Bab 11 A Day With You (1)

52 1 0
                                    

Done.

Stanley melakukan sedikit peregangan dilehernya. Pekerjaan yang Aaron minta sudah selesai dia kirim kembali. Sekarang waktunya makan siang. Yah, makan siang. Kini perutnya sudah terasa lapar. Mia juga pasti sama laparnya.

Tapi ...

Kemana gadis nakal itu? Setelah ciuman panjang mereka cukup menghabiskan napas, gadis itu seperti hilang ditelan bumi.

Stan sudah mencoba mencari kebalkon, kekamar dan ketoilet, tapi Mia tidak tidak berada dimanapun. Bahkan tanpa sadar Stan membuka lemari kabinet guna mencari gadis itu. Hey Stan.. Kau ini bodoh atau apa? Apa gadis itu keluar? Tapi dia yakin betul tidak melihat Mia keluar, dan harusnya gadis itu berpamitan bukan jika ingin pergi?

Dengan gusar, Stan segera mendial nomer Mia, dan diangkat pada dering pertama.

"Mia, where are you?!", seru Stan. Dia bahkan tidak memberi kesempatan Mia memberi sapaan.

"Aku di laundry room", jawab Mia santai. Stan segera mematikan ponsel dan menuju ketempat Mia berada. Laundry room milik Stan tepat berada disamping dapur, menempel dengan ruang penyimpanan makanan. Disana, diruangan mungil berukuran 2 x 2 meter itu, Mia terlihat berdiri sambil berkutat dengan tumpukan pakaian. Tangannya masih asik melipat handuk. Mesin cuci dan dryer sudah dalam keadaan mati. Stan mendesah lega.

"What are you doing?", tanya Stan, melipat tangannya bersandar ditepi pintu.

"Aku sedang berburu Pokemon", jawab Mia asal. Lalu tersenyum geli. "Aku sedang melipat pakaian, Stan. Tidakkah kau melihat itu?"

"Yes, I know. Hanya saja, maksudku, kau tidak perlu melakukan semua itu, sayang. Aku bisa membawa semua pakaian kotor kita ke laundry berbayar", jelas Stan.

"Apakah kau khawatir pakaianmu tidak bersih jika kukerjakan?", gurau Mia.

"No! Kau tahu betul bukan itu yang kumaksud. Aku hanya tidak ingin kau lelah. Kau datang kesini untuk berlibur. Untuk bersenang-senang. Bukan untuk menjadi pesuruh", Stan kembali menjelaskan dengan lemah lembut.

"Ingat Stanley, Mia mungkin terlihat mungil dan rapuh. Tapi percayalah, putriku punya kepala sekeras batu." Kata-kata Sir Philip terngiang dikepala Stan. Baiklah, sepertinya dia harus lebih sabar menghadapi gadis cantik keras kepala ini.

"Aku tidak merasa seperti pesuruh. Aku menikmatinya, Stan. Aku sudah terbiasa dengan semua ini. Aku melakukannya sendiri sejak usiaku 12 tahun. Jadi aku mohon jangan melarangku", pinta Mia tak kalah lembut. Matanya mengerjap indah, dan detik itu juga, Stan kalah telak dengan rayuannya. Lelaki itu menghembuskan napas tak kentara. Sepertinya tidak ada pilihan lain.

"Baiklah, lakukan apapun yang kau mau. Tapi berjanjilah kau akan berhenti jika merasa lelah. Aku bisa membawa pakaian kotor kita kejasa laundry langgananku", ulangnya.

"Deal", Mia tersenyum penuh kemenangan.

"Ayo kita keluar dari sini", ajak Stan.

"Apakah kita sudah akan pergi? Apakah pekerjaanmu sudah selesai?", Mia bertanya dengan semangat.

"Ya semuanya sudah. Kita bisa berangkat makan siang sekarang. Tapi tunggu aku berganti baju sebentar ya."

"Hey, tunggu Stan." Mia menarik lengan Stan hingga mereka berdiri berhadapan. "Kau memakai kacamata", ujarnya terpesona. Sungguh, dia tidak memperhatikan karena terlalu asik melipat handuk. Mia menyurukan wajahnya lebih dekat kehidung mancung Stan yang kini sedang bertengger kacamata berlensa tipis.

"Ya, aku memakainya setiap bekerja. Mencegah mataku sakit akibat terlalu lama menatap layar", jawab Stan salah tingkah ditatap seperti itu oleh Mia.

"Oh my God, kau terlihat sexy dengan kacamata itu", ujar Mia malu-malu. Tanpa sadar menggigit pelan bibir bawahnya dengan ringan.

"Pardon me? What did you say, young Lady?", Stan menatap Mia tak percaya. "Darimana kau belajar kata-kata seperti itu, gadis nakal? Dan... Coba lihat ekspresimu sekarang", Stan mengusap wajahnya dengan kasar, dan entah kenapa, melihat wajah malu-malu Mia, perutnya terasa geli.

"You look sexy, Stanley Alexander", ulang Mia dengan lambat dan dibuat-buat.

"Berhenti bicara, Mia", perintah Stan."Ya Tuhan, ini benar-benar berbahaya!", gumamnya. "Tunggu disini sementara aku berganti baju. Kita harus segera keluar dari apartemen ini, atau aku akan memakanmu saat ini juga!", ancam Stan, lalu segera melesat menuju kamarnya.

Mia tertawa lepas mendengar ancaman Stan. Andai Stan tahu, betapa dia tidak berbohong. Lelaki itu terlihat semakin tampan dengan kacamatanya. Terlihat serius dan sexy... Mia menutup wajahnya yang panas, tubuhnya merasakan sesuatu yang aneh. Sama seperti yang Stanley rasakan tadi, seperti ada yang menggeliat dibawah perutnya. Rasa asing yang menyenangkan itu kembali muncul.

***

"Kita akan kemana?", tanya Mia riang. Mereka sudah diperjalanan sekarang.

"Kerumah jagal. Aku berencana membunuhmu disana", jawab Stan menatap lurus kejalanan dibalik kemudinya. Tapi ada sorot geli diujung matanya.

Mata Mia membulat, lalu menutup mulutnya dengan tangan kanan. "Kenapa kau mau melakukan itu? Apakah aku melakukan kesalahan?", cicitnya.

"Ya. Dan kesalahanmu sangat fatal", Stan memberhentikan mobilnya saat lampu lalu-lintas berwarna merah. "Kau bersikap sangat nakal siang ini, dan hal itu bisa saja membuatku tidak dapat menahan diri, Mianna", jelas Stan perlahan, menatap tajam kearah Mia. Menjelaskan betapa terganggunya ia dengan sikap Mia.

Mia meringis. "Maafkan aku, Stan. Aku tidak bermaksud melakukannya", Mia kembali mencicit. Menundukkan kepala, menghindari tatapan Stan.

"Kau gadis lugu yang menyebalkan, tahu tidak? Itulah kenapa lebih baik aku membunuhmu, daripada harus jadi korban kenakalanmu", keluh Stan, berpura-pura frustasi dengan mengusap wajahnya.

"Aku sungguh tidak bermaksud melakukannya. Aku bahkan tidak tau kalau aku punya sifat nakal seperti itu, Stan. Hanya saja, saat didekatmu, aku selalu saja tidak sadar melakukannya. Karena kau sangat memesona setiap saat, Stan", jelasnya dengan satu tarikan napas, diakhiri dengan ringisan. Wajahnya pasti sudah sangat merah sekarang. Tapi mau bagaimana lagi? Memang seperti itulah keadaannya.

Stan mengacak rambut Mia dengan gemas. "Lagi-lagi kau mengulanginya. Pernyataanmu barusan terdengar seperti kau sedang merayuku."

"Yaaah... Kau boleh menganggapnya seperti itu. Aku tidak keberatan," ucap Mia disertai cengiran. Dia bahkan mengedipkan satu matanya diakhir kalimat, sambil merapikan rambutnya. Membuat Stan tertawa keras.

"Ya Tuhan... Kau benar-benar anugerah sekaligus cobaan untukku, Mia," ujar Stan geli. Dia bahkan harus mati-matian menahan diri untuk tidak melumat mulut nakal Mia sekarang juga. Syukurlah lampu lalu lintas sudah kembali menyala hijau.

Setelahnya, Stan berkendara dalam diam. Beberapa kali Mia mencoba mencuri pandang kearahnya, tapi lelaki itu sepertinya sedang serius dan tak mau diganggu. Padahal, Stan sangat tampan saat ini. Lelaki itu mengenakan kaus santai berwarna putih, dilapis dengan kemeja flanel berwarna biru tua. Untuk bawahannya, Stan memakai celana jeans basic berwarna gelap, dan sepatu casual berwarna putih. Jika tadi malam Mia melihat Stan menggunakan setelan formal, lalu tadi pagi kembali melihat Stan dengan tampilan rumahan, maka tampilan casual lelaki itulah yang terbaik. Stan terlihat .. Santai tapi mematikan. Mia bahkan harus mengusap ujung bibirnya hanya untuk memastikan tidak ada liur yang mengalir.

Tbc

Maaf cuma sedikit. Setelah ini janji akan lebih rajin update. Terima kasih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STANd(ing) Still Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang