Bab 15 - Bersaing

324 68 4
                                    

Renjana di Ujung Senja - Bab 15 - Bersaing

Suasana ini terlalu canggung bagiku dan aku tidak tahu harus melakukan apa sampai Rezky menyadari kehadiranku dan ia mendongak.

“Tante Ayu tadi dari mana?” Rezky meninggalkan tabletnya lalu turun dari kursi untuk menghampiriku.

Rajen membalikkan tubuhnya dan menatapku. “Laptopmu masih bisa nyala, Yu?”

Aku mengangguk dan memaksakan senyum. “Iya alhamdulillah bisa nyala dan data-data juga aman.” Lalu aku berkata kepada Rezky, “Tante dari kamar.”

Nofi buru-buru mencuci tangan lalu berlari ke arahku dan memelukku. “Syukur alhamdulillah laptop Mbak Ayu baik-baik saja. Maafkan Nofi, Mbak.”

Pelukan Nofi hangat, tetapi aku terlalu cemburu hingga tubuhku kaku. Aku hanya menepuk-tepuk lengannya. “Iya, tidak usah minta maaf terus, Nofi. Tidak apa-apa.”

Aku bergeming sampai Nofi melepaskan pelukannya. Kemudian aku menoleh kepada Rezky. “Rezky mau es krim?”

“Mau, Tante.”

“Ya sudah, kita ke warung, yuk, jalan kaki.”

“Aku ikut, Yu.”

Aku tersenyum dibuat-buat kepada Rajen. “Kamu kan masih mencuci piring? Aku dengan Rezky saja. Ayo.” Aku jelas tidak mengajak Nofi, bukan? Seharusnya ia paham. Kemudian aku meminta Rezky menunggu sementara aku mengambil dompetku di kamar.

Aku dan Rezky berjalan kaki sambil bergandengan tangan menuju warung.

“I-Ibu…” Rezky tiba-tiba menghentikan langkah membuatku ikut berhenti.

Aku menoleh kepada Rezky yang mendongak dengan mata berkaca-kaca. “Kenapa, Rezky?”

“A-apa aku boleh memanggil ibu kepada Tante? Lalu…” suara Rezky bergetar. Matanya memerah menatapku penuh harap. “Apa… apa boleh aku pegang tangan Tante Ayu terus?”

Seketika aku teringat perkataan Rajen tentang hubungan Rezky dengan mamanya membuat hatiku iba. Aku tersenyum kepada anak laki-laki kelas empat SD itu. Tangan kananku menggenggam tangan kirinya erat dan mengayunkannya sambil melanjutkan langkah.

“Boleh banget. Rezky bisa panggil Tante dengan sebutan ibu mulai detik ini. Dan… kita akan terus bergandengan tangan sambil jalan-jalan.”

“Su-sungguh, Tante?”

“Ibu.”

“I-Ibu.”

Aku menoleh dan tersenyum kepada Rezky. Anak laki-laki itu lantas menunduk dan menyeka air matanya. “Makasih, I-Ibu.”

Sebenarnya… seperti apa hubungan Rezky dengan mamanya selama ini? Rezky seperti takut ditolak hanya untuk meminta berpegangan tangan.

Ya Tuhan, kasihan sekali Rezky.

***

Saat aku dan Rezky tiba di rumah, Rajen dan Nofi sedang asyik mengobrol di teras.

Tanpa memedulikan mereka, aku masuk ke dalam rumah sedangkan Rezky membagi-bagikan es krim yang kami beli tadi. Aku masuk ke kamar hanya untuk berdiam diri, mendengarkan gelak tawa ketiga tamuku. Mereka saling bersenda gurau.

Aku mengembuskan napas.

Sebetulnya apa yang kuharapkan? Bukankah alasan Rajen menikahiku hanya agar Rezky memiliki ibu? Ya sudah, aku harus terima saja, kan.

“Yu, kamu tidak makan es krim?” Rajen sudah berdiri di ambang pintu saat aku tengah membuka laptop.

Aku menggeleng. “Hm, tidak. Maaf aku tidak bisa bergabung dengan kalian sebab banyak tulisan yang harus kuselesaikan.”

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Feb 06 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

Renjana di Ujung Senja by EmeraldHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin