Menulis Surat

57 5 0
                                    

Setelah beberapa hari Jimin dan Taehyung melaksanakan ujian sekolahnya, kini dua remaja itu sedang bersantai di tepi danau biasanya. Menikmati angin sepoi-sepoi dengan cuaca yang sedikit mendung.

"Ah akhirnya ya Tae, kurang beberapa bulan lagi kita lulus sekolah. Kau mau melanjutkan kemana Tae?" Tanya Jimin. Tangannya sibuk melemparkan kerikil dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya.

Taehyung menidurkan tubuhnya dengan kedua tangan menjadi tumpuan kepalanya lalu menatap langit yang mendung. "Pergi, Jauh." Taehyung tersenyum menatap langit, seolah langit tau keadaannya sekarang.

Jimin menghentikan aktivitas melempar kerikil ke air. Ia menatap Taehyung dengan tatapan bertanya-tanya. "Pergi? Kau mau ke luar negeri? Kau mau kuliah disana Tae? Wah seriusan? Lalu kau bersama siapa disana? Apakah Jungkook ikut kau Tae, lalu gimana sekolah nya? Wah Taehyung benar-benar hebat." Ucap Jimin tak ada hentinya, ia benar-benar kagum dengan sahabatnya yang punya keinginan kuliah di negeri orang.

Taehyung tertawa terpingkal, membuat Jimin menatapnya heran. "Kau lucu sekali Jim."

"Apanya yang lucu bodoh, aku benar-benar bangga padamu loh." Jimin menatap Taehyung malas, memangnya dimana titik kelucuannya.

"Jika aku benar pergi jauh seperti itu, kau jangan merindukanku ya Jim?"

"Tidak aku tidak akan merindukanmu,"  Taehyung sedikit kaget namun tak lama tersenyum.

"-tapi aku akan ikut denganmu." Lanjut Jimin. Senyum Taehyung luntur sejenak, tatapannya menyendu tanpa Jimin tau.

Taehyung kembali duduk, menatap Jimin dengan senyuman kotaknya. "Jangan Jim, kau harus meneruskan hidupmu sendiri. Kau tidak boleh ikut-ikutan orang lain. Lagipula kau harus terbiasa tanpa aku."

Jimin mengernyitkan dahinya. "Kau ingin berpisah dengan ku Tae? Kau bosan dengan pertemanan kita? Kau sudah menemukan teman yang lebih baik dariku Tae?" Wajahnya tiba-tiba berubah sedih.

Taehyung berpikir bagaimana menjelaskan pada Jimin yang sebenarnya. Taehyung terlalu takut untuk melukai hati kecil Jimin.

Taehyung tau betul bagaimana Jimin. Jimin manusia berhati lembut yang sangat baik dan ramah kepada setiap orang sebenarnya Jimin yang selalu kesepian, Jimin yang tidak punya teman dan tempat berbagi ceritanya.

Sejak kejadian beberapa tahun silam saat pertemuan pertama Taehyung dan Jimin. Dari situlah mereka terus bersama. Berpisah hanya waktu Taehyung bekerja saja, bahkan tak jarang Jimin ikut jika Taehyung bekerja.

Semenjak orang tua Jimin meninggalkannya, Jimin menjadi pribadi yang lebih pendiam. Tapi semenjak kedatangan Taehyung dan Jungkook, ia menjadi seseorang yang ramah, baik hati dan mau berteman dengan siapa saja.

"Aish bukan begitu Park, kau aneh-aneh saja yang dipikirkan."

Taehyung kembali merebahkan badannya lalu menutup matanya menikmati angin yang semilir menerpa wajahnya. Jimin pun mengikuti Taehyung, ikut merebahkan tubuhnya

"Seminggu lagi hari ulang tahunmu bukan Tae, kau ingin hadiah apa dariku?" Tanya Jimin masih dengan posisi yang sama, menatap langit dan menikmati semilir angin.

Taehyung menjawab masih dengan mata yang terpejam "Tidak Jim, tetap jadilah temanku apapun yang terjadi."

Jimin menampilkan senyum bulan sabitnya mendengar ucapan Taehyung. "Pasti Tae."

Tiba-tiba Taehyung berdiri mengambil tasnya yang ia taruh didekat pohon, kemudian menyobek beberapa lembar kertas. Dua lembar kertas di kasih ke Jimin dan dua lagi untuknya.

Jimin menatap Taehyung bingung. "Ini untuk apa Tae?"

"Tulislah sesuatu di kertas itu Jim, apapun isinya terserah kau. Lalu kita harus saling menukar kertas itu dan membacanya." Taehyung menyodorkan bulpoin, diterima Jimin lalu kemudian masing-masing terhanyut dalam fokus mereka sendiri.

Beberapa menit telah dihabiskan untuk menuliskan rangkaian kata di kertas itu. "Mana punyamu Jim? Aku ingin membacanya dulu."

"Enak saja, punyamu dulu sini." Bukan apa-apa hanya saja Jimin malu jika tulisan miliknya dibaca oleh Taehyung.

Taehyung menampilkan puppy eyes nya, dan berhasil. Kelemahan Jimin adalah melihat Taehyung seperti itu, kalau tidak Taehyung akan merengek seperti anak kecil yang permintaannya tidak dituruti. Jimin pun memberikan kertas nya.

Isi Surat Jimin :

Dari Jimin untuk sahabatnya, Taehyung.

Aku senang sekali Tae mempunyai sahabat sepertimu. Aku berterimakasih pada Tuhan, pada hari itu kau dan Jungkook datang menghampiriku dan menjadikanku temanmu.

Tae, aku berharap kita akan selalu bersama. Benar katamu, suatu saat nanti kita akan berpisah. Entah itu untuk menempuh pendidikan lagi atau menikah. Tapi aku harap kita akan selalu menjadi sahabat.

Tae kau tau bukan aku takut untuk sendiri, aku takut orang-orang terdekatku meninggalkan aku lagi. Kadang aku berpikir, lebih baik aku ikut mama dan papa saja agar aku selalu bersama mereka di surga nya Tuhan dan tak akan berpisah. Tapi setelah kehadiran mu sebagai temanku, kau mengajarkan ku makna dari itu semua Tae. Belajar mengikhlaskan sesuatu dan menjalani kehidupan dengan rasa syukur.

Terimakasih Tae. Maaf jika aku selama ini merepotkan mu. Mari terus bersama Tae. Bahkan sampai nanti masing-masing dari kita menikah dan punya anak. Biarlah anak-anak kita nanti bersahabat juga sama seperti kita.

Park Jimin yang tampan.

Taehyung terharu membaca tulisan Jimin. Ia menatap Jimin kemudian memeluknya, mengucapkan terimakasih juga kepada Jimin.

"Hei sudah-sudah, mana surat mu. Biar aku baca sini." Pinta Jimin pada Taehyung. Namun Taehyung memasukkan suratnya dan surat Jimin pada tasnya. Lalu beranjak pergi dari tepi danau dan meninggalkan Jimin yang melongo menatapnya.

"Hei Kim Taehyung. Aku belum baca surat mu!".  Teriak Jimin karena Taehyung sudah beranjak beberapa meter darinya.

"Seminggu lagi ulang tahun ku Jim, aku akan memberikan surat ku sebagai hadiah untukmu." Teriak Taehyung tak kalah keras.

Jimin berdiri, mengambil tas nya yang ada dibawah pohon, lalu berlari menghampiri Taehyung. "Yang ulang tahun dia kenapa yang diberi hadiah aku?"

"Dasar Alien."

***

Published 19 November 2021
-17 Untuk 10-



-G.saa

17 untuk 10Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt