Akhir...! 13

937 83 22
                                    

Holaaa gaiss... Hehe, saya udah lama gak up ya?
Maaf bangettt...
Bukan maksud nelantarin hehe...
Tapi ya gitu...
Ahaha,
Buat kalian yang masih baca dan nunggu, makasih banyak!!

See uuu
Jangan lupa vote sama komen yaaa~










































~JanganLupaFollowAkunSaya~
~HappyReading~










































































Grep..

"Tidak... Anda tidak gagal, anda tidak gagal sajangnim, percaya pada saya.." Sooyun, gadis itu membawa sang atasan pada pelukan hangatnya. Ia bahkan mengusap-usap belakang kepala Jaesin agar si lelaki sedikit tenang.

"Anda adalah orang hebat, anda tidak gagal..."

.
.
.

Seorang gadis menyeret langkahnya pada taman yang sedikit ramai, penampilannya acak-acakan dengan wajah yang basah. Ia terus menerus mengusap pipi menghalau air asinnya agar tak lagi turun. Namun sia-sia.

Gadis itu menempatkan diri pada sebuah bangku taman yang menghadap ke sungai, terbesit sebuah pikiran, kalau dia tenggelam akankah sang Kakak datang menyelamatkannya?

"Ahahhaha, kenapa semua jadi begini?" ia tertawa, rasanya sesak. Ia tidak mengerti, mengapa Kakaknya begitu marah?

"Butuh saputangan?" gadis itu menatap sebuah kain dihadapannya, ia mengernyit, menemukan seorang pria pemakai masker bertudung kala menoleh ke kiri.

"Siapa?" suaranya parau akibat terlalu lama menangis.

"Butuh atau tidak?" tanyanya datar, dengan lambat gadis itu mengambilnya. "Terimakasih,"

"Hm,"

Jiah, Gadis itu kebingungan melihat pria tadi kini duduk di sampingnya. "Kau sepertinya sangat kacau?" sindir pria tersebut, Jiah hanya tertawa setelah mengingat suara orang disampingnya. Ingatan Jiah itu kuat.

"Kenapa?"

"Apanya yang kenapa?" pria tersebut balik bertanya.

"Bukankah seharusnya kau membenciku? Kalau orang dari keluargaku pasti sudah mendorongku ke sungai sekarang." Jiah terkekeh saat mengatakannya, pria misterius itu mendengus.

"Aku tidak ingin menjadi pembunuh,"

"Haha benar, kalau begitu kami apa? Pembunuh begitu maksudmu?"

Sejenak keheningan melanda, sampai pria itu angkat bicara.

"Kami juga pembunuh, kalau saja kami tidak mempercayai semua hal bodoh itu... Dia tidak akan pergi, mungkin? Dia... Tidak akan menyerah!" ada nada getir di sana.

"Hei, kenapa kalian begitu membencinya?" pria itu bertanya lagi, Jiah menggeleng.

"Entah dimulai dari mana semua lingkaran setan ini, kau tidak akan mengerti... Betapa rumitnya keluarga kami, dan ini semua... Hanya karena satu orang.." Jiah berdesis, kebenciannya menguar kala mengingat seseorang.

"Apa itu Haechan?"

"Dia? Bisa dikatakan dia juga adalah korban. Tapi... Aku tidak tahu selama ini, apakah dia memang polos atau hanya berpura-pura. Kau tahu, semua orang memiliki topeng masing-masing." Jiah menoleh ke samping, pria itu tengah menatapnya.

Akhir....! |HAECHAN|Where stories live. Discover now