kamu terlahir berharga

23 4 0
                                    

Jangan sampai kita mengjudge seseorang hanya karena terlihat berbeda, kita tidak pernah tau kelebihan yang mereka punya, siapa tau mereka lebih berharga dari pada kita.

Hari Senin telah tiba, ibu Medina bergegas seperti biasa mempersiapkan diri untuk berangkat ke yayasan tempat kerjanya. Sedang Karina sudah jam segini tumben sekali tidak bangun dari tidurnya.

Sekejap ibu Medina memperhatikan jarum jam, sepertinya ia sudah telat rupanya, namun di sisi lain hatinya tengah ingin menghampiri Karina yang tumben sekali belum juga muncul di hadapan sang ibu.

Sedang Karina, jangan di tanya, semenjak dia mengetahui kebenaran yang telah di paparkan oleh sang ibu perihal Irfan, Karina sekarang telah menjadi manusia zombi bahkan sudah menjadi manusia kelelawar karena tidak dipungkiri pikiran-pikiran negatif dan rasa bersalahnya terus saja menghantui di setiap tidurnya. Sehingga wajar jika sekarang meski jam sudah menunjukkan pukul 07.30 wib. Karina masih saja tertidur lelap.

Karina bingung dengan dirinya sendiri seakan semua episodenya kelabu tanpa adanya warna terang sedikitpun.

Hingga tanpa terduga terdengar teriakan sang ibu "Karina, ibu berangkat dulu." Ucap ibu Medina bergegas menuju ke luar dan segera menutup pagar. Tanpa menunggu jawaban dari Karina. Bahkan tanpa memperdulikan Karina mendengar teriakan dirinya atau tidak. Mengingat jarum jam terus saja berdetak tanpa ingin berhenti sejenak.

Lekas-lekas ibu Medina menaiki angkot yang tak sengaja seperti kebetulan takdir tengah berpihak padanya. Angkot yang biasanya ibu Medina tunggu selama 5-10 menit kini secara tiba-tiba sudah datang saja rupanya di hadapan nya.

Lengkungan senyuman seketika hadir di wajah keriputnya itu. Bukan apa-apa, hanya saja kali ini ia benar-benar ingin bergegas menuju ke yayasan. Mengingat ibu Medina telah terlambat.

Entah kenapa bisa begitu, padahal sebelum-sebelumnya ibu Medina tidak pernah telat sama sekali, namun entah kenapa dengan hari ini. Apa karena ibu medina yang sejak dari kemaren mengalami insomnia. Banyak sekali khawatiran pada diri sang ibu, perihal anak semata wayangnya dan juga Irfan.

Hingga tanpa terduga tempat yang di tuju pun akhirnya sampai juga.

Ibu Medina melangkah memasuki tempat tersenyum, namun sebelum itu, tanpa terduga hembusan nafas kasar sesekali hadir menemani langkah kakinya.

"Ib...u..." Seketika suara itu terdengar dari telinga sang ibu.
Panggilan itu, panggilan yang sudah seminggu lamanya telah ibu Medina rindukan selama ini.

"Irfan, Irfan memanggil ibu?" Lengkungan senyum merekah tergambar jelas di wajah sang ibu. Sedang Irfan terasa sedikit canggung bahkan sesekali ia menggaruk-garukan kepalanya.

Ibu emdina tau dan paham betul jika Irfan begitu, namun ibu Medina tetap saja masih menunggu dengan begitu sabar dan tetap mau mendengarkan Irfan bicara, meski kali ini sepertinya Irfan hanya mematung. Ah lebih tepatnya bingung. Namun bagi ibu emdina tak apa, wajar jika Irfan begitu, karena bagaimanapun sebagai ibu dari Karina yang telah memecahkan gelas kesayangannya meskipun itu tanpa sengaja, namun tetap saja bagi Irfan ia tidak membutuhkan sebuah alasan Karena di mata Irfan, Karina memang benar-benar telah memecahkan barang berharganya.

"Hem, hari ini Irfan mau masak apa?" Begitulah ibu Medina, dia adalah orang yang bisa mencairkan suasana yang awalnya dingin menjadi sedikit hangat.

"Hem, hari ini Irfan..ma..u ma.s...ak bub...r la...Bu."

"Wah, enak sekali, pasti teman-teman Irfan suka deh nantinya, ah jadi ga sabar mau nyobain." Terang ibu Medina sambil meraba-raba perutnya seperti orang yang tengah kelaparan menahan lapar.

"Hem, iy..a na...nti Ir..fan buat..kan.. un..tkk.. ibu de..ngan.. menu..ya..ng..leb..ih banyak" garis senyum tiba-tiba saja tergambar jelas di wajah Ifan, dengan kedua matanya sedikit menyipit akibat tertarik oleh kedua pipinya itu.

"He..m, ib..u.." namun di tengah senyumnya yang merekah, tiba-tiba Irfan memanggilnya kembali. Kali ini dengan wajah berbeda, entah apa ada dengan Irfan kali ini, ya moodnya memang sedang naik turun.

"Iya Irfan? Ada apa? Gak papa, ceritakan saja pada ibu, ibu tidak akan marah kok, ada apa?" Ungkap ibu Medina akhirnya. Berusaha menenangkan Irfan, meski tidak begitu yakin, bahwa Irfan akan buka suara.

"Hem, ibu..." Ungkapnya lagi, kali ini ia sudah benar-benar bingung, terlihat dia sudah mulai berputar-putar, namun untung ibu Medina sudah tau caranya. Dimana ibu Medina langsung memeluk Irfan lalu menepuk-nepuk pundaknya dengan begitu pelan. Berharap Irfan bisa sedikit lebih tenang.

"Sudah, sudah Irfan bisa kok mengatakan nanti pada ibu, sudah ya, Ifan tenang ya." Ungkap ibu Medina sambil terus menepuk-nepuk punggung Irfan.

Hingga setelah merasa sedikit tenang, ibu Medina akhirnya mencoba melepaskan pelukannya.

"Irfan, dengarkan ibu, Irfan anak baik, Irfan koki hebat." Pungkas ibu Medina mengembangkan senyum.

Sontak saja Irfan mengangguk dan sedikit mulai ikut tersenyum meski hanya sebaris.

"Ibu, ini..." Tanpa terduga, Irfan langsung menyodorkan hansaplast pada sang ibu. Lalu bergegas pergi dengan terbata-bata.

Sedang ibu Medina yang baru saja mendapatkan hansaplast tersenyum sedikit mengernyitkan dahi.

"Ib..u, i..tu.. unt..uk.. ka..ri..nada .n salamkan jug..a bahwa Irfan .su..dah memaa..fkannya.." teriak Irfan seketika dengan wajah sumringah.

Sontak saja ibu Medina tersenyum lebar begitu, Irfan anak luar biasa, telah mampu membuat ibu Medina merasa bangga dipertemukan dengan dia.

"Irfan, terima kasih banyak ya, nanti ibu sampaikan pada anak ibu." Teriak ibu Medina dengan terus tersenyum sebelum akhirnya ibu Medina mulai bekerja kembali mendampingi anak autis lainnya.

" Teriak ibu Medina dengan terus tersenyum sebelum akhirnya ibu Medina mulai bekerja kembali mendampingi anak autis lainnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hallo guys, bab baru udah hadir nih, ok maafkan ya kalau menemukan typo kakakkakakkaka

Tunggu episode berikutnya 😍

Kapten Spektrum (Tamat)Where stories live. Discover now