[25] Pager ayu?

71.4K 8.3K 272
                                    

.
.
.

🚫TANDAI TYPO🚫

...

-Happy Reading-
🌻🌻🌻

El memasuki rumahnya dengan sedikit terhuyung. Cowok itu bagaikan sedang mabuk, jalan sempoyongan, dan terus mengeluarkan ringisan.

Beberapa luka lebam menghiasi wajah tampan miliknya. Sialnya dia tadi, saat tengah melewati sebuah jalan sepi, tiba-tiba beberapa motor menghadangnya dan mau tak mau El harus turun.

El kenal dengan mereka, mereka anak SMA Mentari. Tentu jika mereka bertemu, bukan saling menyapa yang terjadi, melainkan saling jotos.

Jumlah musuh yang sekitar ada 10 orang membuat El kewalahan. Tentu luka-luka yang berada ditubuhnya ini adalah bukti seberapa banyaknya serangan yang ia terima.

Dikeroyok 10 orang, El tentu tidak akan menang. El bukanlah si Samson yang memiliki kekuatan super. Dan pasti dikeroyok oleh banyak orang akan membuatnya tak berdaya.

Tapi untungnya, ia berhasil kabur tadi. Jika tidak, bisa dibayangkan dirinya yang sudah sampai neraka sekarang.

El menatap sekitar rumahnya. Ramai. Tentu, lusa adalah hari pernikahan papahnya. Jadi banyak saudara yang ikut mempersiapkan segala kebutuhan acaranya.

"El, kamu udah pulang? Itu muka kamu kenapa? Kok bonyok gitu?"

El menoleh kala mendengar pertanyaan bertubi-tubi tersebut. Disampingnya, berdiri seorang wanita yang terlihat masih sangat cantik di umurnya yang sudah tua.

Dia—Sania, nenek El.

"El gapapa."

Sania mendengus. "Sekarang, nenek lagi sibuk urus sesuatu, kamu minta Tante kamu obatin ya? Awas aja kalo nggak, nenek sita motor kamu." Ancam Sania. Wanita itu mendekat kearah El dan memberikan beberapa kecupan diwajah cucunya. Sania sudah lama tidak bertemu dengan cucunya ini.

El sedikit meringis kala tangan Sania menyentuh bagian lukanya, namun sebisa mungkin El menahannya.

"Awas kalo gak diobatin! Nanti infeksi." Ujar Sania seraya melenggang pergi.

El mengangguk samar. Sania memang overprotektif padanya. Neneknya itu selalu saja mengkhawatirkan kondisinya. El tak menampik jika ia senang dengan perhatian yang Sania berikan, tapi terkadang, kekhawatiran Sania itu berlebihan.

Kaki berbalut celana hitam itu mulai melangkah menuju ruang tamu. Disini pun ramai.

"Eh, anak ganteng Tante baru datang."

Suara cempreng khas Thalita—tante El, lebih tepatnya adik dari ayahnya.

Thalita mendekat ke arah El. Memberikan pelukan hangat sekilas, lalu memberikan beberapa kecupan diwajah El.

GALAKSA [End/Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang