Regret

51 10 3
                                    

"Bos?"

Yang di panggil 'Bos' itu mendongak, lantas menegakkan badannya, menatap ke arah lelaki yang berada di tengah tiga orang suruhannya, yang tampak diam tak berkutik.

"Lepaskan dia," suruhnya. "Dan kalian, pergi dari ruanganku!"

Sesuai perintah, para suruhannya itu melepaskan cekalannya, lalu berlalu pergi dari sana.

Menyisakan dua orang beda generasi yang di landa kesunyian.

Yang satunya sibuk dengan pikirannya, lalu satunya lagi sibuk menepuk-nepuk pakaiannya.

Yang lebih tua menghela napasnya, membuka suara, "Lama tak bertemu Mark," ujarnya basa basi.

Mark memutar bola matanya malas, dia menatap malas pria paruhbaya di depannya. "Aku pergi dari sini baru tiga hari, bukan tiga tahun."

Lelaki itu melipat kedua tangannya di dada. "Jangan buang-buang waktuku, Pak tua. Jadi, langsung ke intinya saja. So, what do you want?"

Jaehyun menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kerjanya, matanya tetap menatap ke arah putra sulunya itu. "Kembalilah tinggal di rumah ini," titahnya, tidak mempedulikan tatapan tidak suka dari lelaki di depannya. "Dan aku akan memperlakukanmu seperti yang kau mau. Serta seluruh hartaku yang akan ku berikan padamu."

Bukan seperti yang Jaehyun inginkan, tanggapan Mark berikan malah kebalikannya.

Lelaki itu berdecih, menatap tajam pria paruhbaya itu. "Kau pikir aku gila harta? Dan dengan mudah menerima tawaran bodoh itu?" sinisnya.

"Kau pasti akan menerimanya. Karna, hidup di dunia butuh uang, kaya bergelimang harta adalah impian semua orang."

"Kata siapa? Opini itu hanya di miliki oleh orang serakah sepertimu! Yang hanya bisa berpikir sempit, dan menganggap semuanya dapat di selesaikan dengan uang."

Jaehyun menggeram tertahan. "Aku akan menuruti semua yang kau mau, asal kau kembali tinggal di rumah ini."

Mark berecak. "Omong kosong macam apa lagi itu? Jangan membual hal yang tidak penting. Mana mungkin kau akan menurutinya."

Rasanya Mark ingin tertawa saja. Pria paruhbaya di depannya ini benar-benar lucu, bisa-bisanya memberi tawaran seperti itu. Lagi pun, mana mungkin Pak tua itu bisa menuruti permintaannya.

Mendengarkan nasihatnya saja tak mau, apalagi ini?

"Kau meremehkanku? Akan ku buktikan bahwa ucapanku itu benar!"

Mark tersenyum miring, melihat bagaimana emosi pria paruhbaya itu yang terlihat tak stabil. Sangat mudah tersulut emosi, pikirnya.

"Baiklah, aku akan kembali ke rumah ini, dan sesuai perjanjian, aku akan mendapatkan apa yang kau bilang tadi."

Jaehyun tersenyum puas, senang karena putranya itu mau menuruti permintaannya, atau sebuah tawaran?

"Bagus, lalu apa—"

"Berubahlah." Tatapan Mark berubah menyendu, menatap tepat di iris legam pria paruhbaya itu yang seketika diam karna mendengar ucapannya.

"Mark cuman punya satu permintaan. Dan permintan itu mau Daddy berubah kayak dulu lagi. Jadi sosok yang hangat dan peduli dengan sekitar," ulang Mark, memperjelas.

"Mark pengen, Daddy membuka mata buat melihat sekitar. Mark pengen Daddy bahagia dengan kebahagiaan yang sesungguhnya. Bukan seperti sekarang yang seolah keadaan menutup mata Daddy untuk melihat sekitar. Yang buat Daddy lupa akan segalanya, lalu berakhir menyesal."

[√] Can't You See Me? [END]Where stories live. Discover now