Kak Taehyung : 17 Pertama

55 8 0
                                    

Matahari pagi menyambut pemilik senyum bulan sabit melalui sela-sela jendela kamarnya. Ia mengerjapkan mata, beranjak menuju jendela lalu membukanya. Bau petrikor masih tercium oleh indra penciuman nya, ia ingat dini hari setelah ia turun dari mobil, hujan datang menyambutnya kembali ke rumah paman dan bibi.

30 Desember, tepat pada hari ini. Jimin akan menyambut hari dengan kebahagiaan. Karena sahabatnya, Kim Taehyung genap berusia 17 tahun.

"Selamat ulang tahun Taehyung." Ucap Jimin pada dunia yang masih setia menutup keindahan dengan kabut.

Jimin telah menyiapkan kejutan dan kado kecil untuk Taehyung. Tiga hari yang lalu, Jimin berpamitan pada Taehyung karena ia akan mengunjungi rumah kakek dan neneknya bersama paman dan bibi di Gwangju. Ia tak memberi tau Taehyung kapan ia akan kembali ke Busan.

Namun sebelumnya Jimin telah bekerja sama dengan adik Taehyung, Kim Jungkook untuk membantunya menyiapkan kejutan untuk Taehyung. Ia menyuruh Jungkook untuk membawa Taehyung ke danau yang biasanya.

Selama Jimin di Gwangju ia tak pernah berkomunikasi dengan Taehyung, di sengaja memang olehnya. Namun ia sering berkomunikasi dengan Jungkook untuk membahas hari ulang tahun Taehyung.

Dan pada malam ini, Jimin sudah berdiri di tepi danau itu. Memandang tikar dengan berbagai macam makanan favorit Taehyung. Tak lupa ia juga menggantung foto kebersamaan mereka dan foto-foto yang dipotret oleh Taehyung.

Yang paling spesial di ulang tahun Taehyung kali ini adalah, Jimin menyiapkan dua buah lampion untuk nya dan Taehyung. Mereka berdua akan menuliskan keinginannya masing-masing, menyelipkannya di lampion lalu menerbangkannya. Memang terkesan sederhana, tapi Jimin yakin Taehyung akan bahagia.

***

5 menit menunggu wajar bagi Jimin. 10 menit berlalu ia masih sabar. 30 menit menunggu Jimin mulai tak tenang, lalu hingga satu setengah jam, Taehyung tak kunjung muncul dan Jungkook yang tak memberi kabar sama sekali, apakah Jungkook lupa? Tidak mungkin ia rasa.

Ia berusaha tenang, memandang bulan yang sinarnya tak secerah seperti biasanya. Terlihat sedikit redup hingga langit pun nampak lebih gelap.

"Apa kutelpon saja Jungkook? Ah bodoh sekali memang aku kenapa tidak dari tadi sih."

Jimin mengambil ponselnya, menelpon orang yang dimaksud. Teleponnya tersambung namun tak kunjung diangkat oleh sang pemilik. Hingga lima kali ia mencoba menelpon pun tetap nihil jawabannya. Ia rasa harus menelpon Taehyung saat ini, biarlah kejutan yang ia siapkan gagal asalkan Taehyung datang dan merayakan ulang tahunnya bersama. Namun hasilnya pun sama, tidak tersambung karena mungkin ponsel Taehyung mati.

Jimin menghela napas berat, perasaannya mulai tak enak. Hatinya gelisah walau ia tak tau ada apa dengannya harusnya ia kan bahagia. Tiba-tiba ponselnya berdering, menunjukkan nama Jungkook disana. Senyumnya terbit lagi, ia akan memarahi Jungkook karena terlambat, lihat saja Kim Jungkook, kau akan terkena omelan ku, batin Jimin.

Ia menerima telpon itu, namun sebelum Jimin angkat bicara, terdengar suara Jungkook disana yang parau dan sedikit kacau?

"Kak Jimin hiks... Kakak..hiks..." Jimin mengernyitkan keningnya, perasannya was-was namun ia mencoba untuk tetap positif.

Jungkook melanjutkan bicaranya. "Kemari lah Kak, Kak Taehyung...ingin Kak Jimin untuk yang terakhir kalinya."

Deg.

Bagai terhantam benda keras, entah kenapa hatinya mulai tidak karuan. Ia masih mencerna perkataan Jungkook, apa maksud adik Kim Taehyung itu.

"Rumah sakit pusat Busan." Setelah mengatakan itu, terdengar suara Jungkook yang menangis terseduh lalu mematikan sambungan telponnya.

Jimin berlari meninggalkan semua yang telah ia siapkan. Ia ingin tau memang ada apa dengan Taehyung, apakah terjadi sesuatu yang buruk padanya. Apakah terjadi kecelakaan saat Taehyung dan Jungkook akan menemuinya, apakah Taehyung sakit, yang terakhir kalinya? Apa maksud Jungkook mengatakan itu. Apakah Taehyung nya akan pergi.

Sial pikirannya jauh dari kata positif walau hatinya mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.

"Tidak tidak mungkin, pasti Taehyung tidak apa-apa." Air matanya terus mengalir dari mata indahnya itu, berlari sekencang yang ia bisa agar cepat sampai di rumah sakit yang Jungkook maksud.

Sampai di rumah sakit, Jimin menanyakan pada resepsionis dimana ruang Kim Taehyung. Dan disini dia sekarang, berdiri melihat Jungkook yang sedang terduduk lemas di luar ruangan. Kakinya ditekuk, menyembunyikan wajahnya diantara lututnya.

Jimin menghampiri Jungkook, menepuk pelan bahunya yang bergetar. "Dek,"

Jungkook mendongak, menatap Jimin. Matanya sembab, terlihat kacau sekali mukanya, air mata yang terus mengalir sambil terus mengucapkan kata Kak Taehyung.

Menghamburkan badannya pada pelukan Jimin. Kalian tau perasan Jimin sekarang? Ia masih bingung dan masih mencerna semuanya.

"Se-sebenernya, a-apa yang terjadi dengan Taehyung, Jungkook-ie? Tanya nya pelan, sedikit bergetar mengucapkan itu, karena Jimin pun menangis.

Jungkook melepaskan pelukannya, menatap nanar pintu ruang Taehyung. "Penyakitnya, kambuh kak."

Jimin terlonjak kaget. "Apa kau bilang? Penyakit?" Jungkook mengangguk.

"Penyakit apa? Setauku Taehyung baik-baik saja. Katakan apa yang sebenarnya terjadi Kook? Jangan bercanda aku tidak suka."

"Kak, aku berkata benar. Kak Taehyung sakit. Sejak dua tahun belakang ia divonis dokter penyakit ini. Kak aku takut saat Kak Taehyung tak sadarkan diri dirumah tadi pagi ."

Sebelum Jimin ingin melayangkan pertanyaannya, keluar dokter dan paman Namjoon dari ruang Taehyung. Menghampiri Jungkook dan Jimin yang ingin mendengar penjelasannya. "Kim Jungkook, maafkan paman untuk mengatakan terus terang ini padamu."

Seokjin menatap Namjoon, meminta izin untuk menjelaskan yang sebenarnya terjadi pada Taehyung ke Jungkook maupun Jimin. Karena selama ini Namjoon hanya memberi tau kalau Taehyung hanya kelelahan. Namun Jungkook bukan anak bodoh yang tak tau kondisi kakaknya. Karena ia pernah menemukan catatan medis Taehyung di kamar pamannya itu.

Ada jeda dan helaan napas dari dokter bernama Seokjin itu. "Kakakmu tak bisa bertahan lebih lama lagi. Keadaan jantungnya sudah parah. Sekarang ia hanya bisa bertahan dengan alat-alat yang menempel ditubuhnya itu, itu adalah alat yang menopang kehidupan Taehyung beberapa jam."

Jungkook semakin menangis menjelas penjelasan dokter Seokjin. Sedangkan Jimin hanya mematung tak percaya, temannya selama ini baik-baik saja. Lalu apa yang dikatakan dokter Seokjin membuat Jimin semakin terpukul.

"Apa kakak tidak bisa sembuh paman Seokjin?" Tanya Jungkook

Seokjin menghela napas panjang. "Satu-satunya yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan kakakmu adalah transplantasi jantung. Namun itu juga beresiko untuk kehidupan kedepannya. Banyak efek yang ditimbulkan pasca pasien melakukan operasi itu jika berhasil." Seokjin memandang wajah Jungkook dengan rasa iba.

"Lalu menurutmu apakah Taehyung lebih baik meninggal begitu?" Tanya Jimin datar setelah daritadi ia diam tak bersuara.

"Bukan seperti itu, tranplantasi jantung tidak semudah yang kau pikirkan. Mencarikan donor jantung dalam waktu seperti ini juga tidak mudah, aku menganggap Taehyung seperti adikku sendiri, aku berusaha melakukan yang terbaik untuknya dua tahun ini, mencarikan donor jantung untuk Taehyung. Namun Taehyung sepertinya tidak ingin melakukan itu." Ucap Seokjin frustasi.

Namjoon yang daritadi diam menahan air matanya pun memeluk sang keponakan yang sudah dianggap anaknya sendiri. "Masuklah Kookie, kakakmu ingin mengatakan sesuatu padamu. Dan kau juga."

***

Part ini memang panjang :( jadi akan aku buat jadi 2 bagian.

Published 20 November 2021
-17 Untuk 10-


-G.Saa

17 untuk 10Where stories live. Discover now