histeris

27 1 0
                                    

Kita tidak meminta untuk jatuh cinta kepada siapapun orangnya, karena rasa tidak ada yang tau bukan?


Hari terus berganti, Gelagat Irfan juga semakin Karina perhatikan, semakin tidak mengerti.

Sejak dari tadi, Irfan sudah beberapa kali mondar mandir keluar masuk melewati kasir, entah hanya untuk membuang sampah atau hanya beralasan ke luar sebentar.

Bahkan sesekali Karina perhatikan tatapan Irfan yang tidak biasa kepada Nadya.

Hingga membuat beberapa pesanan makanan sedikit antri, akibat sikap Irfan yang seperti itu.

"Irfan." Karina mencoba memanggilnya setelah terhitung 5 kali bolak balik keluar masuk. Karina sedikit merasa aneh dengannya. Segera ia mencoba memanggilnya.

"Iy...a." jawabnya mendekati Karina.

"Kita bicara dulu yuk, di ruangan saya."

"O...h i..ya.." segera Irfan membuntuti Karina dari belakang menuju ruangan karina.

"Irfan ada yang menggangu pikirannya kah hari ini?" Ucap Karina mencoba menanyakan padanya.

Namun dia hanya menggelengkan kepalanya dengan posisi masih menunduk.

"Ben...ar, Irf..an ga..k la..gi ken...apa-na..pa?" Terang Karina kembali mencoba mengorek apa yang tengah mengganggu fikiran Irfan kali ini.

"Iy...a" jawabnya dengan ragu. Dan ini sangat terlihat sekali dari raut wajah Irfan yang berubah drastis.

"Hem, Irfan tau ceritanya Pinokio gak?" Tiba" Karina mencoba memancing irfan. Karena Karina sangat merasa penasaran. Ah lebih tepatnya Karina harus mengatasi ini semua, agar beberapa antrian bisa teratasi. Meski Karina sendiri sepenuhnya belum yakin akan hal ini.

"Ah, iy..a-iy..a, la...ki-lak..i ya..ng kal...au berbo...hong, hidu...ngnya bak..al panjang." Terang Irfan dengan antusias menceritakan Pinokio tersebut.

"Nah, berarti Irfan tau dong, jika misal seseorang berbohong itu hidungnya bakal..." Belum juga Karina jabarkan, Irfan malah seger menutup hidung dengan kedua tangannya.

"Ir....fan, mi...nta ma...af." Terangnya dengan segera dengan nada suara menurun.

"Ah, jadi Irfan kenapa kali ini?"

"Da..da Ir..fan sa...kit." Terangnya memegangi dada dengan kedua tangannya.

"Hah, Irfan sakit, kenapa gak bilang dan izin istirahat kalau tau sakit, Karina bakal izinin kok, sudah di periksa ke dokter kah?" Spontan Karina mulai panik bukan main, karena bagaimanapun, Karina tidak ingin Irfan kenapa-napa.

"Ta...pi Ir..fan tid..ak mera...sa panas, ha..nya sa..ja da..da Ir...fan ber..degup sa..ngat ken..cang se..kali ak.hir-ak..hir ini." Urainya lagi dengan masih memegangi dadanya.

Spontan Karina memutar otaknya segera, mencoba mencerna gejala penyakit Irfan yang akhir-akhir ini sikapnya berbeda.

Hingga Karina mulai keceplosan mengatakan hal yang tak terduga.

"Hah jangan-jangan Irfan sedang jatuh cinta?" Ucap Karina dengan lantang. Dan setelah mengetahui ekpresi Irfan berubah ketika itu juga, Karina meruntuki dirinya sendiri.

Dan tanpa di sadari Irfan mulai tersipu malu, ah tidak-tidak lebih tepatnya kali ini wajah Irfan mula memerah seperti kepiting rebus.

Belum juga Karina memandangi gelagat Irfan, tiba-tiba Nadya mencoba mengetok pintu ruangan tersebut.

"Permisi buk, ini pelanggan tengah menunggu makanannya."

"Oh iya, astaga, ya sudah fan, nanti kita bicara lagi, jadi Irfan kembali ke dapur lagi ya." Ucap Karina mencoba mengakhiri.

"Ah b...aik, ma..ri mbak Na...dya." Pungkasnya berlalu dengan penuh senyum simpul pada Nadya.

Sedang Nadya sudah merasa sedikit kurang bagus dalam merespon sikap irfan kali ini.

"Hem Nadya?" Panggil Karina segera.

"Ah iya buk, ibuk manggil saya?"

"Ah oh tidak, kamu lanjut bekerja lagi aja."

"Oh siap buk." Jawab Nadya di akhiri dengan pintu tertutup.

Karina masih belum sepenuhnya mengerti situasi ini, beberapa kali Karina mencoba berfikir, namun nyatanya tetap saja nihil hasilnya.

Hingga 1 jam berlalu dan restoran akan tutup, tanpa sadar, Karina mendengar suara-suara Irfan yang terdengar seperti berteriak.

Segera Karina mencari letak suara itu,

"Ada apa?" Ucap Karina yang tak sengaja melihat Nadya keluar dari ruang dapur tersebut.

"Ada apa Nadya?" Karina mencoba mencari jawaban karena bagaimanapun di restoran ini yang tersisa hanya 3 orang, karena sebelumnya beberapa karyawan lain sudah pulang duluan.

"Ah, gak tau buk, Irfan tuh, Nadya pulang dulu buk, permisi." Langkah Nadya mulai tergesa-gesa menuju parkiran motornya

Sedang Karina segera masuk ke dalam ruangan.

"Ah Irfan." Karina mulai kebingungan, karena Irfan sudah berada di bawah meja dengan suara-suara yang menurut Karina sedikit kurang jelas.

Satu hal, meski Karina sudah mengetahui Irfan bakal seperti ini,namun nyatanya Karina juga tidak paham cara mengatasinya.

Hal ini terlihat beberapa kali Karina mencoba menenangkan Irfan, dengan cara-cara yang biasanya ibu Medina lakukan ketik mencoba menenangkan Irfan, namun nyatanya tetap gagal. Irfan semakin histeris.

"Hai Karina." Kali ini suara seseorang tiba-tiba hadir.

"Ah Haikal, pliss bantu q nanganin Irfan."

Ya, Karina memang tampak kewalahan, bukan apa-apa hanya saja Karina tidak seberapa paham cara menanganinya.
Dan untungnya, Haikal datang membantunya.

"Makasih ya kal." Terang Karina setelah Irfan mulai tenang. Dan tertidur lelap di ruangan Karina.

 Dan tertidur lelap di ruangan Karina

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

__________

Nah penasaran kan,Irfan kenapa?
Tunggu episode berikutnya.

Kapten Spektrum (Tamat)Where stories live. Discover now