27. The Past

4.3K 834 165
                                    

"Jisoo~ya tunggu Eomma!" Jiah mempercepat langkahnya untuk menyusul Jisoo.

Sulung Lee itu mengedarkan pandangan, meneliti setiap orang yang berada di sekitarnya untuk menemukan Jennie "Ck, kau di mana Jennie."

"Jisoo~ya saat di daerah Hangang nanti bagaimana jika kita berpencar?" Sulung Lee itu mengangguk setuju.

Saat memasuki area jembatan Jisoo mengurungkan niatnya untuk berpencar. Matanya terbelalak saat mendapati seorang gadis dengan seragam itu melompat dari pinggir jembatan.

"Eomma! Telfon Polisi!" Pekik Jisoo menatap ke arah derasnya air sungai yang seakan baru saja menelan siswa tadi.

Saat sedang sibuk menekan nomor Polisi, netra  Jiah tak sengaja menemukan seorang gadis lain yang berdiri di luar pembatan.

"Jisoo~ya tarik gadis itu!" pandangan Jisoo bergerak mengikuti arah jari Jiah yang menunjuk pada seorang gadis.

Tungkai putih Jisoo dengan cepat bergerak mendekat, di susul dengan Jiah yang masih berusaha menghubungi Polisi.




"Mungkin ini satu-satunya jalan agar kau bisa memaafkan ku... Selamat tinggal, Lisa~ya."

Genggaman jemari lentiknya itu perlahan mulai mengendur. Tapi sesaat sebelum tubuh kurus itu terjun jatuh ke dalam sungai, sebuah tangan menahannya dari arah belakang.

"ROSÉ! APA YANG KAU LAKUKAN!" Teriak seseorang membuat gadis Uhm itu membuka matanya sayu.

Tubuh lemasnya itu di tarik paksa kebelakang. Rosé sudah tak mampu lagi untuk melakukan apapun. Gadis itu memasrahkan tubuhnya begitu saja.

"Rosé kau bisa dengar aku? Rosé lihat aku, tatap mata ku!" Titah orang yang terlihat samar di matanya.

"Sayang, ayo buka mata mu. Eomma di sini."

Debaran jantungnya itu meningkat cepat "Eom-Eomma?" Lanturnya.

"Nde, Eomma di sini sayang. Rosé tahan, ya?" Gadis Uhm itu merasakan tubuhnya melayang saat gadis bersurai hitam yang beberapa saat lalu meneriakinya kini berusaha menaikkan tubuh kurus Rosé dalam gendongan seseorang.

"Tetap buka mata mu sayang. Dengarkan suara Eomma dan jangan tidur, mengerti 'kan?"

"Eomma..." gumamnya lirih.

Tangan kurusnya itu bergerak lemas memeluk erat sosok wanita yang kini tengah berlari sambil menggendongnya di punggung "Eomma, Rosé mengantuk."

"Rosé anak baik, bukan? Sayang Eomma tidak boleh tidur, dengarkan perkataan Eomma mengerti sayang?"

Gadis bersurai blonde itu tak lagi bersuara. Yang ia rasakan benar-benar tak dapat tergambarkan. Mulai dari denyutan rasa sakit dikepalanya hingga dadanya yang terasa sesak.

"Eomma matanya tertutup!" Dalam pejaman matanya. Rosé masih dapat mendengar seseorang berteriak dengan panik.

"Tepuk pipinya, buat ia bangun!" Titah wanita yang menggendongnya itu.

FraternalWhere stories live. Discover now