What Do You Mean?

135 30 51
                                    

Soobin melangkahkan kaki jenjangnya berjalan menaiki bus yang menuju sekolahnya.

Terhitung tiga hari setelah dirinya pergi untuk mengikuti olimpiade, dan kini sudah pulang dan sudah kembali masuk ke sekolah.

Ah iya, tentang ponsel itu, dia sudah menemukan kembali ponsel tersebut, setelah mengingat ingat kejadian di mana dirinya sehabis berteleponan dengan paman pemilik Bar, dan tidak sengaja menaruh di sembarang tempat pada dashboard mobil Yeonjun.

Soobin mendudukkan diri pada kursi kosong dekat jendela, menyandarkan kepalanya pada kaca jendela sembari menikmati jalanan kota yang padat akan lalu lalang kendaraan.

Entah ini perasaannya atau apa, dia merasa bahwa sedari tadi sejak masuk ke dalam bus, dia merasa bahwa beberapa orang di dalam bus yang memakai seragam yang sama dengannya terdengar tengah membicarakan dirinya, mereka juga kerap melemparkan tatapan sinis.

Soobin tidak ambil pusing dengan itu semua, dia lebih memilih memakai headphone miliknya, mendengarkan musik lebih baik dari mendengarkan bisikan-bisikan tak kasat mata yang selalu membuat telinga panas.

Tak berapa lama bus yang di tumpanginya sampai di halte dekat sekolahnya, segeralah dia turun dan berjalan memasuki sekolah.

"Pagi Pak Jin!" sapanya pada Pak Seokjin, selaku satpam yang mengaku dirinya paling tampan dari siapapun.

"Pagi juga dek Soobin. Dek Soobin gimana olimpiadenya? Lancarkan?"

Yang di tanya menganggukkan kepalanya, tersenyum tipis. "Lancar, Pak," jawabnya.

"Wah, bener-bener ya. Dek Soobin udah pinter, berbakat, ganteng pula, tapi, sayang masih gantengan saya kemana-mana. Bukan sombong ini ya, cuman kenyataanya begitu. Saya harus apa? Kegantengan ini sudah mendarah daging di diri saya, Dek."

Seokjin terus berceloteh ria, yang tadinya memuji Soobin kini malah teralihkan dengan memuji dirinya sendiri yang terlahir dengan wajah yang tampan, bahkan terlampau tampan dari siapapun.

Soobin membalas kalimat pujian dari Seokjin dengan senyum simpulnya, atau bahkan kalimat pujian itu bukan untuk dirinya, melainkan kepada Satpam itu untuk dirinya sendiri.

"Ya sudah Pak saya masuk dulu," pamit Soobin membungkukkan badannya sopan dan berjalan pergi memasuki sekolah.

"Ya, Dek selamat belajar," ujar Seokjin. Tidak lama Satpam tersebut mengeluarkan sebuah kaca kecil dari saku celananya, dia memperhatikan pahataan wajahnnya, tersenyum bangga sekaligus melontarkan pujian pada dirinya sendiri.

"Ah, mengapa wajahku begitu tampan?"

+×+

Soobin menginjakkan kakinya pada lingkungan sekolah, berjalan menuju kelas dengan mata yang bergerak gelisah, menatap para murid-murid yang sedari tadi terus memperhatikan dirinya, bisikan-bisikan yang samar-samar dapat dia dengar tengah membicarakan dan menyebut namanya.

Pemuda itu lantas mempercepat langkahnya, hingga akhirnya dia sampai pada ruangan kelas dan segera berjalan masuk ke dalam. Di dalam tatapan yang sama masih tertuju padanya, seperti saat di dalam Bus dan jalan menuju kelas.

Dia bertanya dalam hati, sebenarnya apa yang telah terjadi hingga semua orang memperlakukannya seperti itu? Setaunya dirinya tidak pernah melakuan kesalahan apapun, yang pastinya membuat semuanya tidak menyukainya. Atau mungkin bisa saja ini prank? Tetapi ulang tahunnya masih sangat lama, mana mungkin ini sebuah prank.

[√] Can't You See Me? [END]Where stories live. Discover now