29. Dikacangin

128 9 0
                                    

"Dikacangin oleh orang lain rasanya seperti hadir tapi tak dianggap. Layaknya gula pasir yang ada dalam secangkir teh, saat teh terasa masih tehnya yang dipuji, padahal gula adalah komponen utama yang membuat teh bisa manis. Tapi saat teh kurang manis maka gula lah yang disalahkan."

-Agaraya-

"Tang, pulang yuk," ajaknya setelah puas menikmati suasana pantai ini.

"Oke, rumah elo mana?" tanya laki-laki itu memang tidak menau soal tempat tinggal Raya. Padahal sudah dua tahun lebih dirinya mengenal gadis itu walaupun dulu pertemuannya dipenuhi kebencian.

"Komplek perumahan Ratmaadja nomor 10. Rumah gue yang paling ujung," balasnya menjelaskan alamat rumahnya.

Bintang hanya menganggukkan kepalanya. Lalu mereka berdua pulang bersama.

Sesampainya di rumah Raya, laki-laki langsung turun dari motor milik gadis yang ada di depannya.

"Ini, kunci motor elo. Thanks buat hari ini." Laki-laki menyinggungkan senyumnya ke arah Raya.

"Iya, terus elo pulangnya gimana?" Beo Raya pasalnya Bintang, 'kan tadi menggunakan motornya sementara motor laki-laki itu disuruh dibawa Raka dan Dika.

"Gampang, gue nanti minta Dika sama Raka kesini. Ntar tak sharelock aja." Bintang mengambil  Hpnya di saku celananya lalu membuka Hpnya membuka aplikasi WhatsApp.

Bintang : Rak, jemput gue di rumah Raya. Lokasinya udah tak sharelock.

Raka : siap bos, nanti biar gue bawa motor elo. Dika bawa motor gue.

Bintang memasukkan kembali Hpnya ke dalam saku celananya.

"Mau masuk dulu ga?" ajaknya karena Bintang nunggu temennya. Dia merasa ga enak jika dia langsung masuk ke rumah membiarkan laki-laki menunggu sendirian disini.

"Ga usah, elo masuk aja. Gue nunggu disini," tolak Bintang.

Gadis itu berohria lalu masuk ke dalam rumahnya.

'Yang penting gue udah ngajak, dia ga mau ya udah. Jadi gue malah bisa santai-santai' batinnya menggerutu tahu gitu dia langsung masuk ada ga usah mikirin laki-laki itu.

Tidak terasa malam telah tiba, waktu menunjukkan pukul 19.30 WIB. Gadis itu mondar-mandir kesana kemari menunggu kehadiran sahabatnya yang tak kunjung datang.

Semenjak kejadian tadi siang gadis itu berkeinginan memberi tahu hal ini kepada sahabatnya meskipun Rain sudah mengetahui lewat postingan Bintang, tapi tetap saja menceritakan secara langsung lebih menyenangkan hanya lewat telepon ataupun chat biasa.

Lagipula kehadiran sahabatnya bisa membuatnya bahagia, biar dia tidak merasakan kesendirian lagi. Kehadiran Bintang juga membawa warna baru dikehidupannya.

Dia yakin perlahan tapi pasti kebenaran soal hubungannya dengan Aga akan terungkap walaupun perlu waktu. Tidak apalah mengikhlaskan seseorang yang mau menjadi penopang dan sandaran ketika dirinya berada di titik terendah.

Sekarang yang penting adalah kebahagiaan sahabat perempuannya.  Jikalau melepaskan lebih baik daripada menetap. Mungkin itu yang akan dilakukan agar tidak akan ada yang merasakan pedihnya penghianatan.

Gadis itu membuka Hpnya terlihat chat dari sahabatnya.

Rain : Assalamu'alaikum, Ray. Gue udah sampe di depan pintu rumah elo.

Mata Raya berbinar seperti bunga yang lagi bermekaran, akhirnya orang yang ditunggu sudah datang.

Raya : siap, Ren.

Agaraya [END]Where stories live. Discover now