2. Preliminary To The Eternity

88 15 0
                                    

Beomgyu terengah-tengah menunduk sambil memegang kedua lututnya yang lelah.

Dia kabur dari sekolah.

Itu kali pertama Beomgyu pergi dari sekolah, dia selalu menjadi anak baik sebelumnya.

Tapi tidak dengan hari ini.



Guru olahraga tiba-tiba mempermalukannya. Berbicara kepada seisi kelas tentang betapa ceking tubuhnya.

Dia pikir ini akan menjadi sesi pembelajaran yang menyenangkan karena diisi dengan materi, tidak ada praktek yang membuatnya musti berkeringat; keringat anak laki-laki di kelas membuatnya pusing, ditambah bermacam-macam wewangian milik anak perempuan dari keluarga terpandang—karena wewangian tidak bisa dimiliki semua orang—yang membuatnya mual.



Saat sesi absen, tiba-tiba saja guru itu membahas postur tubuh siswa-siswinya.

Ia melihat gestur tidak nyaman dari para siswi yang tubuhnya dibahas.

Beberapa anak laki-laki yang suka olahraga sebaliknya, mereka senang sekali saat otot mereka dibahas. Hanya segelintir. Sisanya juga malu karena ternyata guru olahraga sering masuk ke ruang ganti anak laki-laki untuk memperhatikan mereka. Mereka juga tidak nyaman. Itu menyeramkan.









Giliran Beomgyu, "Diantara semua laki-laki disini, Beomgyu yang paling kurus." Ucapnya begitu saja, "Kamu ceking sekali, apa kamu tidak diberi makan oleh ibumu?"

Guru olahraga pikir itu lucu, nyatanya tidak ada yang tertawa.

"Astaga, kalian diam sekali, tertawa saja apabila lucu." Lanjut guru itu.





"Jangan dipaksa kalau memang tidak lucu, menertawakan fisik seseorang bukan hal yang baik." Ucap seorang pemuda yang namanya belum disebutkan si guru, Beomgyu tidak kenal siapa dia.

Seketika semua mata tertuju padanya, muncul desas-desus sekilas tentang betapa kerennya dia.



"Yechan, padahal aku ingin memujimu." Ucap guru itu, rupanya namanya Yechan.

"Puji saja aku, penilaian tentang fisik tidak seharusnya masuk ke kategori penilaian kesopanan." Ucap anak bernama Yechan itu.

"Kamu mau tidak naik kelas?" Ancamnya, suaranya naik satu oktaf.


"Tidak naik kelas bukan hal yang begitu menyedihkan, daripada memaksa siswa untuk menertawai fisik temannya, anda mungkin tidak akan naik ke surga."

Surga, kata itu langsung membius para siswa-siswi. Keren sekali dia membawa-bawa akhirat ke dalam hal ini?

"Aku tidak punya agama." Ucap guru itu.

"Aku pun tidak. Tapi Beomgyu punya, anda tidak akan naik ke surga kalau Beomgyu bunuh diri karena kelalaian anda. Seharusnya guru menuntun muridnya untuk sampai ke akhirat dengan selamat."


Hening. Suasana hening.

Beomgyu menolehkan kepalanya, menatap Yechan yang duduk di barisan paling belakang. Tanpa ekspresi. Hanya menatap.




"Yechan kamu tidak lucu. Bukankah ini candaan, Beomgyu?" Ucap guru itu.

Beomgyu menggeleng, "Ini tidak lucu." Balasnya singkat.









Entah apa yang terjadi, guru itu menarik kerah kaosnya sampai melonggar. Beomgyu yang terkejut langsung berdiri.

Berdirinya belum betul sempurna saat ia didorong. Tentunya Beomgyu terjatuh. Tidak ada pertahanan dari kaki jenjangnya yang belum penuh berpijak di tanah.


I Found HerWhere stories live. Discover now