Uluran Tangan

82 8 0
                                    


Flashback

Taehyung, anak kecil itu sedang berdiri di halte untuk menunggu hujan reda. Tangannya ditadahkan pada tetesan air dari langit untuk memastikan rintik hujan telah berhenti atau belum.

Ditempat duduk halte terdapat bocah gembil yang umurnya terpaut dua tahun dengan Taehyung. Kim Jungkook, adik kesayangan Taehyung.

"Kakak, Kookie kedinginan." Bocah kecil itu menghampiri Taehyung yang masih menatap langit dipinggir halte. Melingkarkan tangannya pada pinggang Taehyung.

Taehyung menatap adiknya lalu melepaskan jaketnya. "Kookie pakai jaket kakak saja ya."

"Tidak mau, nanti kakak sakit. Nanti Kookie sedih kalau Kak Taetae sakit." Ucapnya Kookie dengan mata bambi menatap Taehyung. Jungkook mengerjapkan mata lucu, membuat Taehyung gemas dengan adiknya.

Taehyung mengusap puncak kepala Kookie. "Yasudah ayo duduk disitu, kakak akan memeluk Kookie."

Anak laki-laki berusia tujuh tahun itu sudah seperti orang tua untuk adik satu-satunya. Bersikap dewasa karena keadaan yang menuntutnya seperti itu. Saat bocah seumurannya bisa bermain sepuasnya, Taehyung ikut bekerja membantu pamannya. Walau sang paman melarang namun tetap saja Taehyung kekeh dengan alasan tak mau merepotkan.

Taehyung dan adiknya sudah tidak punya orang tua. Ayah dan ibunya baru meninggal dunia seminggu yang lalu. Rumah yang ia miliki disita oleh bank karena sebelum orang tuanya tiada meninggalkan banyak hutang.

Taehyung dan Jungkook sekarang pulang ke rumah nenek dan pamannya. Rumah kecil yang hanya bisa disebut gubug. Tapi mereka tak pernah mengeluh apapun keadaan mereka sekarang. Mereka bersyukur masih memiliki tempat tinggal dan keluarga yang tersisa.

Langit telah berhenti menurunkan hujan. Taehyung ingin beranjak pulang namun adik yang sekarang memeluknya tertidur pulas.

"Kookie, dek bangun. Hujannya sudah reda." Taehyung mengusap tangan kecil Kookie, namun sang empu belum bangun juga.

Taehyung memutuskan untuk menggendong belakang Jungkook. Jungkook itu berat ketahuilah, namun Taehyung tidak mempermasalahkannya.

***

Diperjalanan pulang Taehyung terus mengusap peluh yang membasahi pelipisnya. Ia melanjutkan berjalan hingga Taehyung bertemu dengan seorang anak laki-laki kecil dengan sepeda dipinggir nya dan terlihat sedang menangis.

Taehyung menghampirinya, menurunkan Jungkook dari gendongannya. Jungkook mengerjapkan matanya lucu kearah kakaknya lalu ke bocah laki-laki kecil seusia kakaknya.

"Kak dia siapa? Kecil sekali badannya tidak seperti kookie besal."

Bocah yang awalnya diam memperhatikan Taehyung dengan mata sembabnya menangis lagi dan merapatkan tangannya untuk menutupi matanya.

Taehyung gelagapan. "Oh maafkan adikku, hei jangan menangis keras seperti itu, nanti ada orang jahat yang akan menculikmu" Dan berhasil, bocah itu langsung diam menatap Taehyung.

Taehyung kembali menatap adiknya. "Kookie tidak boleh bicara seperti itu ya pada orang lain. Kakak tidak akan memeluk Kookie lagi kalau kookie jahat seperti itu." Jungkook menundukkan kepalanya, menyesali ucapannya. "Maafin Kookie,Kak."

"Jangan minta maaf pada kakak, minta maaf padanya. Ngomong-ngomong siapa namamu?"

"J-jimin. Park Jimin." Taehyung mengangguk sebagai jawaban kemudian melirik kookie untuk meminta maaf.

"Maafkan Kookie, Kak Jimin." Sedang Jimin mengangguk lalu tersenyum kearah mereka berdua.

Jimin, Taehyung, dan Kookie saling berkenalan. Mereka masih dipinggir jalan untuk melanjutkan obrolan ala anak kecil itu. Seakan telah kenal lama, mereka terlihat akrab sekali.

"Kau kenapa menangis dipinggir jalan Jimin? Apakah kau jatuh dari sepeda?"  Tanya Taehyung.

Jimin menggeleng, di matanya mulai menggenang air mata yang siap untuk dikeluarkan lagi.

"Jangan menangis Jimin, kau bisa cerita padaku. Apa kau bertengkar dengan teman-teman mu?"

"Tidak Taehyung, paman dan bibi  membentak ku karena aku tidak mau makan, aku tidak lapar Taehyung-ah."

"Lalu kau kabur begitu?" Jimin mengangguk menjawab pertanyaan Taehyung.

"Jimin, paman dan bibi itu perhatian padamu, kau disuruh makan, diingatkan makan. Kau hanya perlu menghargai mereka walaupun kau tidak lapar, setidaknya jangan kabur seperti ini. Ah sekarang pasti mereka sedang mencari mu." Jelas Taehyung.

"Tapi aku tidak ingin pulang." Ucap Jimin.

"Pulanglah Jimin, bajumu basah seperti ini pasti kau kehujanan."

"Iya Kak Jimin memang tidak kedinginan ya? Haa Kookie saja sangat kedinginan." Ucap si gembul yang daritadi hanya diam melihat interaksi mereka berdua.

Jimin mengusap lembut puncak kepala Jungkook. Gemas dengan wajah lucu adik Taehyung. Oh siapa saja bahkan bisa jatuh hati melihat buntalan kecil ini.

Jimin memalingkan wajahnya, menatap jalanan yang tergenang air. "Aku ingin ikut mama papa."

"Ikut? Kau ditinggal orang tuamu bekerja ya?"

Jimin menggeleng lalu menatap Taehyung sendu. "Kata bibi, mama dan papa sudah berada di surga. Kata bibi juga Jimin tidak bisa menyusul kesana. Mama papa selalu melihat Jimin dari sana. Lalu bibi bilang, kalau Jimin nakal mama akan marah disana." Ucap Jimin dengan air mata yang keluar dari mata sipitnya.

Taehyung terpaku tiba-tiba. Taehyung bisa merasakan apa yang di alami Jimin. Nasibnya sama dengan nasib Jimin. Rasanya ditinggal orang tua saat masih kecil dan masih butuh kasih sayang itu menyakitkan. Ketika melihat anak seusianya bisa bermain dengan orang tuanya, diantar jemput orang tuanya ke sekolah, dan menghabiskan hari libur bersama orang tua. Mereka tidak bisa merasakannya.

"Jimin sengaja menjadi anak nakal supaya mama memarahiku dan bisa bertemu denganku. Aku ingin ikut mama Tae. Aku rindu mama papa." Sambung Jimin.

Kookie bangkit dari duduknya, mendekati Jimin dan memeluk lehernya dari belakang. "Kak Jimin jangan menangis, Kookie juga tidak punya mama dan papa lagi. Kata Kak Taetae ayah bunda kita juga sudah di surga."

Jimin tertampar dengan ucapan Jungkook. Bocah yang umurnya masih dibawah dia saja paham dan menerima semuanya dengan ikhlas, lalu mengapa dia masih saja seperti ini.

"Jimin, kami juga tidak punya orang tua sama sepertimu. Aku juga tau bagaimana rasanya kehilangan. Rasanya menyesakkan ya Jim." Ucap Taehyung.

"Tapi Jim, ayo coba menjalani hidup walaupun rasanya sulit. Ayo kita berteman. Kau boleh cerita apapun ke aku." Sambung Taehyung.

Tanpa aba-aba Jimin memeluk Taehyung dan Jungkook. Dipinggir jalan mereka berpelukan layaknya Teletubbies.

"Terimakasih Tae. Aku juga mau menjadi teman dan sahabatmu."

Dari situlah persahabatan Jimin dan Taehyung terjalin. Merasakan nasib yang sama. Saling mengisi kekosongan dalam hidupnya. Saling menghibur satu sama lain membuat mereka berdua seperti saudara sedarah.

Jimin bersyukur bisa bertemu Taehyung dan Jungkook pada hari itu. Mulai hari itu dia tidak kesepian lagi. Jimin yang memang tidak terbuka dan susah bergaul pada orang lain, hari itu tidak. Jimin memiliki teman sekarang. Iya dia Kim Taehyung. Sahabatnya.

***

Published 18 November 2021
-17 Untuk 10-



-G.Saa

17 untuk 10Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang