07 : Senjakala di Yogyakarta

54 14 1
                                    

Rintarou POV

    Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, kami semua akhirnya tiba di Yogyakarta pada pukul tiga malam. Bu Ai menyuruh ku untuk menggendong Natasha menuju kamarnya, dibantu oleh Alana dan Atsumu yang membawa barang-barang kami berdua. "Lo bawain barang gue, anterin ae ke kamar." Ucap ku. Atsumu terlihat kesal mendengar perintah ku, namun ia tetap menurutinya dan mengambil koper ku yang berada di atas.

"Bangsat berat bener, lo bawa apaan ae ini? Anak tetangga?"

"Bawa bapak lo. Udah buruan bawa, gue mau anterin Tasya,"

Aku berbisik kepada Natasha untuk meminta izin menggendongnya, ia hanya mengangguk lemas. "Aku bantu bawain barangnya Tasya ya, Kak. Ikutin aku aja sama Bu Ai," Alana dan Bu Ai pun turun terlebih dahulu dan disusul oleh ku yang mengikuti mereka dari belakang. Hembusan nafas Natasha yang lembut membuat jantung ku berdetak dengan kencang, aku berusaha menenangkan diriku yang saat ini mulai merasa kacau.

   "Kesini, Rin." Aku mengangguk dan kemudian masuk ke dalam kamar Natasha. Ku baringkan tubuhnya di kasur dan kemudian menyelimutinya dengan selimut hotel. "Ibu tinggal dulu ya, kamu awas loh ya balik lagi ke kamar mu Rin!" Ucap Bu Ai. Aku hanya mengangguk dan meng-iyakan ucapannya.
Ku usap rambut Natasha dengan lembut seraya tersenyum, tak bisa dipungkiri bahwa sekarang aku bersedih karena melihat kondisinya. "Cepet sembuh, hujan ku." Bisik ku kemudian mengecup singkat pipinya.

***

3 hari kemudian..

Tok tok tok

    Seorang gadis cantik kemudian membuka pintu kamarnya, seuntai senyum manis terlukis di wajahnya pagi hari ini. "Oh Kak Rin? Yaudah ayo berangkat sekarang aja. Nana, ayo cepetan. Ada Kak Eita juga tuh!" Panggil Natasha. Terlihat Alana buru-buru mengambil beberapa barang miliknya dan mengemasnya ke dalam tas. "Kamu agak telat bangun ya tadi?" Tanya Eita. Alana terkekeh dan memegang lehernya tersebut.

"Lo kira lo doang yang bisa mesra? Gue juga gak mau kalah dari lo." Ku tarik pinggang Natasha dan merangkulnya. Natasha menoleh ke arah ku dengan ekspresi terkejutnya, pipinya kini terlihat bersemu merah. Melihat tingkahnya yang menggemaskan itu membuat ku tersenyum licik yang menandakan bahwa aku menang kali ini.

    Kami berempat tertawa dan kemudian turun dari lantai tiga hotel menuju ke arah Lobby. "Yaudah kita jalan-jalan cari makanan di sekitar Malioboro ya? Siapa tau nemu sesuatu yang unik," Ucap Natasha. Kami berempat setuju dengan idenya dan kemudian berjalan kaki menuju arah Malioboro yang tak jauh dari Hotel.

"Woy!"

Aku menoleh dan mendapati Atsumu tengah menikmati sarapan paginya bersama kembarannya, Osamu. Mereka berdua makan di sebuah tenda pedagang bubur ayam dan kupat tahu. "¹Arek moal? Ngeunah yeuh kupat disanguan!" Aku mengerutkan dahi ku heran karena melihat menu makanan yang mereka makan. Kupat tahu dan nasi..? Lalu Osamu juga.. Bubur ayam dan nasi?! Mereka gila?!
(¹Mau gak? Enak nih kupat di kasih nasi!)

    "²Bwubwurnywa enwak kwalo pakwe naswi lwoh.." Aku dan Natasha saling bertukar pandangan, membayangkannya saja membuat kami merasa mual. "Sinting lo berdua, sekte sesat." Timpal Eita. "Apasih, normalize dong! Lo lebih aneh gara-gara tim bubur gak diaduk," Ucap Atsumu. Ku sodorkan tissue kepada Atsumu untuk mengelap mulutnya yang terlihat belepotan itu. "Gak nerima opini orang freak, sono elap mulut lo." Ucap ku.
(²Buburnya enak kalo pake nasi loh..)

[✓] Pelangi ¦¦ Suna Rintarou.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang