10 : Tempat Berpulang

47 14 0
                                    

Rintarou POV

3 tahun kemudian, 24 Mei 2020.

"Kakak! Adek cantik gak pake baju ini?"

    Aku menoleh ke arah belakang ku dan mendapati Adik perempuan ku tengah memamerkan baju barunya. Dia bernama Gretta Laskar Ravina, ia berusia delapan tahun. "Cantik. Kakak suka liat kamu," Jawab ku seraya tersenyum. Kini ekspresi bahagia Adikku terukir di wajahnya yang polos itu, ia pun duduk di kasur kamar ku dan menunggu ku selesai mengancingkan baju koko ku. "Hari ini kita mau pergi kemana, Kak? Kakak tumbenan banget ngajak lebaran di rumah orang," Tanya Gretta. "Kita lebaran di rumah Kak Tasya, ya? Kak Tasya baik kok, Gretta pasti suka." Selesai mengancingi baju koko ku, aku pun menggendong Gretta dan keluar dari kamar ku.

"Mau kemana lo?!"

Langkah ku terhenti dan mendapati Ayah yang  tengah mabuk bersama seorang wanita yang tengah tertidur di meja makan. "Jawab gue! Budeg lo jadi anak?!" Aku pun melemparkan tatapan tajam ke arahnya dan kemudian segera pergi menuju garasi. "Kakak.. Kenapa Ayah kasar banget sama Kakak?" Mendengar pertanyaan, aku hanya dapat meresponnya dengan senyum tipis. Ku usap kepalanya dan kemudian menatap matanya.

    "Adek lupain aja ya soal yang tadi? Ayah lagi pusing, makanya Ayah marahin Kakak kayak tadi." Ucap ku. Gretta hanya mengangguk mengerti, ia kemudian memasang sabuk pengamannya sendiri dan duduk dengan tenang di mobil ku. "Kakak! Kakak! Tau gak? Selama tinggal di Nenek, Adek bahagia banget. Nenek selalu ngehargain Adek, gak pernah marahin Adek kayak yang Ayah lakuin loh!" Aku tertawa kecil mendengar ocehan Adik kecilku, mendengarnya berceloteh seperti ini membuat mood ku naik.

"Haha syukur deh, Gretta harus nurut ya sama Nenek. Kakak pasti bakal sering-sering nemuin Gretta ke rumah Nenek," Timpal ku seraya menyetirkan mobil ku. "Tapi, Kak.. Kenapa Kakak gak ngebolehin Adek tinggal di rumah Ayah?" Aku terdiam mendengar pertanyaan Gretta. Huft sial.. Bagaimana bisa aku menjawab pertanyaannya ini?

"Kakak kok gak jawab?"

    Aku tersadar dan kemudian menoleh sekilas ke arah Gretta. "Hah? Oh.. Karena.. Karena kan Kakak sama Ayah sibuk. Nanti gak ada yang jagain Adek di rumah dong. Kan kalo Adek tinggal di rumah Nenek, ada yang ngurus." Ujar ku. Suasana diantara kami kembali sunyi, hanya terdengar suara kendaraan dan musik saja yang terdengar. Selain sibuk menyetir, kepala ku pun sibuk berpikir tentang keluarga ku. Aku masih sangat ingat bagaimana Ibu meninggal karena mengalami penyiksaan yang begitu hebat oleh Ayah, dan karena itu aku sengaja menjauhi Gretta dari Ayah.

>>Throwback on.

    Suasana sore hari itu kembali runyam. Lagi-lagi Ayah kembali menyiksa Ibu terus-menerus. "Udah gue bilang kan?! Gue gak cinta sama lo! Persetan dengan anak kita, gue benci karena gue harus dijodohin ama lo!" Teriak Ayah. "Mas.. Aku mohon.. Setidaknya anak kita jangan disiksa.." Rumah ku kini terdengar sangat berisik. Suara barang-barang terlempar hingga suara teriakan Ayah dan tangisan Ibu terdengar jelas di telinga ku.

Di umurku yang ke empat belas tahun, aku malah harus melihat Ibu ku sendiri disiksa oleh orang yang dicintainya tersebut. Setiap kali aku berusaha menolong Ibu, ia selalu mendorong ku jauh darinya agar Ayah tak juga ikut menyiksaku. "Kakak.. Disini berisik.." Ku usap air mata Adikku yang berumur dua tahun tersebut dan menyuruhnya untuk tetap menutup mulutnya. "Sshh.. Jangan berisik. Ada Kakak disini, Gretta gak sendiri." Ucap ku sembari menutup mulutnya.

    Sembari memeluk erat Adikku, sesekali aku mengintip untuk melihat kondisi Ibu. Mata ku terbelalak ketika Ibu memberiku isyarat untuk kabur dan meminta bantuan, namun aku tetap enggan meninggalkan Ibu sendirian di rumah ini. Ku gigit bibir ku agar tangis ku tertahan, aku tidak boleh menangis disaat seperti ini. "Laskar!" Mendengar teriakkan Ibu, dengan berat hati aku pun meninggalkannya dan menghantamkan tubuh ku ke arah kaca jendela.

[✓] Pelangi ¦¦ Suna Rintarou.Where stories live. Discover now