Part 36

244 26 96
                                    

Cowok itu mendudukan Raina di atas kasur besarnya. "Diam, nggak usah banyak gerak."

Dirga memulai membersihkan luka Raina, sedangkan Raina merasa was-was karena berada dikamar cowok ini dan hanya berduaan.

Setelah beberapa menit ditemani keterdiaman mereka berdua, akhirnya Raina membuka suara.

"Kak."

"Hm?"

"Jadi, kak Revan adik lo?"

"Bukan."

"Kakak lo?"

Dirga beralih menatap Raina tajam. "Dia bukan siapa-siapa gue."

"Tapi...."

"Nggak usah banyak tanya bisa?"

Raina langsung mengatupkan mulutnya, menahan ucapan yang hampir lolos dari bibirnya.

Dirga kembali fokus mengobati lutut Raina. Entah perasaan Raina saja atau memang cowok ini terlihat beda.

"Mana siku lo." Dirga mengambil tangan Raina. "Madep sini," titahnya. Raina hanya menurut saja.

"Lo lemah banget sih. Cuma gue tarik gitu doang sampai kayak gini," ucap Dirga sambil terus membersihkan luka Raina dengan hati-hati. Sesekali dirinya juga meniupinya agar tak terlalu perih. Hal itu membuat jantung Raina berdetak  tidak sesuai ritme seharusnya.

"Y-ya elo nariknya kuat banget." Raina berusaha keras agar tak terlihat gugup. Apalagi Dirga kini tengah menatapnya, hanya sebentar sebelum kembali pada siku Raina.

"Kak."

"Apa?"

"Mama lo baik ya," oceh Raina tanpa melihat perubahan raut wajah Dirga.

"Dia bukan Mama gue," ucap Dirga dengan nada yang lebih dingin.

"Astaga kak. Se-nggak sukanya lo sama Mama lo. Lo nggak boleh ngomong gitu."

"Gue udah nggak punya Mama."

"Kak..."

"DIA BUKAN MAMA GUE!!" teriak Dirga sambil membanting kotak P3K yang ada di pangkuannya.

Raina berjengkit kaget dengan teriakkan Dirga. Sekarang dia merasa agak takut dengan cowok ini.

Dirga mengusap wajahnya kasar. Dia benci saat dirinya tak bisa mengendalikan diri. Cowok itu berjongkok memunguti barang-barang yang berserakan akibat ulahnya.

Raina yang melihat itu turut berjongkok dan ingin membantu, tapi tangannya dicekal oleh Dirga. Cowok itu mengangkat tubuh Raina dan kembali mendudukkannya di atas kasur.

"Diem disana."

Karena tak ingin suasana tambah kacau, akhirnya Raina hanya bisa menurut.

Setelah semuanya beres, Dirga duduk dibawah ranjang tepat dihadapan Raina.

"Ngapain duduk disana?" tanya Raina buru-buru ingin menyingkir, tapi pinggangnya ditahan oleh cowok itu.

"Sebentar aja. Bolehkan?"

Belum sempat Raina menjawab. Dirga sudah memeluk pinggang Raina erat dan menenggelamkan wajahnya pada perut Raina.

"K-kak..."

"Bentar aja Na."

Raina bingung harus bagaimana. Dirinya hanya diam sampai Dirga mulai berbicara.

"Mama gue udah meninggal satu tahun yang lalu. Dia, wanita tadi, bukan Mama gue, dan bukan siapa-siapa gue. Dia cuma orang asing. Mama gue mengidap penyakit parah hingga membuatnya pergi ninggalin gue sendirian disini."

Tertanda RWhere stories live. Discover now