Bab 1

2.2K 277 25
                                    

Bab 1

Kicau burung mengusik tidurku. Aku membuka mata, tersenyum, lalu meregangkan otot-otot. Seperti biasa, tidurku sangat nyenyak. Aku turun dari ranjang kemudian melangkah ke arah jendela. Pemandangan pepohonan hijau sejauh mata memandang membuatku menarik napas dalam-dalam menghirup oksigen. Aku tersenyum pada pagi yang menyambut. Meskipun di usia yang ketiga puluh lima masih sendiri, aku bahagia. Aku mempunyai teman seekor kucing oranye gemuk yang saat ini tengah menggesekkan kepala di kakiku.

"Orenji, kamu lapar, ya?"

Sudah lama aku tak pernah berharap lagi dengan jodoh atau pernikahan. Rasanya terlampau jauh untuk kugapai. Aku menikmati kesendirianku, ah, tidak. Ada Orenji, dan juga seekor kucing hitam yang terkadang berkunjung ke rumah, Jerome.

Pemiliknya sepasang suami istri yang tinggal sekitar sepuluh menit dari rumahku, di tepi danau. Ah, omong-omong, sudah seminggu ini aku belum berenang di sana.

Aku menoleh kepada Orenji dan mengusap kepalanya. "Sepertinya enak berenang di cuaca terik seperti sekarang."

***

Usai menikmati sejuknya air danau, aku bersantai di atas sehelai tikar dengan Orenji. Tiba-tiba, pandanganku menangkap sosoknya. Pria yang telah mematahkan hatiku.

Rajen, istri, dan putranya yang baru saja turun dari mobil, menghamparkan kain motif kotak-kotak merah dan krem di rerumputan lalu duduk di atasnya. Mereka tampak bahagia menikmati alam di sekitar.

Aku bangkit berdiri lantas membereskan sisa makanan dan minuman ke dalam tas. Dengan pakaian yang belum kering, aku meraih Orenji dan mendudukkannya di keranjang sepeda, lalu kukayuh pedal. Tanpa sengaja, tatapanku dan Rajen bertemu. Aku menangkap keterkejutan yang nyata.

Untuk beberapa saat kami saling melepas rindu, sebelum aku membuang pandangan.

Kubiarkan bulir bening mengaliri pipi. Berapa tahun sudah berlalu sejak kami berpisah? Kukira sesak ini telah lenyap sepenuhnya, ternyata aku keliru.

***

Malam ini ditemani Orenji dan secangkir teh bunga telang, aku menikmati membaca sebuah ebook original yang baru saja kubeli dari RadjaRey Publisher, berjudul "Dongeng Patah Hati" karya Mustika Shaleha. Harganya cuma dua belas ribu, tapi halamannya lumayan banyak, delapan puluh tujuh.

Ah, cerita ini mengingatkanku kepada Rajen. Namun, tak apa, malam ini aku memang sedang ingin berlarut dalam kesedihan, mengingat kenanganku bersama Rajen.

Tok, tok, tok.

Aku mendongak dari layar ponsel, mengerutkan kening. Siapa yang bertamu malam-malam?

Ketika membuka pintu, aku terkejut mendapati Rajen dan putranya di hadapanku. Tidak mungkin aku membanting pintu di depan anak kecil, kan?

"Ayuning... ternyata benar... ini kamu."

***

Putri Permatasari, 25 September 2021, 17:35 wib.

Bersambung

Renjana di Ujung Senja by EmeraldWhere stories live. Discover now