35. Senja

112 8 0
                                    

"Saat siap untuk kehadirannya, harus siap juga ditinggalkan, sebab dia hanya singgah bukan menetap layaknya keindahan senja yang dinantikan kehadirannya tapi bisa dinikmati untuk  sekejap saja."

-Agaraya-

Sesampainya di rumah Raya

Rain langsung pulang menggunakan motor miliknya tanpa berpamitan dengan gadis itu.

Raya pun hanya bisa pasrah atas kelakuan yang tidak sengaja dilakukan.

Dia mengunci pintu rumahnya, lalu berjalan gontai menuju kamarnya.

Saat melihat daun pintu kamarnya dia tersenyum simpul ada hiasan kerang yang tersusun rapi dari atas sampai ujung membuatnya teringat kejadian tadi sore membuatnya bahagia dan juga senang sekali.

****

Sebelum orang tuanya pergi ke luar kota lagi. Gadis itu meminta papa dan mamanya untuk pergi ke suatu tempat. Dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini dengan begitu saja. Sesingkat apapun waktu apalagi dinikmati bersama dengan keluarga itu terasa sangat cukup dibandingkan dia harus menghabiskan waktunya sendirian di rumah hanya diberikan uang saja.

Kepulangan mereka berdua adalah sebuah keajaiban dari salah satu doa yang terpanjatkan olehnya kepada Allah.

Tidak apa-apa untuk beberapa bulan lagi dia harus mengalami kesepian sebagai sahabat bayangannya, setelah adiknya lahir ke dunia Mamanya akan tinggal bersama dengannya.

Dia sudah tidak sabar untuk melihat rupa sang adik. Dia tak memikirkan jenis kelamin adiknya nanti. Sebab adik entah laki-laki ataupun perempuan itu menjadi anugerah dari Allah yang harus dijaga.

"Pa, Raya mau ga? Papa mengabulkan permintaan Raya?" tanyanya penuh pengharapan kepada  Papanya.

"Boleh sayang, mau kemana?"
Herman mengelus surai panjang putrinya.

Mama pun menghampiri Raya dan Herman.

"Tapi jangan lama-lama ya sayang, habis isya Mama sama Papa harus kembali ke luar kota." Peringat Mama dengan suara lemah lembut.

"Iya, Ma. Ke pantai deket sini aja," pintanya.

Papanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda iya.

Akhirnya mereka bertiga pergi ke pantai bersama-sama. Disepanjang perjalanan gadis itu berceloteh ria menceritakan perubahan drastis ketika di sekolah.

Bukan Raya yang dulunya sering bolos, suka main basket, lebih suka isi perut daripada isi otak. Sekarang dirinya sudah tak lagi melakukan kebiasaan buruknya meskipun itu bisa terjadi hanya karena perjanjian konyol itu.

Begitupula dengan kehadiran Aga, si cowok cupu yang membuat kehidupannya perlahan tapi pasti berubah drastis. Mama pun bahagia putrinya bahagia meskipun tanpa kehadirannya.

Mamanya tidak menyangka waktu begitu cepat berlalu, ternyata sudah tiga tahun lebih meninggalkan putrinya ketika masih mengenyam pendidikan SMP kelas 1. Dia juga menyesal karena jarang untuk bisa menghabiskan waktu bersama karena keaadaan.

Agaraya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang