliah, hanya pada Nevan lah Freya bisa benar-benar bercerita. Dia sering ke sana jika butuh teman mengobrol.

Tapi, sayang, lelaki itu kini sudah milik orang lain. Jadi, sekarang, setiap ingin meluapkan kekesalannya dengan cara berbagi cerita, Freya juga akan mengajak Raline. Ya, tidak masalah, Raline sama seperti Nevan, mereka pendengar dan pemberi saran yang baik.

Freya menyapa beberapa orang yang dikenalnya di kantor Nevan. Mereka satu bidang, tentu sering bertemu entah di sini atau di luar sana.

Ketika jemari lentik Freya memegang kenop pintu ruangan kerja Nevan, ia mendengar seperti suara keributan di dalam sana.

Tanpa menunggu lagi, Freya langsung menekan kenop pintu.

"Nggak usah keras kepala, Ra, aku beneran pusing mikirin kamu datang ke sini sendirian. Apa sih susahnya minta jemput sama aku? Kamu tau 'kan kondisi kamu lagi nggak memungkinkan?"

Sontak saja Freya terkekeh. Menurutnya ini bukan menonton sebuah keributan, melainkan menonton sebuah pertunjukan seru.

Bagaimana tidak, saat Nevan sibuk mengomeli Raline dengan raut wajah frustasi sekaligus khawatir, wanita itu malah duduk santai di sofa bed sambil memakan bubur ayam seolah tanpa dosa.

Freya mengambil duduk di sebelah Raline. Saat menatap Nevan yang duduk di belakang meja kerjanya, Freya memberi raut mampus-lo-dicuekin. Ingin sekali Freya tertawa kencang, namun ia tahan.

"Udah datang, Frey?" sapa Raline.

"Iya." Freya mengangguk. "Gue kabur."

"Udah hal yang biasa, gue nggak heran." Raline mengedikkan bahu.

Mendengar itu, Freya tertawa geli. Dia membenarkan apa yang dikatakan oleh Raline.

Kemudian, Raline bertanya, "Kali ini apa masalahnya, Frey?"

"Gue disuruh kenalan sama anaknya teman daddy, terus nikah. Hell, gimana bisa gue nikah sama orang asing gitu?!"

"Tadi 'kan disuruh kenalan dulu, Frey."

"Ya ... beda. Pokoknya bagi gue dia tetap asing."

"Lo nggak mau coba perjuangin Gerald, Frey?" Nevan ikut dalam obrolan, "Jaman sekarang udah biasa kalau cewek ngejar cowok."

Ucapan Nevan dibenarkan oleh Freya dan Raline. Tapi, tetap saja, dia tidak bisa. Lebih tepatnya, Gerald tidak mungkin mau didekati.

Selama ini Freya memang tidak pernah mendekati Gerald secara terang-terangan. Gadis itu main halus dibantu oleh beberapa sahabatnya. Namun, begitu saja Gerald sudah terlihat risih dan selalu kesal, apalagi jika ia mendekati secara terang-terangan?

Mungkin, Freya bisa diblacklist dari dalam hidup Gerald nanti.

Ketika Freya ingin membuka suara lagi, asisten Nevan memasuki ruangan itu. Freya kenal dengannya. Laki-laki itu mantannya sewaktu kuliah tahun pertama.

"Hai, Nial!" Freya menyapa riang.

Melihat keberadaan Freya, Danial—si asisten Nevan itu menggelengkan kepala. "Bolos kerja lagi, right?"

"Yaz!"

"Cuma lo deh kayaknya yang bangga karena bolos kerja, Frey."

"Yeah! That's me!" Freya menepuk-nepuk bahunya, bangga. "By the way, Danial, mantan terindahku, udah punya calon istri belum?"

Nevan mengangkat sebelah alisnya, menunggu kelanjutan kalimat yang keluar dari mulut Freya. Namun, Danial lebih dulu menjawab, "Belum nih, mantan. Susah cari istri mah."

GEEYA (Tamat)Where stories live. Discover now