Bab 9

1.1K 188 18
                                    

Renjana di Ujung Senja
Bab 9

Aku menatap Rajen. "Saya tidak tertarik."

"Apa kamu benar-benar tidak tertarik dengan penawaranku?"

"Tidak."

"Kamu bohong."

Aku terdiam, mengetatkan rahang. Sejujurnya, aku sangat tertarik. Iya, tertarik untuk membalas dendam kepadanya. Namun, apa itu baik? Sebab aku sungguh tidak ingin berhubungan dengannya lagi. Tidak, tidak, dan tidak.

"Rezky... sangat membutuhkan seorang Ibu."

Aku menatap Rajen.

"Aku janji, aku akan melakukan apa pun maumu, Yu. Tapi satu hal yang aku minta, tolong sayangi Rezky."

"Saya belum bilang setuju untuk menikah denganmu," jawabku mengingatkan.

Rajen berjalan mendekat, membuatku spontan melangkah mundur.

"Ma-mau apa?"

Kedua tangan Rajen terjulur dan meraih wajahku. Tanpa berkata apa pun, wajahnya mendekat kemudian bibirnya memagut bibirku. Seketika, tubuhku bagai tersengat listrik. Sudah sepuluh tahun berlalu, tetapi aku tahu, ini rasa bibirnya. Bibir Rajen. Tubuhku lemas dan nyaris terjatuh jika saja kedua tangan Rajen tidak menahanku. Ia lalu menuntunku duduk di sofa ruang tamu.

Rajen tersenyum lebar menatapku yang masih lemas juga linglung akibat ciumannya. "Rasamu masih sama. Manis dan harum. Aku ingin menciummu lagi dan melakukan hal lainnya denganmu, tapi... aku takut tidak bisa menahan diri. Aku tidak seperti sepuluh tahun yang lalu, Ayuning. Saat ini, aku bisa saja memaksamu di sini, tapi tentu bila aku melakukannya, kamu akan semakin membenciku. Makanya, menikahlah denganku."

Tubuhku terasa panas mendengar kata-katanya. Bagian intimku juga berdenyut dan lembap. Apa aku harus menyerah hanya karena nafsu yang terbangkitkan oleh sebuah ciuman?

"Rezky... sejak lahir sampai sekarang... baru satu kali benar-benar dipeluk mamanya. Makanya, aku ingin kamu menyayangi Rezky."

Aku mengerutkan kening. Ingin bertanya alasannya, tetapi aku malah bungkam. Hanya sekali dipeluk mamanya? Kenapa? Sebenarnya bagaimana kehidupan mereka selama ini?

"Kenapa kamu begitu yakin kalau Rezky akan menerima ibu tiri? Aku tidak ingin... anak itu jadi membenciku karena menggantikan posisi mamanya."

Rajen tersenyum. "Rezky menyukaimu. Sepulang dari rumahmu, ia terus saja membicarakanmu yang cantik, Orenji yang menggemaskan, dan rumah mungilmu yang membuatnya betah."

Aku mengangkat kedua alis tak percaya.

"Aku memang belum bilang kepadanya kalau aku ingin menikah denganmu, tetapi aku yakin ia akan setuju."

Aku menggeleng. "Kamu harus bertanya kepadanya terlebih dulu."

Rajen menatapku dengan binar di matanya. "Baiklah, aku akan melakukannya. Berarti... kamu sudah setuju untuk menikah denganku?"

"Tergantung keputusan putramu." Sejujurnya, aku takut dengan jawaban Rezky.

Rajen mengeluarkan sesuatu dari sakunya yang ternyata ponsel. "Halo, Nak, kamu sudah bangun? Iya, kita jadi piknik makan siang, dan sesuai janji, Papa akan mengajak Tante Ayuning dan Orenji." Rajen tergelak. "Papa yang seharusnya berterima kasih kepadamu." Tiba-tiba ia menyodorkan ponselnya kepadaku membuatku mengerutkan kening. "Rezky mau bicara kepadamu."

Aku mengerjap, lalu menempelkan benda pipih itu di telingaku. Terdengar suara Rezky yang bersemangat di seberang sana.

"Tante Ayu dan Orenji benar mau ikut kami piknik, kan?"

Renjana di Ujung Senja by EmeraldWhere stories live. Discover now