Chapter 20

3.2K 473 176
                                    

Baik Junkyu, Jisung, Chenle, Jeongwoo dan Karina mereka menunggu hasil pemeriksaan Haruto.

"Kyu.. Lo gak apa?" tanya Chenle.

Junkyu menggeleng.

"gua tau dia nekat, tapi gua gak tau dia senekat itu" lirih Junkyu.

"kenapa lo sama Haruto memilih untuk pisah? Terus gimana anak lo kalau kayak gini? Haruto tau?" tanya Chenle.

Semua orang disana terkejut, termasuk Karina.

"Lo hamil Kyu?" kaget Jisung.

Junkyu mengangguk.

"Haruto sengaja buat gua hamil Sung, dia mau ngiket gua dalam status pernikahan biar gua sama dia gak akan pernah pisah" ucap Junkyu.

"terus kenapa kalian malah putus?" bingung Jisung.

"karna hubungan toxic kita, gua cuma gak mau anak gua harus ngelihat perlakuan orangtuanya yang kasar, posesif seperti ini, gua cuma mau menyembuhkan diri gua, dan gua juga mau Haruto kayak gitu, tapi.. Gua gak pernah tau kalau dia benar - benar ingin mati saat gua memilih berpisah" ucap Junkyu.

Chenle memeluk tubuh Junkyu.

"lo tau kan Haruto cinta mati sama lo, hanya ada lo dihatinya" jelas Jeongwoo.

"gua tau Woo, tapi gua juga tau Haruto belum bisa move on dari Karina" ucap Junkyu.

Junkyu menatap Karina.

"lo masih cinta sama Haruto? Kalau emang lo masih cinta sama dia, jaga dia, jangan lo buang dia kayak dulu, gua susah - susah menyembuhkan lukanya, tapi kalau memang lo deketin dia hanya untuk kepentingan lo bukan karna lo cinta sama dia, tolong pergi dari hidup Haruto, Haruto berhak mendapatkan yang pantas untuknya, lo bisa lihat sendiri kan sekarang Haruto gimana? Jangan karna keegoisan lo ingin merebut Haruto dari gua, lo menghalalkan segala cara, gua awalnya gak ada niatan berpisah dari Haruto, tapi foto kemarin membuat gua sadar, baik gua dan Haruto sama - sama belum dewasa untuk melangkah ke jenjang pernikahan, jadi lo pikirkan baik - baik ucapan gua, Haruto pernah sesayang itu sama lo hingga detik dimana dia sangat membenci lo, kalau memang lo sayang sama dia, jaga dia" jelas Junkyu panjang lebar.

"kenapa bukan lo yang jaga? Dia lebih memilih mati daripada bersama orang lain" tanya Karina.

Junkyu tersenyum tipis.

"cerita gua sama Haruto udah selesai, hubungan kita udah gak bisa diselamatkan lagi, gua udah capek, kesabaran gua udah habis, lo gak tau kan kalau kita bertengkar bisa saling tonjok, pukul, tampar, belum lagi kita bisa saling menghukum satu sama lain, kita cemburuan, kita posesif, kita overprotectif, gua cuma mau hidup normal kayak orang lain, menyelesaikan masalah tanpa kekerasan, bisa lebih terbuka melihat situasi dan keadaan, bisa membedakan mana yang salah dan benar di sebuah hubungan, kalau lo tanya apa gua sama Haruto saling mencintai? Ya sampai detik ini kami saling mencintai, kalau kamu tanya apa aku kesal dengan Haruto, karna aku hamil? Tidak, anak gua gak salah, ini cuma keegoisan gua sama Haruto, kalau lo tanya apa gua nyesel berpisah dari Haruto? Jawabannya Tidak, gua gak pernah menyesal memilih keputusan ini, walaupun gua gak rela berpisah, tapi kalau tidak dari salah satu dari aku atau Haruto mengalah, mau sampai kapan hubungan toxic ini berlangsung? Kalau lo tanya apa gua menyesal melihat Haruto melakukan percobaan bunuh diri kayak gini? Ya, gua menyesal kenapa dia harus memilih jalan itu, jadi lo ngerti kan, hubungan gua sama Haruto tidak sesimple itu sampai lo mau ngerusaknya" jelas Junkyu.

Karina diam seribu bahasa.

Menyesal?

Jelas, Karina tidak pernah tau aksi egoisnya ini hampir saja merenggut nyawa Haruto.

T O X I C (END) Where stories live. Discover now