BC (32)

2.9K 421 52
                                    

Hari ini harinya Junkyu.

Cowok manis mirip koala itu sedang merapihkan setelan jas hitam yang terlihat pas ditubuhnya.

Setelah empat tahun menjalani suka-duka perkuliahan akhirnya dia lulus juga.

Kaget kok tiba-tiba lulus? Soalnya ini cuma bonus chapter jadi dicepetin biar enak.

"Kyu, pinjam setrikaan, dong. Jaehyuk ngebasahin celananya gara-gara gugup," kata Asahi dengan muka cemberut.

Sebulan setelah Harukyu balikan, giliran Jaesahi yang mengadu nasib dengan cara menjalin kasih untuk kedua kalinya.

Junkyu tertawa. "Kok bisa? Padahal waktu skripsian sampai sidang kemarin dia yang paling lempeng tuh."

Bukan sulap bukan sihir, jangankan Junkyu, Asahi saja heran kenapa pacarnya yang punya pd tingkat dewa itu tiba-tiba gugup padahal tinggal pamer toga ke sanak saudara.

"Dia memang random sih, nggak usah heran."

Benar juga.

"Eh, Haruto nanti ke sini?" tanya Asahi.

Junkyu menggeleng pelan. "Kemarin dia sudah datang waktu aku sidang, kasihan kalau bolak-balik terus. Urusannya juga bukan cuma nemenin aku, kuliahnya juga lagi krisis."

"Tapi dia kan pacarmu. Masa nggak datang sih?" Asahi masih ngeyel.

"Biarin. Aku malah geli kalau ketemu dia terus, gombal mulu nggak ada remnya." Keluh kesah seorang Kim Junkyu. Yang diacuhkan salah, dimanja malah geli.

Asahi sebagai teman hanya bisa mencibir dalam diam.

****

Setelah beberapa huru hara, seperti; Jaehyuk yang mendadak mulas. Akhirnya mereka sampai di gedung yang akan menjadi saksi kerja keras selama empat tahun.

Jaehyuk sudah terlihat membaur dengan kawanan 'monyet'nya. Itu kata Asahi. Sedangkan Junkyu sibuk makan cokelat sembari menunggu acara dimulai.

Matanya mengembara ke setiap sudut, menilik banyaknya mahasiswa/i yang bersendau gurau berharap gugup pergi dari dalam hati.

"Orang tuamu nggak datang, Jae?" tanyanya pada Jaehyuk yang kebetulan duduk di sebelahnya.

Jaehyuk menggeleng. "Enggak, sudah ada calon pendamping hidup yang menemani. Emang kamu? Pacar nggak datang, eh, orang tuanya juga batal hadir," katanya dengan wajah mengejek.

Sialan.

"Awas, nanti kudoakan kamu ditolak sama Asahi," gumam Junkyu, cemberut.

Beberapa saat kemudian aula menjadi hening. Dan acara berjalan begitu saja, sampai...



".... perwakilan dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan dengan gelar akademik Sarjana Teknik, Cumlaude, dengan bangga kami berikan kepada, Kim Junkyu." (Mohon maaf, belum pernah wisuda soalnya)

Ruangan menjadi riuh.

Kim Junkyu, salah satu mahasiswa yang santai dalam mengerjakan tugas tiba-tiba menjadi pemegang gelar agung di Universitas mereka.

Luar biasa mengejutkan.

Junkyu juga ikut kaget. Memang kemarin dirinya mendapat nilai A, tapi tidak ada hal spesial yang dosennya beritahu. Padahal biasanya mereka yang mendapat gelar Cumlaude harus mengisi beberapa kuisioneer.

"Kok aku bisa hoki begini?" Bukannya senang dan terharu, Junkyu justru terheran sambil memikirkan dukun mana yang membantunya.

Memang orang aneh_-

"Kim Junkyu." Serentak mahasiswa terdiam. "Ada titipan. Kamu ditunggu di parkiran, silahkan keluar."

Vibesnya memang terusir. Tapi masa bodoh. Junkyu terlanjur penasaran. Dirinya langsung meluncur melewati deretan mahasiswa untuk keluar aula dan berlari menuju parkiran.

Karena kalau prediksinya benar, dia tahu apa yang terjadi.

"Hah, hah, aduh capek!" Katanya sambil membungkuk.

"Siapa yang nyuruh kamu lari? Jalan biasa kan bisa. Kangen ya?"

Junkyu mendongak sambil melotot. "Kangen kepalamu?!" mulutnya memang marah-marah, tapi langsung memeluk seseorang di depannya erat sekali.

"Malu-maluin, kenapa harus nitip pesan begituan sih. Haruto goblok!"

Haruto ketawa mendengar nada sumbang pacarnya sambil puk-puk kepala Junkyu. "Usaha mati-matian malah dikatain goblok. Untung aku sayang ya sama kamu?"

"Aku enggak. Kita kemusuhan!"

Yang lebih muda memutar bola mata malas. "Yasudah, cincinnya kubuang saja ya? Capek-capek ke sini malah diajak marahan." Junkyu langsung mendongak dengan bingung.

"Cincin?"

"Tadi sih buat melamar, tapi kamu keburu bikin kesal. Aku melamar mahasiswi sefakultasmu saja gimana?"

Duk!

Haruto memegangi perutnya yang terkena tendangan maut Junkyu.

"Kubuat babak belur ya kamu!" kata Junkyu sambil menengadahkan tangannya. "Sini cincinnya!"

"Dih, galak banget. Aku pulang nih ya?" Sambil menyerahkan kotak cincin berwarna biru dari sakunya.

"Pulang saja sana, cincinnya sudah sama aku, kok! Hush! Hush!"

Melamar nggak ada romantisnya sama sekali. Malah jadi ajang baku hantam.

Ajaib banget perasaan :")

"Bulan depan aku wisuda," kata Haruto, membuat Junkyu yang sibuk mengagumi cincinnya bingung seketika. "Sebelum aku lanjut studi, bisa nggak kita jadi lebih dekat dari sekadar pacar atau tunangan?"

"Haru?"

"Aku emang belum mapan, biaya kuliah juga masih ditanggung orangtua. Tapi, dari semester 3 aku belajar nabung nyisihin uang jajan segala macam dan walaupun kecil tapi bisa beli rumah untuk masa depan kita. Kalau disuruh romantis aku memang noob, tapi aku mau belajar bertanggungjawab buat keluarga kecil kita. Mau terima lamaranku, nggak?" tanya Haruto sambil ketawa kecil karena Junkyu memandangnya sambil sesenggukan.

"Haru ...nggak mau tahu, pokoknya kamu cuma boleh sama aku!" Sambil menubrukkan diri ke dalam dekapan hangat pacarnya.

"Tapi aku masih gembel, belum kaya raya. Masih mau?" Junkyu mengangguk kencang.

"Nggak apa-apa, masih ganteng."

"Itu saja poinnya?" tanya Haruto kesal.

"Enggak. Kamu pinter sama rajin juga, buktinya bisa lulus cepet, aku saja empat tahun sampai mau gila. Dukun mana, kok hebat banget?" Haruto nggak berharap pujian dari mulut Junkyu kok.

Serius deh, nggak bohong. Terlalu kebal sama otak random pacarnya.

Nggak apa-apa kejutannya gagal romantis, yang penting si kesayangan mau diajak nikah. Haruto senangnya bukan main kok.

:)













—————BENERAN END.

Makasih yang udah ngikutin dari awal. Dan maaf kalau harus berakhir dengan begitu gaje.

Btw,

Ada yang mau Versi 'Rumah Tangga' ??

Pacaran | Harukyu [1] ✔️Where stories live. Discover now