6. Gratifying Encounter

46 9 1
                                    

Beomgyu berlari ke pekarangan rumahnya karena mendengar bunyi keras dari sana.

Beomgyu heran sekali.

Apa rumahnya di-bom?
























Bukannya bom. Beomgyu malah menemukan seorang gadis terkulai lemas disana.

Apa dia jatuh? Batin Beomgyu.

Lantas kalau iya, kenapa bisa jatuh? Dari mana? Siapa dia? Kenapa disini?

Ada banyak sekali pertanyaan di kepala Beomgyu.








Beomgyu mengangkat gadis yang kelihatannya ringan itu.

Ya, lumayan. Lumayan ringan.




Rambutnya berwarna putih. Apa dia sudah tua? Tapi wajahnya masih muda...





Diletakannya gadis itu di sofa tempat ayahnya biasa membaca surat kabar.

Beomgyu harap gadis itu tidak alergi dengan debu.











Kapan dia akan bangun? Batin Beomgyu yang lelah menunggu. Tidak juga, menunggu adalah rutinitas Beomgyu.

Menunggu ada tangga menuju awan dengan pintu diujungnya.

Apa dia juga sudah mati? Batin Beomgyu.






































Yang ditunggu Beomgyu datang juga. Gadis itu membuka matanya.





Wajah Beomgyu berseri-seri. Sudah lama tidak melihat orang.





"Hai!" Sapa Beomgyu senang.

Gadis itu langsung menunjukkan ekspresi masam, "Lo siapa?" Tanyanya.

Lo siapa? Lo? Beomgyu bingung, "Bagaimana?" Tanya Beomgyu.

"Kamu, kamu siapa?" Tanya gadis itu menunjuk Beomgyu sambil melihat sekeliling.

"Beomgyu, namaku Choi Beomgyu! Senang bertemu denganmu, siapa namamu?" Tanya Beomgyu.



Gadis itu menetralkan ekspresinya, "Ryujin." Ucapnya singkat.

"Hai Ryujin! Kenapa kamu kesini? Apa kamu juga sudah mati?" Tanya Beomgyu

"Gue gak mungkin mati."

Gue? Dari mana gadis ini berasal? "Bisa ulangi? Aku tidak mengerti bahasamu."

"Saya gak mungkin mati."

"Kamu tidak bisa mati?"

Ryujin mengangguk, "Iya. Ini dimana?"

"Di rumahku."

"Kok bisa? Eh, maksudnya, bagaimana bisa?"

Bahasa Ryujin itu aneh sekali, ekspresinya juga, pertanyaannya apalagi, "Aku tidak tau, kamu jatuh begitu saja. Sepertinya. Karena aku mendengar bunyi dentuman sebelum menemukan kamu di pekarangan rumahku."





"Apa aku kembali ke masa lalu?"

Beomgyu memiringkan kepalanya kemudian menggidikkan bahu, "M-mungkin...?"





Ryujin mengelilingi rumah Beomgyu. Pemuda kesepian itu juga menjelaskan dan memperlihatkan seluruh detail rumahnya kepada Ryujin. Beomgyu memutuskan bahwa mereka mungkin seumuran.


"Rambutmu kenapa putih?" Tanya Beomgyu.

Ryujin menyentuh rambutnya, "Ah, ini bleaching."

Beomgyu lagi-lagi bingung, "Beli-- apa tadi?"

"Ini, aku memakai pemutih rambut."

Beomgyu ber-oh ria, "Kenapa?"

"Sedang tren-- maksudku, ini sedang diminati banyak anak muda."






Ryujin menyentuh kalender di dinding kamar kakak perempuan Beomgyu, gadis itu membuka mulut dan matanya lebar, "Gila...." Ucapnya.

"Kenapa?" Tanya Beomgyu.

Ryujin menggeleng, "En--- Tidak. Tidak apa."

















"Ryujin, kenapa kamu disini?" Tanya Beomgyu.

Ryujin menggidikkan bahunya, "Entahlah, mungkin takdir. Kamu kesepian, kan?"

Beomgyu mengangguk, "Iya... bukankah seharusnya aku sudah menyebrang sekarang?"

Giliran Ryujin yang mengangguk, "Iya, sudah lebih dari menyebrang. Kamu seharusnya sudah ada di surga."

"Apa aku berbuat dosa? Sumpah demi Tuhan, aku tidak membunuh diriku sendiri. Aku dibunuh." Keluh Beomgyu dengan mulut mengerucut.

Ryujin menyentuh tangan Beomgyu, "Iya, aku bisa melihatnya. Kamu dibunuh. Kejam sekali. Sakit, ya?" Tanya Ryujin.


Beomgyu mengangguk, "Aku dibunuh teman sekelasku, mereka bersekongkol. Kamu tau? Aku baru kenal dengannya beberapa menit yang lalu, kemudian gadis itu menusukku, rasanya sakit sekali! Aku rasanya ingin berteriak tapi tidak bisa! Kamu tau apa yang lebih menyakitkan? Dia bekerja sama dengan temanku!"

Ryujin mengangguk, "Yang membunuhmu ada dua orang?"

Beomgyu menggeleng, "Tidak, hanya satu. Aku ditusuk. Tapi temanku yang satunya tidak mau membantu... hanya minta maaf lalu pergi."

"Itu artinya dia juga membunuhmu."

"Aku simpulkan bahwa dia mungkin dipaksa oleh---"

"Dia tidak dipaksa. Itu kemauannya sendiri. Yang ada, gadis itu dipaksa melakukannya."

"Bagaimana?"

Ryujin mengelus kepala Beomgyu, "Malang sekali nasibmu..."


















Ryujin meninggalkan Beomgyu terduduk di ruang makan, gadis itu kembali ke sofa dimana dia tidur tadi. Lalu lanjut memejamkan matanya.



Beomgyu bingung, jadi... yang melakukannya adalah Yechan? Bukan Yeojin?

Lalu dari mana Ryujin—si gadis baru—tau masalah ini?

I Found HerWhere stories live. Discover now