Bab 3 At first sight

78 5 0
                                    

Stan keluar dari cafe dengan lesu. Mia sudah tidak berada disana. Jika melihat kembali foto yang gadis itu kirimkan beberapa jam yang lalu, harusnya posisi itu tidak jauh dari kasir. Stan juga sudah mencoba untuk menghubungi Mia lewat panggilan ponsel. Tapi tidak tersambung. Kemana gadis itu?

Stan duduk di salah satu kursi tunggu. Ia menunduk kan badannya dalam dalam. Perasaan nya sesak. Penuh dengan rasa bersalah. Ia penyebab Mia datang kesini. Harusnya ia juga yang menjadi pelindung Mia selama berada disini. Bukan malah mencampakan nya. Stan tidak tahu lagi kemana ia akan mencari Mia. Gadis itu sudah pernah memberitahu nama hotel tempatnya akan menginap. Tapi Stan benar benar lupa nama hotel nya. Ia mencoba menghubungi Mia sekali lagi. Nihil. Ponsel nya masih tidak aktif.

Stan yakin, Mia sedang tidak baik-baik saja. Selama 3 tahun berhubungan dengan gadis cantik itu, walaupun hanya melalui sambungan internet, Stan sedikit banyak tahu bagaimana sifat Mia. Gadis itu lugu dan punya perasaan yang sangat lembut. Stan bisa membayangkan Mia sedang menangis saat ini. Kepala nya semakin pusing. Perut nya yang sedari tadi kosong terasa mual. Kemana ia harus pergi mencari Mia?

################################

Mia menyerah... 5 jam lebih dari cukup lama untuk menunggu. Mia harus menerima kenyataan bahwa Stan tidak datang. Lelaki itu, seperti nya memutuskan untuk tidak menjemput nya.

Mia keluar dari cafe menuju salah satu toilet disana. Pantulan cermin di depan nya memperlihatkan wajah seorang gadis yang sendu karena dicampakkan. Oleh laki-laki yang bahkan belum pernah ia temui secara langsung. Mia tersenyum miris.

"Mia oh Mia.. Kau gadis paling bodoh di dunia", batin nya.

Dengan cepat Mia mencuci muka. Wajahnya terasa segar setelah bersentuhan dengan air dingin. Lagi dan lagi, ia terus meraup air ke wajah nya. Terus menerus sampe sebagian kerah sweter nya basah. Setelah nya, Mia menutup wajah dengan kedua tangan, guna menyembunyikan isak tangis yang sudah tak tertahan. Tangis nya sudah tak terbendung lagi. Dada nya terasa sesak. Selama beberapa menit ia menumpahkan air mata nya. Air mata kekecewaan, air mata ketakutan dan sepertinya, air mata patah hati...

Setelah merasa lebih baik, Mia mengusap wajahnya dengan tissue. Beberapa orang di dalam toilet menatap penuh tanya, tapi tidak satu pun dari mereka yang berani mendekati Mia untuk mencari tau apa yang terjadi. Mia menabur tipis bedak di wajah nya. Lalu lipcream di bibir penuh nya dengan warna peach. Menyemprotkan parfum Vanilla kesukaan nya dan selesai. Gadis muda itu terlihat jauh lebih segar sekarang.

Membulatkan tekad, Mia berencana untuk segera keluar dari bandara dan segera mencari taxi untuk membawanya ke hotel. Sudah kepalang tanggung. Ia sudah sampai ke negara impian nya. Tidak mau perjalanan jauh dan uang tabungan nya sia-sia, Mia akan berusaha menikmati liburan ini sendirian. Persetan dengan Stanley. Paling tidak, ia sudah mengirim pesan perpisahan kepala lelaki menyebalkan itu..

################################

Mia berdiri mematung ditempat nya sekarang. Di depan matanya, ada seorang laki laki tampan dengan mengenakan kemeja biru langit yang lengan nya sudah dilipat asal hingga siku. Di salah satu tangan nya terlipat jas berwarna hitam. Kepala nya tertunduk sangat dalam. Mia baru kembali dari toilet tepat saat lelaki itu berlari ke arah cafe, tempat Mia duduk beberapa menit yang lalu. Lelaki itu keluar dari cafe dengan tidak bersemangat. Tangan nya menggenggam ponsel.

Mia sangat ingin mendekatinya. Sekedar ingin memastikan. Tapi.. Bagaimana jika itu bukan laki laki yang daritadi ia tunggu?

Dengan lambat, lelaki di depan Mia kembali menegak kan tubuhnya. Mengusap kasar wajahnya dengan menggunakan telapak tangan. Hingga beberapa detik kemudian, tatapan matanya bertemu dengan Mia. Sama-sama terdiam. Keduanya sama-sama menilai dan memastikan. Alis mata si lelaki terangkat sebelah. Lalu tanpa memutus kontak mata mereka, dan masih dengan gerakan yang lambat, lelaki itu berdiri. Berjalan perlahan menghampiri Mia. Wajah nya terlihat lega. Kerutan di kening nya hilang, tidak seperti saat lelaki itu pertama kali berlari datang. Lelaki itu Stan, orang yang Mia tunggu selama ini..

Dalam waktu singkat, lelaki itu sudah menjulang di depan Mia. Si gadis perlu mendongak lebih tinggi demi bertatapan dengan mata di lelaki. Mata biru lelaki itu menatap lurus ke dalam mata hazel Mia. Mereka tidak saling bertukar kata, tapi tatapan mata keduanya berbicara banyak. Mata Stan terasa teduh dan menenangkan. Menyadarkan Mia akan sesuatu. Ternyata Stan tidak mencampakkan nya. Stan datang untuk menjemput nya.

"Syukurlah kau masih disini. Kupikir aku kehilanganmu di hari pertama kita bertemu." Desah suara maskulin yang selama tiga tahun ini Mia dengar melalui sambungan telepon atau panggilan video, akhirnya terdengar secara langsung. Suara nya sangat jernih dan nyata.

Mendengar itu, seketika tangis Mia pecah. Bukan lagi tangis kecewa dan patah hati. Melainkan tangisan lega. Mia yang sebelumnya menggigil ketakutan karena harus menghabiskan satu bulan liburan nya di negara asing, tanpa ada satu orang pun yang ia kenal, kini, rasa kecewa itu sudah menguap entah kemana. Mia lega, Stan sudah bersamanya.

Stan langsung memeluk tubuh Mia yang bergetar karena tangis. Menenggelamkan tubuh Mia diantara rengkuhan tangan nya yang hangat. Mencoba meyakinkan Mia bahwa semua nya akan baik baik saja. Stan terus mengusap punggung Mia sampai ia merasa tangis gadis itu sudah mereda. Aroma lembut vanilla yang menguar dari tubuh Mia sangat menyenangkan. Stan menarik nafas dalam, dan memenuhi paru-paru nya dengan aroma favorite Mia itu.

Beberapa saat, Stan memberi jarak untuk kemudian menangkup pipi kemerahan yang tercipta karena tangis. Lelaki itu dengan lembut menghapus sisa tangis Mia dengan kedua ibu jarinya. Mata gadis itu sembab. Hidung nya tak kalah merah dengan pipinya. Tapi bahkan dengan kondisi seperti itupun, bagi Stan, Mia tampak sangat cantik dan menggemaskan.

"Oh maaf nona, aku tarik kembali kata kata ku. Ternyata kau jelek sekali", ucap Stan sambil terkikik geli.
Mia mencebik. Memukul lembut lengan Stan. "Jangan menggodaku."

Stan menghembuskan nafas lega. Mia menerima nya. Stan menarik Mia kembali ke pelukan nya. "Maafkan aku Mia. Aku sangat terlambat menjemputmu. Dan, terima kasih karena sudah menunggu ku.."

################################













STANd(ing) Still Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang