GEEYA | BAB 4

65.7K 6.7K 157
                                    

Freya sedang duduk manis di belakang meja kerjanya yang ada di kantor sang daddy, ia mulai mengerjakan proyek untuk pembangunan rumah Galih Lesmana.

Sebelum dibangun, Freya harus hitung-menghitung perihal semua hal. Untuk desain, bentuk rumah akan dibuat oleh Prisha sendiri, sedangkan interiornya akan dikerjakan oleh timnya.

Telinga Freya disumpal dengan bloetooth earphone, sambil mengerjakan pekerjaannya di komputer kantor, ia mendengarkan lagu agar lebih rileks.

Ya ... begitulah cara kerja Freya, terkesan santai, makanya ia sering dijadikan bahan pembicaraan oleh orang kantor.

Seolah Freya hanyalah anak manja yang bekerja di kantor milik orang tuanya saja tanpa punya passion.

Ketika Freya sedang asik bersenandung, seorang perempuan mencolek lengannya, membuat gadis itu harus menghentikan aktivitasnya dan memundurkan kursi untuk keluar dari kubikel tempat meja kerjanya berada.

Freya mengangkat sebelah alisnya saat menatap perempuan yang kini ada di hadapannya, seolah bertanya ada apa gerangan sampai harus mengganggu waktunya.

Merasa mengerti maksud dari raut wajah Freya, perempuan itu membuka suara, "Mbak Frey beneran mau nikah?"

Dahi Freya mengernyit dalam. "Kata siapa?"

"Tadi saya habis meeting di luar sama Pak David, terus pas balik ke kantor, ketemu cowok lagi duduk di lobby pakai seragam tentara. Eh, ternyata Pak David kenal sama dia, kita juga yang ada di sana dikenalin oleh Pak David. Katanya, dia calon menantunya Pak David. Emangnya benar, Mbak?"

"Hm."

"Wah, selamat, Mbak Freya!"

"Ya, makasih. Sana balik kerja."

Perempuan itu langsung melipir ketika mendengar perintah dari Freya. Bukannya jutek atau sombong, Freya tahu bagaimana orang-orang di kantor daddy-nya itu. Semuanya penjilat. Semuanya tidak ada yang suka dengan Freya.

Jadi, daripada ikut berbaik hati, lebih baik Freya bersikap seadanya saja.

Lihat saja besok, pasti Freya akan jadi bahan pembicaraan mereka lagi. Meskipun di depan Freya dia memberi selamat, pasti di belakangnya gadis itu mengomentari tentang pernikahannya.

Entahlah apa yang akan mereka komentari. Mungkin, Freya akan dianggap hamil duluan karena pernikahan ini terkesan mendadak bagi beberapa pihak yang tidak tahu.

Freya menghela napas pelan. Gadis itu langsung menyimpan file yang dikerjakannya ke flashdisk yang selalu ia bawa, lalu merapikan meja kerjanya sebelum turun ke lobby.

Jam menunjukkan pukul tiga sore, belum jam pulang bekerja seharusnya, namun Freya sudah izin pada sang daddy untuk pulang lebih dulu. Dia punya janji temu dengan pihak wedding organizer yang membantu menyiapkan pernikahannya.

Ketika lift yang mengantarkan Freya ke lobby sudah berdenting, gadis itu langsung mendapati pemandangan sang daddy yang mengobrol akrab dengan Gerald.

Freya tidak tahu bagaimana mereka bisa seakrab itu, dia juga tidak tahu apa yang dikatakan oleh Gerald saat datang ke rumahnya waktu ingin meminta izin untuk menikahinya.

Saat itu, Freya diminta David—sang daddy untuk masuk ke kamar karena ia ingin berbicara dengan Gerald sebagai sesama lelaki. Kemudian, semuanya berlalu begitu saja.

Tiba-tiba dirinya dan Gerald sudah menyiapkan pernikahan.

Tiba-tiba pernikahan mereka sudah dekat.

Langkah kaki Freya mendekati keduanya. "Rald, kamu udah datang?"

"Daddy juga pulang dari meeting, ya?" lanjut Freya ketika matanya bersitatap dengan David.

GEEYA (Tamat)Where stories live. Discover now