Disinilah Raina sekarang. Di rumah Kara, di kamar gadis itu dengan kedua sahabatnya yang menatapnya tajam meminta penjelasan.
Raina tersenyum canggung kearah keduanya. Dirinya merasa seperti kriminal yang sedang di Interogasi.
"Kenapa bisa?"
"Apanya?"
"Nggak usah pura-pura tolol. Jelasin!"
Raina menggigit bibir bawahnya gugup. Matanya bergerak-gerak gelisah memikirkan alasan yang tepat untuk di berikan pada sahabatnya.
"Eumm itu nggak sengaja."
"Apa?!" Tanya Kara dengan nada sedikit menyentak, membuat Raina semakin gugup di buat nya.
"Gue pas mau ke toilet ketemu Melisya dan dia ngejahilin gue, terus kak Dirga dateng nolongin gue. Udah gitu doang nggak lebih."
"Hah?! Seorang Dirga mau nolongin elo? Kalo mau nyari alasan yang ngotak Rai! Terus kenapa juga Melisya gangguin elo. Perasaan lo nggak pernah ada masalah sama kakel," heran Aya.
Mati. Harus gimana ini gue.
"Anu itu...eum...gimana ya..itu gue... tadi__"
"YANG JELAS!!" Sentak kedua nya.
Raina menghela napas kasar. Membohongi kedua sahabatnya ini memang sangat sulit.
"Oke kali ini gue jelasin sejelas-jelasnya."
"Gue waktu itu mecahin kaca mobil kak Dirga, terus karena gue nggak punya uang gue harus jadi babu dia. Dan semakin hari kita makin deket. Dari sana kita sering jalan bareng. Melisya suka sama kak Dirga jadi ya gitu dia ngebully gue, dan kebetulan kemarin pas Melisya lagi bully gue, kak Dirga ada di sana," Jelas Raina panjang lebar yang tentu saja ada bumbu-bumbu kebohongan. Dia tak mungkin menceritakan kejadian di apartemen Dirga.
"Dan setelah kak Dirga nolongin elo kalian langsung ciuman kayak novel-novel romantis gitu? AAAAA.....GUE JUGA MAU," Teriak Sarah kencang membuat dua temannya menutup telinga.
"Berisik!" Decak Kara kesal. "Tapi kan Rai bukannya kak Dirga pacar kakak lo?"
"Em..itu nggak tahu juga gue."
Kara memicingkan matanya menatap Raina curiga. "Jangan bilang lo mau ngerebut pacar kakak lo?!"
"Heh! Sembarangan. Enggak lah!"
"Terus?"
"Ya nggak ada terus-terusan."
"Terus kenapa sekarang lo berubah?" Tanya Kara yang terus saja mendesak Raina. Sedangkan Sarah hanya menyimak dengan khidmat dari tadi.
"Berubah gimana?" Tanya Raina pura-pura tolol.
"Nggak usah sok bego!"
"Gue cuma mau berubah lebih baik lagi. Gue capek jadi Raina yang dulu. Gue nggak mau di tindas terus. Gue juga pengen kayak yang lain."
"Oke. Gue maklum kalo lo cuma ngerubah penampilan doang. Tapi lo ngerubah semuanya Rai! Sifat Lo, gaya bicara lo, semuanya."
"Kenapa sih! Bukannya kalian seneng sama perubahan gue sekarang?"
"Seneng tapi lo kayak bukan elo."
"Udahlah nanti kalian juga bakal terbiasa."
Kara menghela napas panjang. Entah perasaannya saja atau memang Raina sedang berusaha menyembunyikan sesuatu.
"Terus kenapa lo sama kak Dirga tiba-tiba ciuman?"
Aisshh sialan! Raina sudah menduga kalo sahabatnya ini tak akan melupakan scene hot itu.
YOU ARE READING
Tertanda R
Teen FictionNggak maksa buat follow, tapi nggak mau pura-pura kepencet gitu? Hehe. Selayaknya bunga yang butuh waktu untuk mekar tapi belum tentu akan mekar dengan sempurna atau malah gugur sebelum waktunya. Dan aku seperti bunga itu. Kelopakku gugur sebelum...