16. Drunk

5K 889 152
                                    

Alkohol itu seperti racun kejujuran.
___________________________

Suasana hening itu menemani Lisa yang nampak fokus mengendarai mobil. Mata bulatnya menyipit, Jennie bilang berjalan lurus mengikuti jalan sepanjang 1-2 kilometer.

Tapi kenapa ada percabangan di depan sana? Apa Jennie lupa dimana rumahnya berada "Kemana aku harus berbelok?"

Tak ada jawaban. Nafas panjang terdengar saat gadis Uhm itu mendapati sosok Jennie yang justru tertidur pulas di kursi sebelahnya
"Aku hanya menyuruhnya diam, bukan tidur."

Lisa menghentikan laju mobilnya, tangan kurusnya terulur hendak membangunkan Jennie. Tapi rasa Iba itu mendera hatinya.

Penampilan Jennie saat ini jauh dari kata baik. Kaos hitam yang gadis itu gunakan nampak lembab, rambut cokelatnya basah dan wajahnya nampak lelah.

"Ck, menyusahkan." Gumam Lisa hendak kembali melaju mobilnya.

Tapi suara hatinya itu menyuruh Lisa untuk bergerak melepas jaket kulitnya, menyampirkannya pada tubuh mungil Jennie yang nampak menggigil.

"Aku merasa kasihan karena wajahnya mirip kucing yang kedinginan." Gerutu Lisa.

Untuk saat ini tidak mungkin baginya bertanya pada Jennie. Maka satu-satunya pilihan, Lisa harus menunggu gadis itu terbangun dan yang pasti bukan di mobil. Tapi ditempat yang lebih layak.

****

Rosé baru saja menginjakkan kakinya kembali di mansion. Langkah pelan itu membawa Rosé pergi menuju sebuah ruang terbengkalai dilantai 3.

Rantai besi itu melilit handle pintu hitam dihadapannya, lengkap dengan gembok besar yang terkunci rapat.

"Satu kali saja kau berani masuk ke sana. Appa akan bakar dan hancurkan semua hal yang berada didalamnya."

Rosé menunduk dalam dengan mata terpejam. Bertahun-tahun lamanya ia berusaha melupakan semua kenangan yang tersimpan di dalam ruangan itu.

Bertahun-tahun pula ia berusaha melupakan dan mengubur mimpinya "Nona Rosé?"

Tubuh kurusnya tersentak pelan mendapati seorang Maid menghampirinya "Apa Nona Rosé membutuhkan sesuatu?"

"Aniyo. Ah aku hampir lupa, apa Adikku ada dikamarnya?"

"Tidak, Nona. Nona Lisa pergi dengan mobilnya beberapa saat setelah Nona Rosé pergi."

"Apa Lisa pergi ke club lagi?" Batin Rosé segera meraih ponsel-nya.

Gadis bersurai blonde itu cukup terkejut mendapati puluhan panggilan tak terjawab dari Lisa "Aku harus menghubunginya."

Rosé bergerak menuruni tangga dengan gusar saat panggilannya itu tak kunjung di jawab "Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif—"

"Ck, kemana Lisa pergi." Gerutu Rosé kembali memulai panggilan.

Selang beberapa saat, terdengar suara seseorang menyahut dari seberang sana "Halo?"

FraternalWhere stories live. Discover now