Akhir...! 14

706 54 6
                                    

Yoo gaiss, akhirnya saya up lagi ya?
Maaf karena lama buat up hihi...
Tapi semoga kalian bisa menikmati chapter satu ini~
Dan maaf kalau pendek_T

Terimakasih buat yang masih baca~
Kalian yang terbaik!!^^



































~JanganLupaFollowAkunSaya~
~HappyReading~






































Di tempat lain, lebih jelasnya Gorong-gorong. Terlihat Jiah dan Taeyong saling berpelukan di pojok dengan berderai air mata.

Sepertinya insting Doyoung memang kuat dan tepat.

.
.
.

Keduanya masih sama, mereka berada di pojokan dengan tangan saling melingkar di bahu, tangisan keduanya pun semakin terdengar kuat.

"Hei, kau kan laki-laki!! Cepat usir mereka!!!" Jiah berteriak, ia terus berusaha mundur meski punggungnya sudah tertahan oleh dinding. Taeyong sontak menggeleng.

"Aku benci tikus! Kenapa tidak kau saja!" balas Taeyong yang tubuhnya meremang takut, apalagi tikus-tikus itu diam memperhatikan mereka. Mungkin heran, kenapa ada dua manusia di sini.

"Kau kan datang untuk menyelamatkan diriku, jadi kau yang harus berkorban!" pekik Jiah, dan mereka terus berdebat.

Bukankah jika seperti ini mereka tidak akan selesai-selesai?

.
.

"Ini sudah terlalu malam," Taeil bangkit dari duduknya, ia dilirik oleh Johnny. "Lalu, kau mau pergi mencarinya?"

"Kalau manager tahu dia bisa dalam masalah." Jaehyun ikut menimpali, pria itu tengah menyusun puzzle di meja bersama Yuta.

"Apa kalian sudah mencoba menelfonnya?" pertanyaan dari Yuta menyadarkan mereka semua, bola mata Taeil membesar lantas ia segera mengeluarkan ponsel.

"Hyung, kau belum mencoba menelfon?" tanya Johnny dan Taeil meringis. "Aku lupa."

"Maklumin dong hyung, Taeil hyung kan sudah tua jadi wajar untuk sering lupa," kata Jaehyun dengan polosnya dan tanpa dosa membuat Taeil muram.

Pria paling dewasa itu menatap Jaehyun, "Jaehyun-ah apa aku memang setua itu?" dan Jaehyun hanya mengedikkan bahu.

"Hyung yang paling tua disini." Jaehyun masih sibuk menyusun puzzle sedangkan Yuta sudah menatap Taeil yang nampak muram tengah menelfon Taeyong. Yuta menggeleng kepala kemudian melihat Jaehyun.

"Jaehyun-a, kau harus belajar menjaga mulutmu."

"Kenapa? Mulutku tidak akan lari kok soalnya gak punya kaki," jawab Jaehyun polos, ia benar-benar seperti anak kecil yang tengah bermain ditanya oleh sang ayah. Dia menjawab dengan pandangan fokus pada puzzle mainannya.

"Bukan itu, kau lebih baik kunci mulutmu," kata Yuta lelah.

Jaehyun mendongak pada Yuta dengan heran, "tapi hyung, mulutku tidak punya gembok." Yuta terlihat frustasi karenanya.

.
.

Pukul 11 malam, Kantor Jaesin.

Ruangan gelap Jaesin hanya diterangi oleh lilin, ia sengaja mematikan lampu utama. Jaesin terdiam menatap nyala api, pikirannya melayang entah kemana.

Jaesin diam tak bergerak bak patung, memikirkan segalanya. Beban berat di pundak dan segala tanggung jawab, memikirkan semua kejadian kemarin. Tatapannya kosong.

Akhir....! |HAECHAN|Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz