GEEYA | BAB 12

51.5K 6K 90
                                    

Hari pertama tanpa Gerald sungguh membuat kehidupan Freya berbeda. Rasanya seperti sebelum menikah dulu. Tinggal di rumah orang tuanya, tanpa ada orang lain sama sekali di sebelahnya ketika ia bangun dari tidur.

Freya memang memutuskan untuk tinggal di rumah orang tuanya dulu satu minggu ke depan. Keputusan itu pun diambil setelah berdebat panjang kali lebar dengan sang daddy yang overprotective.

Karena kemarin setelah Gerald berangkat tubuh Freya tiba-tiba lemas dan mual, akhirnya ia diminta istirahat oleh David, tidak perlu ke kantor.

Sampai kemudian ia muntah-muntah saat mencium salah satu bumbu masakan di dapur sesaat sedang makan siang, Freya pun refleks memikirkan siklus haidnya yang baru disadari kalau sudah lama telat.

Untung dia sudah siap sedia test pack di dalam dompetnya karena memang sejak awal menikah dirinya dan Gerald tidak ingin menunda punya anak. Sehingga, setelah makan siang itu juga, Freya langsung menggunakan alat tersebut.

Dan ... hasilnya positif. Dua garis merah. Dengan hasil yang sama di beberapa test pack.

Hal itulah yang membuat kedua orang tuanya memaksa Freya tetap tinggal di rumah mereka. Namun, Freya yang keras kepala bilang ingin mandiri, sudah cukup menjadi seorang perempuan manja selama tiga puluh tahun hidupnya.

Freya ingin belajar melakukan semuanya sendiri. Apalagi dia sebentar lagi punya anak.

Mau tidak mau, kedua orang tuanya menyetujui hal tersebut. Dengan keputusan finalnya, yaitu Freya harus tinggal di rumah mereka selama satu minggu awal dulu agar mereka bisa memastikan kalau anaknya itu memang bisa tinggal sendiri.

Dan lagi, Freya harus memberitahu segala keluh kesah kehamilannya agar orang tuanya selalu tahu bagaimana keadaannya.

Orang tuanya juga akan mengirimkan salah satu asisten rumah tangga mereka untuk membantu pekerjaan Freya di rumah Gerald agar wanita itu tidak terlalu lelah.

Hal itu tidak boleh dibantah sama sekali. Saat ini, orang tuanya hanya mementingkan kesehatan Freya, bukan mementingkan pembuktian soal anaknya yang bisa mandiri.

"Frey, sarapan dulu." Emma—Mommy Freya masuk ke kamar anaknya sambil membawakan nampan berisi roti selai dan susu.

Freya mendudukkan tubuhnya dengan menyandar di kepala ranjang. Lalu, memangku nampan yang dibawakan Emma menggunakan pahanya.

"Sudah ada kabar dari Gerald?" tanya Emma.

"Belum, Mom," sahut Freya. Dia mengambil roti selai, menyuapkan ke mulutnya sendiri sebelum mengembalikan lagi ke tempat asalnya—di atas piring yang berada di nampan. "Mulut Freya nggak enak banget nelan makanan."

"Rotinya nggak enak?"

"Bukan, lidah Freya pahit."

Emma menghela napas. "Tapi, badan kamu udah baikan, kan? Paksain makan, ya, soalnya dari kemarin kamu makannya dikit banget," ujarnya. "Atau, karena kangen Gerald, nih? Baby kangen papa-nya, ya?"

"Eh, berarti Gerald belum tau, ya, kalau kamu hamil?" lanjut Emma.

Senyum masam timbul di bibir Freya. "Iya, belum juga, Mom. Freya sudah coba hubungin, tapi tetap nggak tersambung," jawabnya. "Tapi, Freya juga baru test pack, belum cek ke dokter hamil beneran atau enggak-nya."

GEEYA (Tamat)Where stories live. Discover now