chapter 8

929 141 3
                                    



Ujian sudah di depan mata Elang, semester berapa dia? ah dia lupa.
Intinya Elang sebentar lagi akan menghadapi skripsi, tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Elang teringat kata Adilan, teman satu kelasnya yang beragama Islam. Adilan mengatakan tanda akan hancurnya dunia salah satunya ialah waktu berjalan dengan sangat cepat. Haaah Elang berdoa semoga saja dunia tidak cepat hancur, dia belum berbakti dengan ayah bundanya, dosa dia masih banyak bersarang, dan dia belum menikahi Giselle.

"Tuhan, Elang mau nikah sama Giselle, boleh ya?" ucap Elang pagi itu sambil menghadap patung tuhannya yang menempel pada dinding ruang keluarganya.

"Elang sarapan nih" panggil bunda Tiff di meja makan.

Elang pun menghampiri bundanya.

"kerjain yang bener ujiannya, kalo ip kamu dapet 4 bunda jodohin sama jijel" ucap bunda Tiff saat Elang duduk di salah satu kursi meja makan.

tatapan Elang berbinar "serius bun?! woaah cinta banget Elang sama bunda" jika saja ayahnya tidak datang, Elang sudah meloncat kesana kemari. Harapan dia sebentar lagi akan tercapai!!

"kamu emang udah ngejedor jijel?" tanya sang ayah.

"belum lah, nunggu kepastian dulu dong yah"

Ayah Elang hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"beneran bun Elang mau dijodohin sama jijel? kok ayah ngga tau?" ucap ayah Efendi.

"ngga lah, bunda ngga kolot main jodoh-jodohan begitu yah" kata-kata bundanya seketika membuat harapan Elang terhempas seketika.

Ayah Elang menatap meledek ke arah anaknya dan kemudian tertawa.

Muka Elang udah asem banget, tau gak sih lo? kayak ditembak cowo tapi abis itu cowonya bilang 'yahaha anda kena prank, itu kameranya disana' emang jancok.

skip cerita saya jadi sadgirl.

"dah ah Elang berangkat dulu" ucap Elang sambil berdiri dari duduknya, masih dengan muka masam.

"ati-ati jangan ngebut loh" peringat bundanya, Elang hanya mengangguk.

"he eh bun"

tatapan Elang berbalik ke arah ayahnya dan senyum Elang seketika mengembang, pasalnya ayah Efendi memberi Elang uang. Apapun yang bikin mood Elang jelek, duit solusinya.

"widiiih peka banget pak bro" ucap Elang mengambil uang yang ditangan ayahnya.

"dah sana kerjain yang bener, ayah tau semalem kamu kebut malem belajarnya" jawab ayahnya.

Dia menyengir mendengar perkataan ayahnya.

Elang berpamitan, dan keluar menuju mobilnya. Bosan memakai motor katanya. Sambil berjalan dia menghitung uang yang diberi oleh ayahnya tadi.

"sembilan, sep- lah apenih goceng nyempil" tidak jadi sepuluh karena ada uang 5000 menyempil.

"tanggung amat sih, sembilan ratus lima dong? ck paaak pak" monolog Elang.

Dia mengeluarkan mobilnya, dan ketika dia melihat rumah Giselle, dahi Elang mengernyit melihat satu motor diluar gerbang, pemilik motornya sih tidak ada, tapi motor itu persis si depan gerbang rumah Giselle. Elang ingin mencari tau, tetapi mengingat sebentar lagi dia akan telat, dia mengabaikan motor itu.

'ah paling gojek nganter makanan'

'tapi gojek mana motornya aerox'

'jangan-jangan cowonya jijel?'

begitu isi hati Elang, dia sekarang jadi memikirkan itu.

Elang menjalankan mobilnya.

sedikit sakit hati dengan pikirannya sendiri yang berfikir bahwa Giselle sudah mempunyai pacar.

"masalah jijel gampang, sekarang fokus ujian! ayo!! anak pak Efendi ngga boleh gagal fokus!!" ucap Elang menyemangati dirinya sendiri di dalam mobil.

...............








pendek dulu bestie, aku mau ngejar deadline tugas seabrek.

pai pai, sampai jumpa next chapter.

little spoiler, Elang beneran patah hati hahaha.

makasih sudah baca.

ELANG AKSARA | JENO & GISELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang