Akhir...! 06

2.3K 265 115
                                    

Haii... Haiii....
Sudah lama rasanya saya gak nyapa Kalian~~

Pembaca Book ini~

Maaf ya, baru bisa up lagi hehe..

Idenya baru ada soalnya, yah gimana ya, gitulah~

Saya tahu kok rasanya di gantung itu gak enak, karena saya juga baru ngalamin... Hiks...

Di prank sama author itu rasanya memang bikin jantungan ya, wkwkwk...

Tapi rasanya seru juga, entar kali-kali saya bikin prank juga buat kalian deh, wkwk...

Saya ngetik apaan sih, dah lah, jangan lupa tekan Bintang.

Dan saya hanya ingin mengingatkan,

'Jangan sampai kalian terbawa perasaan dan melihat semua dari satu sisi. Terkadang bukalah pandangan meski pada orang yang selalu membuat keburukan.'

Sekian pengantar cerita kali ini^^



















~HappyReading~
~JanganLupaFollowAkunSaya~


















"Tidur yang nyenyak. Jika ada apa-apa kau tinggal memanggil kami," tutur Ten, setelah memberikan kecupan selamat tidur dia pergi dari sana.

"Hahh..." Haechan menghela nafas, merasakan hidup di kelilingi musuh memang menyesakkan.

.
.
.

Sreettt...

Ting.

Dua timah panas beradu dan dalam sekejap terjatuh ke lantai, dua orang pelaku saling menodongkan senjata.

"Seperti yang di harapkan darimu, Clive," sarkas pria pemakai jas hitam, di sampingnya satu orang pria berkacamata terdiam tanpa rasa gentar.

"Hoo, siapa ini, teman lama?" kekeh pria dengan nama Clive di seberang, tak sedikitpun dia melemahkan pertahanan, bidikannya masihlah mengambang di udara.

"Kami kemari bukan untuk melakukan pemanasan," Gamcha menarik kacamata hitam yang bertengger di hidungnya kala berbicara, membuat aksinya barusan terasa keren jika di lihat di layar kaca. "Benarkah? Lalu, untuk apa Dua kawan lama ini menemuiku?" santai Clive seraya menurunkan senjata miliknya.

Hansen mengikuti langkah itu perlahan, dia memasukkan senjatanya kedalam saku Jas di dalam. "Kami kemari untuk membuat penawaran, bukankah sudah lama kita tidak bermain, Clive?" sahut Hansen santai.

"Apa kalian sudah bosan bermain sebagai sekretaris dan juga pengacara," cibir Clive membuat keduanya terbahak keras, "Lawakanmu tetap tak berubah, kawan..." ucap Gamcha di sela tawanya.

"Cih, aku bukan pelawak!" hardik Clive dengan mata menyipit, Gamcha mengibaskan tangan sebagai respon. "Yayaya, terserah padamu. Bagaimana? Kau tidak akan melewatkan penawaran dari teman lama bukan,"

Clive melirik malas, dengan enggan dia membuka lebar pintu rumah di belakang tubuh. "Masuklah," kesalnya, baik Hansen juga Gamcha tidak bisa menahan sudut bibir mereka untuk tidak naik ke atas.

Langkah pertama menuju kemenangan.

.
.

Flashback.

Seorang gadis terlihat kesusahan menangani tumpukan buku yang ia bawa, koridor nampak sepi menjadikannya tak bisa meminta seseorang untuk menolong, ia menghela nafas.

Akhir....! |HAECHAN|Where stories live. Discover now