Bab 8 Loser

62 5 2
                                    

Keesokan harinya, Stan mendapati sang ibu sudah duduk diruang makan. Dengan mengenakan setelan kerja lengkap, ibunya terlihat sedang membaca berita di Ipadnya.

"Good morning, Mom", sapanya.

Sang ibu menurunkan sedikit kacamatanya hingga hampir ke pucuk hidung, lalu beralih melihat jam tangan mahal dipergelangan tangannya. "Good morning? Well, sudah menjelang siang tepatnya", sindir sang ibu.
"Aku bahkan berpikir kau berencana tidur hingga musim panas tahun depan, Stan", lanjutnya lagi.

"Ha ha, lucu sekali", Stan tertawa hambar dan mendengus. Ia mengambil sebotol air dari lemari pendingin lalu menuangnya kedalam cangkir. Selanjutnya, ia menghampiri sang ibu untuk mengecup pipinya.

"Wow, Mrs. Vannesa, kau benar-benar merapikan rumahku. Dan kau bahkan membawa sarapan untukku", Stan terpesona dengan kondisi apartemennya yang sudah sangat rapi dan teratur. Juga dengan sup jagung yang terlihat enak mengepul diatas meja makannya. Dengan sigap ia mengambil mangkuk berisi sup jagung yang diangsurkan oleh sang ibu.

"Aku khawatir akan ada badai Katrina dimusim panas ini, Mom. Sikapmu hari ini sangat tak biasa", Stan terkekeh sebelum mulai menyuap supnya. Vannesa memutar mata bosan melihat tingkah laku anaknya.

"Ini lezat sekali", ujar Stan disela kunyahannya.

Vannesa tersenyum miring. Lantas mematikan Ipadnya dan menatap tajam kepada sang anak. "Stanley, good boy... Betapa manisnya sikapmu kepada ibumu, huh? Setelah lebih dari satu pekan, kau sama sekali tidak mengunjungiku, lalu tiba-tiba ditengah malam kau menyuruhku untuk datang ke apartemenmu pagi-pagi, hanya untuk merapikannya! Yang kau lakukan pada tua renta sepertiku sungguh keterlaluan, kau tahu?"

Stan memutar mata dengan sangat tidak sopan. "Aku sangat sibuk, Mom. Sedang banyak sekali deadline dikantor", lelaki itu mencoba menjelaskan. Lalu meneguk air putih. "Dan apa yang kau katakan tadi? Tua renta? Yang benar saja. Kau bahkan masih terlihat lebih segar daripada Pamela Anderson", kilah Stan lagi-lagi terkekeh. Pagi ini ia sangat murah tawa. Vannesa terlihat sangat ingin melempar sesuatu ke kepala sang anak. Sambil menggumamkan kata "anak nakal", wajahnya terlihat gemas.

Lalu setelahnya, Stan memberikan senyum yang sangat manis kepada ibunya. "Aku memintamu untuk merapikan apartemenku, karena aku sedang kedatangan tamu. Dia baru saja datang dari luar kota. Dia seorang gadis yang sangat cantik. Apakah kau sudah bertemu dengannya, Mom?"

Vannesa terlihat berpikir sejenak. "Apakah yang kau maksud adalah gadis cantik berambut panjang dan bermata coklat?"

"Yes. Bermata coklat dan sangat cantik", ulang Stan menerawang. Wajah Mia terbayang disana. Lelaki itu mendorong mangkuk supnya yang telah kosong, dan mulai meneguk air putih, saat dengan santai ibunya berkata...

"Ahh, gadis itu! Aku baru saja mengusirnya."

Puuuhhhh!!! Air putih didalam mulut Stan dengan lancar menyembur keluar. Untunglah ia masih sempat menyemburkannya. Jika tidak, air itu pasti sudah salah jalan kerongga dadanya. Stan sangat terkejut. Benar - benar terkejut.

"You... What?!" Stan memastikan sekali lagi.

Ibunya hanya mengangkat bahu. "I've told you. Aku sudah mengusirnya."

"But why, Mom?!", Stan menarik rambutnya frustasi.

"Well, aku merasa ini bukan sepenuhnya salahku. Kau tidak mengatakan apapun tentang gadis itu tadi malam. Jadi aku khawatir jika ia seorang penyusup atau semacamnya, dan berencana berbuat jahat kepadamu? Tidak salah kan?", jelas Vannesa dengan santai.

"Demi Tuhan, Mom! Gadis itu tidak akan bisa masuk kesini tanpaku. Kau tahu sindiri bagaimana sulitnya masuk kesini!", ujar Stan tak habis pikir. Bagaimana ibunya bisa berpikir sependek itu. Kenapa ada saja masalah yang timbul antara dia dan Mia?

STANd(ing) Still Where stories live. Discover now