Epilog : Mimpi yang terwujud.

33 5 0
                                    

"Dokter Jimin!" Seru seorang pemuda saat menemukan presensi seseorang yang ingin dijumpainya di kafe, membuat seisi kafe menatap kearah pemuda itu. Sedang Jimin hanya menutup wajahnya malu.

Pemuda itu melenggang ke arah meja Jimin, tepat di pojok pinggir jendela. Mendudukkan badannya pada kursi seberang Jimin.

"Kook, panggil aku Kakak saja sudah dibilangin juga. Lagian kau kenapa teriak di depan pintu eoh?" Seru Jimin.

"Aish arraseo. Bagaimana kabar dokter?" Jungkook menanyakan kabar Jimin sambil membalik-balikan menu di kafe itu.

"Sudah kubilang jangan panggil aku dokter jika diluar Kook. Pesanlah dulu, aku yang bayar." Sedang Jungkook hanya cengingisan melihat wajah kesal Jimin.

***

Tujuh tahun yang lalu, setelah kejadian di danau itu, Jimin kehilangan kesadarannya.
Jimin dilarikan ke rumah sakit dan melakukan beberapa pemeriksaan. Kondisi fisiknya dapat dikatakan baik-baik saja, hanya kelelahan yang membuat Jimin pingsan. Namun Jimin mengalami Dependent Personality Disorder.

DPD atau yang disebut gangguan kepribadian dependen adalah gangguan kecemasan yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk menyendiri. Pengidapnya akan merasakan rasa cemas yang parah saat tidak ada seseorang di sekitarnya. Seseorang dengan gangguan ini sangat mengandalkan orang lain untuk menimbulkan rasa nyaman, kepastian, hingga dukungan. Itu yang dialami Jimin sesaat setelah Taehyung tiada.

Mulai dari situ Jimin melakukan terapi dengan mendatangi psikiater untuk menyembuhkan luka batinnya. Tidak mudah bagi Park Jimin melupakan Kim Taehyung, bahkan hingga saat ini. Namun keadaan mentalnya semakin hari berangsur membaik, ia sudah mampu berdamai dengan keadaan. Tentu saja dengan dukungan dari paman dan bibinya, serta Jungkook dan Paman Namjoon lah ia bisa bertahan hingga saat ini.

Setelah lulus dari sekolah tingkat akhir, ia melanjutkan mimpinya. Ia mengambil kuliah di jurusan kedokteran, mewujudkan cita-citanya termasuk menepati janjinya pada sahabatnya. Menjadi dokter dan menyembuhkan orang-orang dengan penyakit seperti Taehyung.

"Bagaimana kak, apakah puas setelah menjadi seorang dokter?" Tanya Jungkook.

"Lelah sih, tapi aku senang bisa membantu orang-orang. Hanya saja aku lelah karena masih ada beberapa langkah lagi untuk mendapatkan gelar spesialis dokter jantung." Memang benar saja, kantung mata milik Jimin menghitam, wajahnya kusut namun tidak mengurangi ketampanan pemilik senyum bulan sabit itu.

"Ya Tuhan, mungkin aku akan menyerah jika menjadi kau, Kak. Aku mempunyai teman jurusan kedokteran setiap harinya mengeluh saja." Jungkook menggelengkan kepalanya, berandai-andai jika ia masuk kedokteran mungkin ia mengalami stres berkepanjangan.

"Semuanya hanya perlu dilalui dan dinikmati setiap prosesnya, Kook. Oh ya bagaimana kuliahmu?"

Jungkook yang menyeduh es matcha didepannya pun tiba-tiba tersedak. Dan Park Jimin pun tentu saja kaget.

Uhuuk...

"Tahap skripsi, Kak. Menguras tenaga dan pikiran juga ya, aku lelah sekali. Huh aku ingin cepat-cepat lulus saja. Cukup ya, Kak. Jangan bahas kuliah ku, ini adalah pertemuan kerinduan, aku jengah jika membahas kuliah disini." Jawab Jungkook dengan muka didramatisir sedih.

"Ck, sudah kubilang nikmati prosesnya. Yasudah kalau begitu." Jimin mengelus surai hitam milik Jungkook. Adik Kim Taehyung ini benar-benar mirip dengan sahabatnya. Ia jadi rindu dengan sikap cerewet sahabatnya itu, yang kini diwarisi oleh adik semata wayangnya.

"Bagaimana dengan Novel Bulan merindukan Sahabatnya, Kak?"

Jimin menghela napas sebentar, mengaduk-aduk minuman dihadapannya. Lalu kembali menatap Jungkook dengan wajah yang berseri-seri. Membuat Jungkook takut saja.

"Kau tau Kook? Ah aku benar-benar senang, Novel itu akan segera terbit lusa." Ucapnya dengan mata yang berbinar-binar, membuat Jungkook kagum dengan manusia pendek dihadapannya ini.

Disela-sela kesibukannya menjadi dokter umum disebuah rumah sakit umum, melanjutkan studi spesialis kedokteran, ia juga menulis novel dari diary-diary yang ditulis sahabatnya itu. Ia ingin mewujudkan mimpi sahabatnya, menjadi seorang penulis. Walau novel itu ditulis oleh Jimin, namun sebagian besar kisah itu adalah milik Kim Taehyung.

Dalam membuat novel itu Jimin banyak melibatkan Paman Namjoon. Paman Namjoon senang membaca novel-novel jadi ia meminta bantuan untuk mengkoreksi tulisan dan tanda bacanya,  serta memberikan sedikit masukan tentang kehidupan Taehyung.

"Jinjja? Aku turut senang, Kak. Kau benar-benar mewujudkan impian Kak Taehyung untuk menjadi seorang penulis."

"Iya Kook, aku benar-benar ingin memeluknya dan mengucapkan terimakasih banyak padanya. Ia memberikan energi positif pada kita semua." Senyum Jimin tak luntur dari wajahnya, begitupun dengan raut wajah Jungkook.

Namun tak bohong jika ada gurat kerinduan dalam binar mereka berdua. "Aku benar-benar merindukannya, Kak. Setiap malam aku selalu tidur di kamarnya, dan memandang setiap fotonya." Jungkook yang selama ini dia terlihat kuat dihadapan paman dan Jimin. Sebenarnya ia sangat kehilangan kakaknya itu.

"Aku juga selalu merindukannya Kook. Kita semua disini tidak bisa melupakan kenangan dengan Taehyung. Ia adalah orang yang baik, ramah, pintar, semua kebaikan ada pada dirinya." Ucap Jimin.

"Taehyung tidak pernah meninggalkan kita, dia selalu ada dalam hidup kita, hanya raganya saja yang hilang dari pandangan kita." Jungkook mengangguk menyetujui.

Jimin menepuk punggung tangan Jungkook, menyalurkan rasa tenang agar adiknya ini tidak bersedih lagi. "Kakak mu sangat menyayangimu, kakak mu akan selalu berada di sisimu. Dan aku pastikan kakakmu akan bahagia bersama ayah bunda kalian."

Jungkook mengangguk mantap. "Pasti, Kak Taetae akan selalu bahagia."

"Berbahagialah Kakak."

Dan inilah kisah persahabatan, persaudaraan dari dua orang pemuda itu. Park Jimin dan Kim Taehyung. Mereka tak bisa saling menggenggam lagi, mereka tak berjalan beriringan lagi. Namun Jimin yakin Taehyung selalu berada dalam hidupnya.

Taehyung banyak memberikan pelajaran dalam hidupnya, Taehyung adalah ciptaan Tuhan yang sempurna. Mungkin itu alasan Tuhan mengambilnya lebih cepat daripada yang lain. Kebaikan yang Taehyung berikan akan selalu teringat dalam lembaran cerita hidup Jimin. Sampai kapanpun, bahkan sampai Jimin bertemu dan menatap sahabatnya lagi.

***

Published 27 November 2021
-17 Untuk 10-

Untuk yang kesekian kalinya "Terimakasih"

Cerita ini selesai sampai disini.
Aku meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam penulisan.
Semoga berjumpa dalam cerita selanjutnya.


Have a nice day - from KTH💜

-G.Saa

17 untuk 10Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang