surat lamaran kerja

29 3 0
                                    

Meski mimpi mu tak bisa tercapai, setidaknya kamu telah melangkah untuk menggapai.
Bukankah itu jauh lebih baik dari pada sekedar merawat ketakutan tanpa pergerakan sama sekali?

#karina

JAM menunjukkan pukul 06

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JAM menunjukkan pukul 06.00 wib segera Karina bergegas untuk mempersiapkan diri, karena sebentar lagi ia akan melewati masa menegangkan apalagi kalau bukan tes wawancara di kantor yang telah ia kirim surat lamaran kerjanya.

Perasaan campur aduk tengah ia rasakan, karena bagaimanapun ini adalah baru pertama kalinya ia melakukan wawancara kerja, karena semenjak lulus kuliah, sengaja Karina memilih melakukan bisnis mandiri tanpa ingin berniat bekerja kepada orang lain.

Namun karena saat ini sepertinya ia sudah terdesak oleh keadaan, sehingga mau tidak mau, ia harus melalui tes wawancara ini.

Sudah berulang kali Karina berbicara sendiri di depan cermin, bukan apa-apa hanya saja ia terlalu gugup melewati hari ini.

Hingga jam telah menunjukkan pukul 06.30 wib. Segera Karina bergegas untuk berangkat menuju lokasi yang di tuju, yaitu kantor PT Permata Indah yang hari ini akan mengadakan tes wawancara.

"Ibu Karina berangkat dulu."

"Eh makan dulu." Protes sang ibu pada Karina.

"Ah tidak-tidak Bu, Karina takut entar malah sakit perut."

Ya memang menjadi kebiasaan Karina, apapun yang bisa membuat dirinya khawatir, perutnya akan terus bereaksi tidak nyaman, sehingga untuk mengurangi perut mulasnya itu, ia mencoba menghindari makanan sebelum khawatiran berlebihnya telah di atasi. Namun jangan ditanya, ibu Medina sudah mengomel sedari tadi , ah lebih tepatnya menasehati kepada Karina.

"Meski terasa gugup tapi Karina harus tetap makan, apalagi ini masih pagi, Karina butuh asupan energi biar gak pusing nanti."

"Tapi Bu, entar Karina malah makin mules, nunggu kelar wawancara aja, entar Karina cari makan di sana."

"Eh gak bisa, kalau gitu minum susu sama 1 roti sisir saja, ini biar perutnya sedikit terisi."

Tanpa mengajukan protes kembali, Karina mencoba menuruti perintah ibunya, Meksi ia sudah yakin bahwa perutnya bakal mengalami pemberontakan.

"Anak pintar." Terang sang ibu setelah melihat Karina menghabisi 1 roti dan juga segelas susu.

Sesudah itu, Karina mulai bergegas untuk berangkat, tak lupa ritual mencium tangan selalu Karina lakukan.

"Ya sudah bu, Karina berangkat dulu kalau gitu."

"Ya, hati-hati semoga keberuntungan menyertaimu." Terang sang ibu smabil mengelus rambut Karina.

Kapten Spektrum (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang