Bab 1. Kesekian Kalinya

133 16 21
                                    

Halo! Selamat datang di cerita baru akuuu! Minta vote dan commentnya ya supaya aku semangat nulisnya!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Halo! Selamat datang di cerita baru akuuu! Minta vote dan commentnya ya supaya aku semangat nulisnya!

⏳⌛️⏳

Gadis dengan jaket kulit berwarna hitam itu berjalan menyusuri koridor dengan tatapan tajam dan mengintimidasi setiap orang. Suara sepatunya terdengar nyaring di koridor sekolah yang masih sepi. Langkahnya berhenti di depan laki-laki yang sedang duduk di depan kelasnya. Laki-laki itu tersenyum cerah, sangat berbanding terbalik dengan gadis di hadapannya yang menatapnya dingin.

"Kita putus!" ucap gadis itu lantang sembari melipat kedua tangan di depan dada.
           
Senyum laki-laki itu langsung memudar, berganti dengan tatapan bingung. "Loh, kenapa, Net? Aku ada salah sama kamu?"
           
Gadis itu tersenyum sinis melihat siswa-siswi lain mulai berdatangan untuk melihat drama yang ia ciptakan pagi ini. "Males aja, gue udah bosan sama lo," jawabnya santai lalu berjalan meninggalkan laki-laki yang masih menatapnya bingung.
           
Siswa-siswi yang menonton dan baru datang dan tidak sengaja melihat keributan itu lantas menyoraki gadis itu, sebagian lagi menatap laki-laki yang masih setia berdiri di tempatnya tersebut dengan tatapan iba. Namun ia tidak peduli, ia hanya menatap mereka semua dengan tatapan sinis lalu melanjutkan langkahnya tanpa menoleh ke belakang sedikit pun.
           
"Anette!"
           
Gadis itu tetap berjalan tanpa menghiraukan suara yang memanggilnya itu karena ia sudah hafal dengan suara laki-laki yang memanggilnya.
           
"Zora!"
           
Mendengar panggilan itu, gadis itu menghentikan langkahnya lalu berbalik badan menatap laki-laki berbadan tinggi yang sedang berlari ke arahnya dengan tatapan bengis. Ia sudah bersiap mengangkat kedua lengan seragamnya.
           
Laki-laki itu berhenti berlari lalu mundur beberapa langkah sambil mengangkat tangan. "Eh, eh..."
           
"Maksud lo apa?" tanyanya dengan tatapan dingin.
           
"Enggak, Zo— Eh, Net ... abis lo nggak nyahut."
           
Gadis itu, Anette, menatap laki-laki itu dengan tajam. "Anjing lo."
           
Laki-laki itu tertawa geli lalu merangkulnya akrab. "Bercanda elah. Mau sampai kapan sih nggak mau dipanggil Zora?"
           
"Sampai gue mati," jawab Anette sinis.
           
"Tapi kan bagusan Zora. Itu juga nama pemberian Mami sama Papi."
           
Anette mengepalkan tangannya. "Mereka aja nggak masalah. Anette tuh juga nama pemberian mereka. Lo ngomong sekali lagi gue gampar ya!"
           
Laki-laki itu tertawa puas. "Lo mau ke mana, Net?"
           
"Pulang."
           
"Kok pulang?"
           
"Ya ke kelas lah bego! Gitu aja tanya!"
           
Laki-laki itu menggeleng-gelengkan kepala. Untuk menghadapi sahabatnya ini, ia harus memiliki kesabaran lebih, yang tentu saja sudah ia miliki sejak kecil.
           
"Net, lo abis ngapain tadi? Kok rame banget?" tanya Rendra menghentikan langkah Anette.
           
"Abis putus."
           
Laki-laki itu mengangguk pelan. Beberapa detik kemudian barulah ia sadar. "Hah? Putus lagi? Sama si Devan?"
           
Anette mengangguk santai lalu duduk di bangku yang ada di lobi sekolahnya, diikuti oleh sahabatnya.
           
"Kenapa?" tanya Rendra.
           
"Kalo gue kasih tahu alasannya, lo bakal tetep ceramahin gue kan?" tanya Anette tanpa menjawab pertanyaan Rendra. Ia sudah hafal di luar kepala dengan kelakuan sahabatnya itu. Apa pun alasan yang membuatnya putus dengan mantan-mantannya, bagi Rendra tetaplah Anette yang salah.
           
"Ya kasih tahu dulu alasannya, lagian lo sampai kapan sih—"
           
Anette buru-buru berdiri di hadapan Rendra dengan napas yang tidak beraturan. "Lo sebut nama dia, gue beneran pulang, Ren."
           
"Enggak kok!" sahut Rendra cepat. Ia bisa dimarahi Ibunya Anette jika gadis itu membolos lagi, "jangan pulang ya, Net. Gue nggak mau dimarahin Mami lagi."

Shaenette and Her ExesWhere stories live. Discover now