Bab 6 On His Apartement

49 5 4
                                    

Mereka sampai di gedung apartemen Stan satu jam kemudian. Kawasan apartemen mewah dengan konsep gedung modern minimalis itu, terlihat sangat berkelas. Dan mahal tentunya. Hal ini tentu sangat mengejutkan bagi Mia. Dipikirnya, Stan hanya seorang lelaki biasa yang kebetulan tinggal dan bekerja dikota metropolitan ini. Dan kenyataan bahwa Stan tidak se"sederhana" yang ia pikirkan, sejujurnya membuat gadis itu khawatir.

Tadinya, Mia nyaman berhubungan dengan Stan, karena gadis itu pikir, Stan hanyalah pemuda biasa, dari keluarga sederhana yang sudah lama menetap disini. Memang selama ini, Stan memang tidak banyak menceritakan tentang kehidupan pribadinya. Mia hanya tahu, bahwa Stan adalah staff di salah satu kantor penerbitan surat kabar yang cukup ternama disini, dengan pamannya sebagai atasan. Posisinya hanya sebagai editor, hanya itu saja. Kini Mia meragu, kenapa Stan yang ternyata kaya raya ini, mau menjalin hubungan dengannya?

Mia masih fokus dengan pemikirannya sendiri saat mobil Stan mulai melambat dan akhirnya berhenti. Petugas vallet lantas menghampiri mereka. Stan keluar guna memberikan kunci mobilnya kepada si petugas. Lalu membuka pintu depan tempat Mia duduk. Agaknya si gadis sedang melamun. Ada kernyitan di dahinya, seolah sedang berpikir keras.  Stan yakin, tubuh gadis itu memang ada disana, tapi tidak dengan pikirannya.

Dengan lembut Stan menunduk dan mengusap pipi Mia. Betul saja, hanya dengan sentuhan seringan itu, Mia tersentak seolah baru saja terkena setrum.

"Kita sudah sampai. Ayo turun", ajak Stan mengulurkan tangannya.

Mia hanya tersenyum kaku, lalu menerima uluran hangat tangan Stan. Mia menunggu pemuda itu mengeluarkan barang-barangnya,menggumamkan ucapan terima kasih kepada si petugas vallet, lalu mereka beriringan menuju lift. Hingga tiba-tiba Mia menarik lembut lengan kemeja Stan.

"Ya?", tanya Stan.

"Boleh aku bicara sebentar, Stan?", Mia menjawab pertanyaan Stan dengan pertanyaan lagi.

Stan mengedarkan pandangannya. Ia melihat ada sofa nyaman di sudut lobi tersebut, jadi Stan memutuskan untuk membawa Mia kesana untuk bicara.

"Ada apa, Mia?", tanya Stan lembut. Sebetulnya, Stan sangat ingin cepat sampai ke kamarnya, supaya gadis ini bisa cepat beristirahat. Dia sendiri pun sudah sangat lelah. Tapi sepertinya masih ada yang mengganjal dihati Mia, terlihat dari sikapnya saat mereka sampai ke apartemen ini.

Stan mencoba untuk memahami, bahwa Mia adalah seorang gadis lugu. Dan Stan belum pernah bercerita apapun tentang kehidupan pribadinya. Karena... Menurut Stan itu tidak penting bukan? Dia yakin, Mia terkejut saat melihat tempat tinggalnya sekarang.

"Aku malu, Stan...", jawab gadis itu lirih sambil menunduk.

"Kenapa?", tanya Stan bingung. Kalimat Mia mengganggunya.

"Aku merasa tidak pantas berteman denganmu", suara Mia semakin lirih. Nyaris seperti bisikan.

"Hei..", Stan menarik lembut gadis Mia, supaya dia bisa melihat mata gadis itu secara langsung. Mata hazel Mia terlihat berkaca-kaca. "Kau tidak boleh berkata seperti itu, sayang. Aku yang berhak menentukan siapa saja yang pantas atau tidaknya untuk berhubungan denganku. Dan aku pastikan kau ada didalam kategori yang sangat pantas, Mia. Kau baik dan tulus. Kau bukan orang yang suka membeda-bedakan.  Kau tidak pernah sama sekali bertanya darimana asal usulku. Aku bahkan yakin, jika aku seorang gelandangan sekalipun, kau pasti masih mau berteman denganku, bukan?", Stan menghela napas. "Aku sama sekali tidak punya alasan untuk tidak berteman denganmu. Apa kau paham?" Ibu jari Stan mengusap lembut pipi Mia.

Mia menangkup tangan Stan yang berada di pipinya, dengan tangannya sendiri. Mia tersenyum lega. Gadis itu sudah ingin membuka suara, saat Stan menyelanya. "Lagipula, apartemen ini bukan milik ku, Mia. Baiklah ini memang sudah diberikan kepadaku, tapi aku sama sekali tidak bangga. Karena bukan dari hasil kerja kerasku.." Tangan Stan berpindah menggenggam tangan hangat Mia.

STANd(ing) Still Where stories live. Discover now