Bab 9 Pervert

58 4 0
                                    

"Berhenti melakukan itu, Mia", ujar Stan tajam. Lelaki itu berdiri kaku didepan lemari pendingin besar menunggu toast Mia siap.

"Melakukan apa?", tanya Mia.

"Menggigit bibirmu seperti itu", jawab Stan sambil menunjuk kearah Mia. "Yang kau lakukan membuatku terlihat tidak berguna. Jika kau mengizinkan, aku dengan sukarela mau menggantikanmu menggigitnya", ujarnya lagi. Kali ini dengan mengedipkan sebelah matanya.

"What? Maksudmu...?", dahi Mia mengernyit. "Oh my God, Stanley! You are pervert!" Serunya lantas mendengus, Mia mengalihkan pandangannya dari Stan. Wajahnya sudah merah padam sekarang, terasa panas membara.

Tawa membahana Stan terdengar setelahnya. Andai Mia tahu, bahwa ia melakukan semua itu demi menutupi kegugupannya sendiri. Karena, Stanley Alexander, buta tentang segala hal yang berhubungan dengan percintaan manusia.

Setelah ingatannya selama 22 tahun lenyap tak berbekas, Stan banyak menghabiskan waktunya di Rumah Sakit... Hampir 2 tahun ia habiskan untuk semua proses pemulihan luka ditubuhnya. Setelah pulih, ibunya mendorong Stan untuk bekerja di kantor penerbitan bersama Aaron, sang paman.

Kini luka ditubuhnya memang sudah sepenuhnya sembuh. Namun, setiap melihat bekas luka itu, masih ada rasa sakit yang nyata disana. Ada kala ruang hatinya merasa hampa, mengingat hingga saat ini, tidak pernah sedetikpun ia mampu mengingat 22 tahun yang hilang, sejak ia dilahirkan ...

"Enjoy", Stan meletakkan piring berisi 2 lembar roti panggang panas beraroma harum.

"Terima kasih", jawab Mia tanpa melihat Stan. Gadis itu masih kesal digoda sepertinya.

"Hanya terima kasih?", Stan menaikan alis, "Aku bersusah payang memanggangnya, dan hanya ucapan terima kasih yang kudapat", gumam Stan dengan malas.

"Satu ciuman dipipiku sepertinya tidak berlebihan", lanjutnya lagi. Stan sengaja mencebikkan bibirnya.

Mia mendengus kesal. "Baiklaaaahh.. Kemarikan pipimu. Biarkan aku menciumnya sebagai tanda ucapan terima kasih", ujarnya penuh penekanan didua kata terakhir.

Stan tersenyum lebar. Dengan cepat, ia menempatkan pipi kanannya didepan Mia. Dengan lembut, Mia menarik bagian kiri wajah Stan untuk mendekat, dengan niat mencium dengan cepat.

Cup

Keduanya membeku dengan bibir saling bersentuhan. Stan yang licik ternyata memutar kepalanya tepat saat Mia hendak mencium pipinya.

Mia membelalakan matanya. Belum siap dengan apa yang terjadi. Bibir Stan yang hangat dan lembut ada tepat diatas bibirnya. Mata biru yang indah milik lelaki itu, kini tertutup. Dengan lambat, Stan menyesap lembut bibir Mia. Saat itu terjadi, Mia merasa ada sesuatu yang menggelitik perutnya. Rasanya geli, tidak nyaman, namun menyenangkan. Setelah beberapa detik, Stan melepas tautan bibir mereka. Wajah tampannya berseri layaknya lampu mercusuar.

"Oops... Meleset", bisik Stan nakal.
"Sungguh, ucapan terima kasih yang luar biasa", ucapnya. Suaranya terdengar berat. Ibu jarinya mengusap lembut bibir Mia. Sedangkan Mia, masih terkejut dengan apa yang terjadi. Yang ia tahu, jantungnya berdetak keras ditempatnya. Mia menundukkan kepala. Rasanya sangat malu, sampai ia tidak berani menatap Stan sekarang.

"You stole my first kiss, Stanley", ucapnya lirih.

"Yes, I know", Stan menarik lembut dagu Mia, supaya sejajar dengannya. Mata jernih Mia terlihat semakin indah dijarak yang sedekat ini. "Tapi aku tidak menyesal. Karena kita impas. Kau juga sudah mencuri ciuman pertamaku."

###

Vanessa masih duduk dibalik kemudi mobil mewahnya. Ia masih berada dilahan parkir apartemen Stan, masih enggan beranjak darisana. Diam mematung dengan sebatang rokok menyala diantara telunjuk dan jari tengahnya.

STANd(ing) Still Where stories live. Discover now