Epilog

83 8 2
                                    

"Selamat siang, Pak."

Sapaan itu terlontar dari beberapa orang karyawan di sana.

Yang di sapa tersenyum, membungkuk singkat kepada setiap karyawan yang di lewatinya.

"Mau pergi, Pak Choi?"

Choi Sunoo—atau di kenal dengan—Choi—Han Soobin sewaktu masa sekolah itu, kini sudah menjadi seorang direktur di sebuah perusahaan miliknya.

Berkat otak cerdasnya itu, lelaki itu dapat menyelesaikan kuliah dan study-nya dengan cepat dalam waktu beberapa tahun. Serta dapat membangun perusahaan sebesar ini dalam kurun waktu yang terbilang cukup cepat bagi pengusaha muda sepertinya. Itu semua berbalik lagi kepada sikap perfeksionis dan kompeten yang di milikinya.

"Iya, Pak. Tapi, saya kan udah bilang dari dulu, jangan panggil saya 'Pak', Pak. Panggil Sunoo aja," jawab Soobin, ramah.

Walau banyak yang memanggilnya dengan sebutan 'Pak', dia masih saja merasa belum terbiasa dengan panggilan itu. Apalagi jika yang memanggilnya 'Pak' adalah orang yang usianya lebih tua dari dirinya. Menurutnya, itu tidak cocok, dan Soobin tidak setua itu untuk di panggil dengan julukan itu.

Satpam itu tersenyum canggung. "Aduh, mana sopan atuh, Pak. Eh, Sunoo."

Soobin melihat raut tidak enak dari wajah si Satpam, nada bicara pria paruhbaya itu juga terdengar canggung.

Lelaki itu tersenyum. "Saya duluan, ya, Pak," pamitnya seraya membungkuk sopan.

Soobin melangkahkan kaki menjauh menuju area basement, masuk ke mobilnya, lalu mulai melajukan kendaraan itu keluar dari perusahaan.

Hari ini dia ada janji bertemu dengan para sahabatnya. Bersyukur karena pekerjaannya telah selesai dia kerjakan, dan dia bisa berkumpul dengan mereka.

Omong-omong, sejak menginjakkan kaki di universitas, Soobin mengubah nama panggilannya menjadi Sunoo. Mengingat Choi Sunoo adalah nama asli miliknya semasa kecil dulu.

Namun, panggilan dengan nama 'Soobin' tetap melekat pada dirinya. Terutama oleh para sahabatnya yang memang pada dasarnya sudah terbiasa menyebutnya dengan nama Soobin.

Soobin tidak mempermasalahkan hal itu, lagi pula dia menyukai nama itu. Nama yang di berikan oleh Ayah angkatnya—Han Yoongi, sewaktu dirinya masih tinggal bersama pria paruhbaya itu.

Ngomong-ngomong, pria paruhbaya itu kini sudah bebas dari masa tahannya. Seharusnya tidak secepat ini namun, Soobin meminta meringankan hukuman Yoongi pada Hakim, dan Hakim itu menerimanya.

Kini, pria paruhbaya itu tinggal bersama dengan Soobin dan keluarga. Soobinlah yang memintanya pada Yoongi. Hubungan keduanya juga kian membaik seiring berjalannya waktu, sikap Yoongi pula tidak sedingin dan sekasar dulu. Pria paruhbaya itu kini lebih perhatian, walau masih sedikit tsundere.

Hyundai berwarna silver itu terparkir di halaman depan sebuah cafe. Sang pemilik keluar dari dalam mobil, lalu melangkah masuk ke dalam bangunan tersebut.

Soobin menolehkan ke kanan dan ke kiri, menelelisik sekitar guna mencari keberadaan para sahabatnya.

"Bang Ubin!"

Lelaki itu menoleh ke arah belakang, melihat seorang tengah melambaikan tangan ke arahnya. Dia berjalan mendekat, lalu ikut duduk di kursi samping si pemanggil.

"Sorry telat, kalian udah nunggu lama?"

Hueningkai menggeleng. "Enggak, kita—"

"Udah hampir setengah jam kita nunggu lo sama Bang Jun." Taehyun menaruh buku yang di bacanya ke meja, seraya membenarkan letak kaca matanya.

[√] Can't You See Me? [END]Where stories live. Discover now