Diary 3 dan 4

22 6 0
                                    

Kemudian Jimin mengambil amplop ketiga.

Tahun ketiga bersama Park Jimin.

Jimin itu nakal, sudah tau demam malah ikut Tae membantu bibi Sin di pasar. Kan aku jadi dimarahi paman Namjoon.

Tae mengantarkan Jimin pulang, lalu dijalan Jimin pingsan. Aku bingung harus melakukan apa. Aku hanya menangis dan terus memeluk Jimin. Mana kuat aku jika harus menggendong Jimin. Jimin kan badannya lebih besar dari Tae. Pendek pula, ah bantet. Park Jimin, jika kau membaca tulisan ku ini kau pasti akan marah karena aku mengejek mu. Tapi biarlah kau memang bantet.

Jaga kesehatanmu Park Jimin! Jika kau sakit aku juga yang repot:) Eh bercanda tentu saja.

Taetae sayang Jimin.

Jimin menggeleng, air matanya daritadi sudah membasahi pipinya. "Tidak Tae, kembalilah kepadaku. Kau mau bilang apa kepadaku? Kau mau mengejekku dengan sebutan bantet? Lakukanlah Tae, asal kau jangan pergi dariku." Tak ada jawaban sama sekali, ucapannya terbawa angin dan berlalu begitu saja.

Jimin meremat surat ketiga dari Taehyung itu, sanggupkah Park Jimin membaca tujuh diary lagi milik sahabatnya yang telah pergi itu?

Jimin menghela napas panjang. Ia menatap langit, tangannya tergerak seolah menyentuh sesuatu yang ada di langit.

"Kembalilah sahabat ku, aku merindukanmu."

Tahun keempat bersama Park Jimin

Jimin kenapa kau menangis, tiga hari aku tidak melihat mu dan aku sedih melihat mu menangis sendirian di taman seperti tadi. Kau tak mengajakku bermain dan menceritakan masalahmu padaku. Kau ingin sendiri ya Jim? Tak apa jika kau tak mau membagi ceritamu. Tapi jangan menangis seperti itu Jim.

Ah apa kau merindukan papa mama mu lagi Jim? Aku juga merindukan ayah dan bunda Jim. Kita sama Jim, hanya dua anak kecil yang sama ditinggalkan orang tuanya.
Aku ingin merasakan bagaimana tumbuh dewasa ditemani ayah dan bunda, ah tidak cukup adikku sebenernya, ia belum merasakan kasih sayang ayah dan bunda secara cukup di usianya yang masih kecil. Tapi mau bagaimana lagi Jim, Tuhan pasti punya rencana lain setelah itu. Bagiku, kau adalah rencana Tuhan yang telah disiapkan untuk menjadi temanku, sahabatku, bahkan kau ku anggap sebagai kakakku.

Datanglah padaku Jim saat kau sedih, ayo bermain bersama denganku dan Kookie. Kita akan bahagia bersama-sama. Aku akan mengajakmu membeli permen dalgona banyak-banyak.

Jimin ingat sekali hari itu, dimana ia dimarahi lagi oleh paman dan bibinya karena tidak mau sekolah. Jimin yang mengunci diri di kamar selama dua hari, tak mau bertegur sapa dengan siapapun, keluar kamar hanya makan dan mandi. Tidak masuk sekolah, tidak menemui Taehyung.

Pada hari itu Jimin ingin ikut papa dan mamanya lagi, anak kecil berusia sebelas tahun itu entah darimana pemikirannya hingga ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Jimin menyayat tangannya dengan cutter bekas milik pamannya. Untung saja paman mendobrak pintunya saat mendengar teriakan Jimin. Ia kesakitan saat benda tajam berkarat itu menggores pergelangan tangan kirinya . Ia menangis sejadi-jadinya.

Jimin melihat luka sayatan bertahun-tahun lalu, masih membekas dan tidak bisa dihilangkan. Jimin menatapnya lalu tersenyum "Terimakasih telah datang kepadaku untuk menyembuhkan luka ku Tae."

***

Published 22 November 2021
-17 Untuk 10-


-G.Saa

17 untuk 10Where stories live. Discover now